adalah RENDANG. Dan yang kedua adalah nasi goreng. (Ini menurut surveynya CNN loh) Kalau aku pribadi sih maunya SATE PADANG di nomor satu dan Rendang atau KETOPRAK di nomor dua hehehe. Soalnya Sate padang dan Rendang adalah menu pada kopdar terakhirku waktu mudik kemarin.
Tanggal 14 Agustus, Gen bergabung di Jakarta. Setelah 6 tahun tidak ke Jakarta, tahun ini aku paksakan satu minggu rencana ke Jakarta sudah sejak bulan Februari waktu aku memesan tiket. Tahun-tahun sebelumnya, dia tidak bisa menjanjikan libur karena selalu ada acara besar yang membutuhkan kehadirannya di tempat kerjanya. Tapi tahun ini, dengan resiko di-cancel, aku beli tiketnya.
Jadi tanggal 13 Agustus adalah hari terakhir aku bisa merencanakan kopdar, karena setelah itu sang Bunda Ratu (julukan dari Imoe loh) harus dipingit :D. Kopdar terakhir dan mungkin yang terheboh karena pesertanya dari macam-macam daerah. Tamu agung dari Pariaman : Imoe + 2 anak, dari Yogya : Uda Vizon, dari Serang : Koelit Ketjil dan kakak, dari Bandung : Catra + DM. Yang menjadi satu kesamaan mereka yaitu : urang Minang atau (pernah) calon urang Minang **perlu melirik siapakah ini?**. Plus Urang Sunda dan Japanis boys.
Berawal dari percakapan via internet dengan Imoe. Sudah lama kami ingin bertemu (ini merupakan kopdar pertama untuk kami), dan kebetulan dia ada acara di Bogor sehingga bisa “dipaksakan” untuk ke Jakarta setelah selesai. Nah, karena kebanyakan pesertanya dari daerah, aku cukup sulit memikirkan tempat pertemuan. Rasanya kalau bertemu sore hari, buka bersama di restoran, lalu bubar grak, rasanya gimana gitu. Kasihan juga sudah datang dari jauh. Kalaupun seandainya melewatkan waktu di karaoke dengan dugem bersama, mereka harus sahur juga. Apalagi Imoe dan Uda Vizon akan kembali ke Padang dan Yogya Minggu siang. Kan aku bisa ikut mengantar mereka dan sekaligus menjemput Gen yang mendarat jam 3 sorenya.
Pikir punya pikir, aku memang merasa paling enak mengadakan pertemuan di rumah, bisa lebih santai. Tapi aku tidak punya rumah di Jakarta. Rumah yang kutinggali bukan rumahku, tapi rumah orangtuaku, dan adikku sekeluarga juga tinggal di sini. Ah, ribet! Jadi aku mengambil satu kamar di The Belleza Suites, Permata Hijau, tidak jauh dari rumahku. Waktu mencari kamar di agoda.com, memang yang aku pilih haruslah kamar dengan kamar tamu, dan kebetulan aku pernah dengar tentang apartemen di Permata Hijau yang bisa disewa ini. Jadi, aku tentukan tempat berkumpul di Belleza sesudah jam cek in, jam 1 siang.
Tapi Koelit Ketjil (KK) yang datang dari Serang kurang mengerti daerah Permata Hijau. Justru lebih mudah menemukan rumahku di kebayoran. Dan tentu saja Riku dan Kai senang bisa bertemu sama om nya yang pernah pergi bersama ke Tanjung Lesung tahun lalu. Apalagi KK datang bersama kakaknya naik sepeda motor. Anak-anak langsung mengklaim untuk naik sepeda motor keliling kompleks. Dan mereka inginnya naik sepeda motor ke Belleza.
Bagaimana Belleza? Hmmm pertama itu bukan hotel. Tidak menyediakan parkir untuk sepeda motor, sehingga KK dan KKK (Kakaknya KK) harus cari parkir motor di luar kompleks. Ah, diskriminasi ya? Begitu masuk lobbynya, memang ada ruang untuk duduk-duduk yang…sepi. Reception? Hanya satu orang wanita muda berjaga, dan tanpa tulisan “Reception”. Begitu aku serahkan print out pemesanan kamar, dia lalu menyerahkan kunci kamar no 10, di lantai 11. Jangan berharap banyak pada tempat ini, karena memang pada dasarnya gedung ini adalah apartemen yang disewakan. Mungkin bulanan. Yang pasti di depan elevator ada satpam, yang mengawasi gerak-gerik kita. Ya maklum juga sih, karena tempat ini terhubungkan dengan tempat belanja 24 hours dan restoran lainnya. Tamu bisa leluasa masuk keluar, jadi pengamanan memang diperlukan.
