Payung

15 Nov

Tulisan ini masih menyambung tulisan saya sebelumnya, “Becek“. Saya tergelitik menulis lebih mendetil tentang payung, karena komentar dari AL, yang mengatakan bahwa dia tidak menganggap keren dengan alat pembungkus plastik yang disediakan di depan toko/departemen store, atau tempat umum lainnya, karena hanya akan menambah sampah. Memang saya hanya menjelaskan “Jepang itu ada-ada aja” dengan menampilkan alat itu, padahal masih banyak alat lain yang menyangkut payung atau sarana lain untuk mencegah becek.

1. Tempat payung di rumah. Setiap rumah, biasanya di pintu masuk ditaruh tempat untuk menaruh payung khusus. Bisa terbuat dari keramik/batu, atau steel/alumunium. Desain juga macam-macam, tapi tujuannya untuk menampung payung sesudah dipakai.

tempat payung rumahan
tempat payung rumahan

2. Mengadaptasi tempat menaruh payung di rumah, di depan sekolah atau kantor, yang jumlah pegawai/muridnya tetap, ditaruh tempat menaruh payung dengan sekat-sekat. Ada yang bisa menampung 20 batang, ada yang 50/100 batang. Biasanya kalau di sekolah, tempat payung dibedakan per kelas. (Saya ingat ada perkumpulan orang Jepang yang menghadiahi Sekolah Republik Indonesia Tokyo dengan tempat menaruh payung ini sekitar 8-9 tahun lalu. Sebelumnya tentu saja tidak ada, dan payung dibawa masuk ke kelas.)

tempat payung umum untuk sekolah dan kantor
tempat payung umum untuk sekolah dan kantor

3. Untuk Bank, atau tempat-tempat dengan tamu umum yang banyak, selain ada yang menyediakan alat plastik pembungkus payung seperti di tulisan saya di “Becek“, ada yang menyediakan tempat payung seperti pada nomor 2, tetapi berkunci yang bernomor (seperti locker). Sehingga payung tidak akan tertukar oleh kepunyaan orang lain. (Tempat berkunci tidak dipakai di kantor/sekolah, karena biasanya payung diberi nama. Dan orang Jepang juga tidak suka “nilep” milik orang lain. Meskipun tidak bisa saya katakan 100% suci juga.)

tempat payung yang sering dijumpai di Bank
tempat payung yang sering dijumpai di Bank

4. Ada pula tempat yang menyediakan alat lebih canggih yaitu pengering payung. Tapi tentu saja perlu waktu lebih lama untuk menunggu payung ini kering.

alat pengering payung
alat pengering payung

5. Usaha warga Jepang sendiri untuk mengurangi sampah plastik seperti yang dikhawatirkan AL, yaitu dengan membawa “My Umbrella Bag” sendiri. Jadi selain membawa payung, juga membawa kantong payung sendiri, dengan desain dan motif yang beragam. (Terus terang saya sendiri jika memakai plastik pembungkus dari toko, dan jika akan keluar masuk banyak toko, saya akan menyimpan plastik dari toko pertama, dan memakainya lagi jika masuk toko yang lain, sehingga satu hari saya hanya memakai satu plastik. Seperti sudah saya jelaskan dalam komentar bu AL, Jepang mewajibkan semua warganya untuk memilah sampah sesuai bahannya, sehingga bisa direcycle kembali. Jika plastik ini dipakai di Indonesia, saya memang bisa membayangkan sampah plastik yang akan keluar, dan tidak didaur-ulang kembali)

My Umbrella Bag
My Umbrella Bag

(Gambar-gambar di ambil dari toko online rakuten.co.jp dan dari sini)

Yang pasti memang setiap warga Jepang akan membawa payung jika hujan, dan memang jika hari hujan, barang yang paling banyak tertinggal di kereta adalah payung. Karena itu, kondektur kereta dan bus, pada hari hujan akan mengumumkan, “Karena hujan banyak payung yang tertinggal, perhatikan apakah Anda sudah membawa payung Anda”. Demikian pula pelayan toko dan restoran…. semua saling mengingatkan. Yang paling sering lupa jika waktu pergi hujan, tapi hujan berhenti waktu pulangnya.

Jika ketinggalan payung dan payung itu mahal, apakah bisa kembali? BISA, tinggal datangi pojok “Lost and Found” dan Anda bisa mendapatkan payung kesayangan Anda kembali. Lalu, payung-payung tertinggal yang tidak diambil pemiliknya? Recycle lagi dong…ada perusahaan khusus yang menangani “penjualan” kembali payung-payung yang tertinggal di stasiun/kereta/tempat umum.

Payung memang sangat dihargai di Jepang. Karena itu saya senang sekali waktu Eka minta hadiah payung lipat waktu dia menjadi komentator ke 7000.

Becek

14 Nov

Tokyo sudah tiga hari ini hujan. Tidak terus menerus, tapi yang pasti mendung terus.  Yang menyebalkan dari hujan di musim gugur ini, dia pasti disertai angin yang cukup menusuk. Membuat tangan mau tidak mau dimasukkan dalam kantong, dan merapatkan kerah baju untuk menutupi leher.

Sebagai ibu rumah tangga, yang paling menyebalkan jika hujan adalah tidak bisa mencuci baju, tepatnya tidak bisa menjemur baju di luar. Tapi dengan dua anak laki-laki yang sering main kotor-kotor, saya harus mencuci setiap hari. Untung saja di sini ada deterjen yang khusus dibuat untuk “menjemur dalam ruangan”. Mungkin ada formula khususnya yang bisa mengurangi bau apek, jika dijemur dalam ruangan. Jika anak-anak dan Gen sudah tidur, jadilah kamar tamu dan kamar makan menjadi toko binatu. Berkibaran baju-baju yang hendak dikeringkan. Dan untungnya lagi (seperti orang Jawa, apa saja untung!) di musim gugur, kelembabannya rendah sehingga biasanya untuk baju yang tidak terlalu tebal, pagi harinya bisa kering.

Tiga hari juga Riku ngedumel setiap akan berangkat sekolah. Masalahnya dia harus membawa pianika, dan tas randoseru (ransel) berisi buku-buku yang cukup berat. Dan itu masih harus ditambah dengan memegang payung, memakai sepatu bot khusus hujan, jaket tebal (karena mulai dingin). Dan terpaksa juga akhirnya saya mengantar dia sampai ke sekolahnya, daripada dia ngambek mau minta bolos sekolah. Hari-hari terakhir dalam seminggu, Kamis, Jumat memang merupakan hari sibuk bagi saya.

Riku dengan bawaannya jika hari tidak hujan, jika hujan + payung, sepatu bot dan jas hujan
Riku dengan bawaannya jika hari tidak hujan, jika hujan + payung, sepatu bot dan jas hujan

Tidak di Jakarta dan kota-kota di Indonesia, di Tokyo pun, kami harus menyediakan waktu lebih lama untuk pergi ke mana-mana. Kecuali kereta, angkutan umum seperti bus dan taxi juga sering terjebak macet.Segalanya memang lebih lambat jika hujan turun. Jalanan licin sehingga orang juga harus berhati-hati melangkah. Yang sudah pasti saya tidak bisa naik sepeda, karena saya belum ahli mengendarai sepeda dengan satu tangan, sementara tangan yang satunya memegang payung yang terkembang.

Saya juga sempat termenung waktu teman saya Diajeng menulis status di FB nya begini: heran, kenapa ya kalau hujan, orang Indonesia malu pakai payung, apalagi yang cowok? Beda banget dg orang Jepang, semua selalu sedia payung sebelum hujan, di musim seperti ini. Memang orang Indonesia tidak pernah sedia payung kan sebelum hujan? Alasannya, kan ada ojek payung! Padahal “Sedia payung sebelum hujan” adalah salah satu “way of life” juga. Makanya orang Indonesia tidak pernah mengantisipasi keadaan buruk yang mungkin terjadi. Yah….itulah negaraku… apa boleh buat?!?!?!