Gedungnya memang terlihat mewah dari luar, tapi aku cukup kecewa dengan kamarnya. Masih baru tapi di bagian langit-langit sudah terlihat retak dan bekas bocoran. Belum lagi air yang tergenang di kamar mandi karena saluran pembuangan yang tidak bagus. Mau panggil “room service” hmmm tidak ada, dan jangan berharap ada yang bisa membetulkan. Sehingga kami harus sabar dengan kondisi yang ada. Tapi yang penting saat itu bagiku, aku mempunyai ruang tamu dan meja makan yang bisa dipakai untuk menjamu teman-temanku. Ada kitchen, dua piring, dua gelas, dua cangkir, tapi tak ada sendok, garpu….apalagi panci 😀 Jadi percuma saja ada kompor di sana. Mungkin semua yang tinggal di sini harus membawa panci sendiri ya? Ah, sebenarnya dengan harga yang sama, aku lebih suka tinggal di hotel yang lengkap dengan pelayanan.
Sambil menunggu teman-teman yang belum datang, aku mengajak anak-anak berenang di lantai 5. Ternyata semua kolamnya hanya 1 meter sehingga Riku bisa merenanginya. Tapi Kai hanya bisa di tempat anak-anak. Senang melihat mereka enjoy, meskipun hanya sebentar.
Tak lama Imoe, Catra dan anak-anak pengikut Imoe datang bergabung. Sambil ngantuk-ngantukan dan menonton tv kami menunggu DM, Uda Vizon dan …waktu buka (meskipun aku ngga puasa sih hehehe). Aku memang bingung menentukan menu. Inginnya membeli segala yang enak untuk dimakan bersama, tapi sekali lagi waktu dan tenaga yang menjadi penghalang. Dan kamu tahu dong kalau hari Sabtu bagaimana macetnya. Jadi aku cuma sempat “lari” membeli sate Mak Sukur dan Nasi Padang (tentu saja dengan Rendang sebagai pokoknya). Tahun depan harus menu yang lain nih….(mulai mikir dari sekarang)
Dan satu lagi yang aku syukuri hari ini adalah “kehadiran” Nique dengan buatannya Jong Labar. Nique hanya menitipkan Jong Labar itu di receptionis dan langsung kabur lagi. Ya, mungkin dia merasa belum waktunya membuka kedoknya di depan sekian banyak blogger. Tapi terasa sekali “cinta”nya sekaligus keinginannya untuk bergabung bersama kami. Terima kasih banyak Nique.
Karena sudah pukul 9 malam aku harus pamit. Aku tanya pada Riku apakah dia mau menginap? “Boleh ma?” dia bertanya. Tentu saja boleh. Aku tahu dia akan senang sesekali berpisah semalam dengan ibu dan adiknya (yang cerewet). Untung saja Kai tidak minta nginap juga. Dia masih “Aku mau sama mama”s boy. Ah… anak laki-laki…aku harus siap sedikit demi sedikit melepaskan mereka untuk bertualang sendiri. Dengan meyakinkan ada makanan dan minuman untuk sahur, aku meninggalkan mereka. Kopdar terakhirpun selesai, setelah aku melambaikan tangan pada Uda Vizon yang menuju bandara dengan supirku, serta pada DM yang pergi menuju acara meeting di Bintaro. Setiap perjumpaan pasti ada perpisahan, ada proses juga ditengahnya. Aku pun menutup pertemuan -pertemuanku dengan teman-teman masa lalu, dan teman-teman blogger dengan harapan bisa bertemu lagi, suatu waktu nanti.
Jadi? Sudah berapa blogger (+mantan blogger) yang kutemui selama mudik summer 2011 ini? Ayo tebak! Yang belum sempat aku temui perlu dicatat nih, supaya tahun depan kita bisa bertemu ya….
Bisa baca laporan kopdar Belleza di sini juga:
http://hardivizon.com/2011/08/18/the-bellezza/
http://imoe.wordpress.com/2011/08/20/kopdar-dengan-sang-bunda-ratu/