Meskipun sudah memakai payung, hujan pasti membuat becek di mana-mana. Tapi ada satu alat atau cara untuk mengurangi kebecekan di setiap toko/supermarket, universitas dan tempat-tempat umum lainnya, yaitu dengan menyediakan tempat pemasangan plastik pada payung di depan pintu gerbangnya. Cukup masukkan payung pada space yang ada. Maka payung akan “masuk” ke dalam kantong plastik, kemudian tarik ke depan. Dengan demikian, air yang ada di payung tidak akan menetes-netes membasahi ruangan. Memang orang Jepang hebat! Sudah mengantisipasi penanggulangan “kerja” yang tidak efektif. Coba kalau tidak ada cara ini, berapa banyak lagi waktu dan tenaga yang terbuang untuk mengepel? (Alasan orang Indonesia…. tenaga kerja masih banyak ….. hmmmm)

alat penyedia plastik untuk payung yang diletakkan di depan toko/tempat umum untuk mencegah menetesnya air hujan dari payung
alat penyedia plastik untuk payung yang diletakkan di depan toko/tempat umum untuk mencegah menetesnya air hujan dari payung

Jinx

27 Okt

Pernahkah kamu dibilang, “wah…kamu pembawa matahari…. begitu kamu datang cuaca cerah sekali, padahal kemarin mendung loh!” Well, saya (keluarga saya) sering….

Kalau seperti ini bukan JINX…karena tidak merugikan. Tapi jika kamu dibilang, “Huh kalau bikin acara, kalau kamu datang selaluuuuuu saja hujan. Kamu pembawa hujan ya????” Dianggap hujan itu tidak baik karena tentu saja jika hujan, kebanyakan acara akan sedikit kedatangan tamunya, sepi dan mungkin jadi terlambat untuk dimulai. Untung saja saya tidak pernah dikatakan demikian.

Kalau di cari di kamus, maka jinx artinya pembawa sial/nasib malang. Di Jepang ada istilah Ame Otoko “Lelaki pembawa hujan” atau Ame Onna “Wanita pembawa hujan”. Yang dimaksud disini adalah, seseorang (biasanya orang penting) yang secara prosentasi, jika akan hadir di acara penting, maka kebanyakan akan turun hujan pada hari tersebut. Bapak keluarga homestay saya yang politikus itu begitu. Sehingga sering sekretarisnya tidak mau memberitahukan pihak penyelenggara kehadirannya (kecuali penting untuk diketahui)

Tapi ada satu lagi, kondisi yang aneh yang terjadi pada Ibu saya dan mungkin menurun ke saya. Yang pasti bukan JINX. Begini… Setiap ibu saya masuk ke sebuah toko…toko yang yang tadinya sepi, maka akan menjadi ramai tiba-tiba. Dan kadang kondisi ini merugikan kami (tapi menguntungkan pemilik toko). Seperti yang terjadi  jika ibu saya memilih barang obralan. Pasti apa yang pernah dipegang ibu saya, akan diperebutkan ibu-ibu lain. Sehingga sering ibu saya bilang ke saya, “Imelda pegang itu jangan lepaskan”. Like a battle lol. Tapi kadang si pemilik toko menyadari bahwa ibu saya adalah “pembawa/pengundang tamu”, sehingga dengan bisik-bisik dia berkata… “ibu…tunggu sebentar ya… saya kasih harga khusus untuk ibu”.

Dan kelihatannya “bakat” ini menurun ke saya, yang baru saya sadari jika saya bepergian dengan Tina, dan kemudian Tina berkata…”Kamu sih mel, jadi rame deh toko ini” . Dan terkadang saya harus menderita, yaitu dengan menjadi yang terakhir untuk dilayani. Mungkin pemilik toko harus menggaji ibu saya atau saya untuk menjadi “Kamban musume” toko itu.

(Kamban Musume, adalah ungkapan untuk seorang gadis yang menjadi “maskot” sebuah restoran/toko, yang dipercaya akan mengundang tamu untuk datang (bukan dalam arti negatif))

So, apakah Anda pembawa matahari atau hujan? atau bahkan bisa menjadi Kamban Musume?

foto diambil dari sini