Berawal dari rencana mengunjungi Rumah Dunia di Serang, aku dan Ria cari-cari tempat vacation yang enak di sekitar Ujung Jawa Barat itu. Maklum kami berdua memang sudah jenuh dengan kesibukan pekerjaan. Ria sebagai IT yang tidak mengenal waktu, dan aku sebagai ibu rumah tangga, keduanya profesi yang membutuhkan alert 24/7. Melalui percakapan lewat YM kami sepakat untuk VACATION bersama.
Tadinya kami mau pergi ke Anyer, tapi waktu Koelit Ketjil (KK) yang empunya Serang dan sebagai EO untuk acara di Rumah Dunia itu menyebutkan “Tanjung Lesung”, aku mulai mencari via internet info mengenai Tanjung Lesung, dan mengontak marketing officernya, mBak Titi. Kupikir masih cukup banyak waktu, karena aku memesan villa Fiji nya masih satu setengah bulan sebelum berangkat. Tapi apa mau dikata, ada rombongan perusahaan sejumlah 200 orang yang mau pakai semua villa yang ada. Biasalah nasib minoritas, selalu terdepak oleh mayoritas. Jadi pelajaran untukku juga, jangan percaya pada travel biro/pengelolaan dari Indonesia. Meskipun sudah bayar DP pun (lewat bank Indonesia) , belum tentu bisa dapat yang kamu inginkan.
Jadi, sampai saat-saat terakhir aku belum dapat kepastian soal villa, meskipun si mbak Titinya sudah memberitahukan bahwa dia akan usahakan villa milik pribadi (tidak dikelola managemen). Villa milik pribadi berarti aku harus masak sendiri atau makan di restoran (meskipun memang bayarnya di bawah standar harga managemen hotel). Udah terbayang juga repotnya.
Kami menginap di Villa Bora-bora 3 namanya, villa ini tanpa kolam renang. Beruntunglah aku karena aku dapat villa yang jauh lebih bagus daripada foto-foto yang dikirim sebelumnya lewat email. Berangkat hari jumat itu molor melebih waktu yang ditentukan sebelumnya yang jam 9 pagi (plan I) dan 12 siang (plan ke2). Tapi kita berusaha berangkat sebelum pukul 4 sore, sebelum terjebak macet.Kami menumpang mobil yang datang dari Bandung. Mobilnya masih gres sehingga berasa aman di perjalanan, mana yang nyetir handal lagi karena terbiasa nyetir antar pulau kota.
Sampai di Serang, kami langsung menuju Carrefour untuk membeli perbekalan, dan snack untuk anak-anak di Rumah Dunia. Belanjalah kita dan memenuhi bagasi mobil yang sudah penuh. Untung masih bisa masuk. Kami juga bertemu KK di Carrefour dan sambil briefing sedikit acara, kami juga membeli peralatan main. Menurut rencana tadinya KK akan bergabung dengan kami keesokan harinya, tapi ternyata mendapat ijin dari istrinya untuk menginap bersama kami. Jadi kami mampir dulu di rumahnya untuk ambil baju segala. Nah, untung juga kami mampir tuh, karena baru tahu bahwa ada paku nancap di ban mobil. Jadi deh kami menunggu ganti ban dulu di Serang.
Sayang sekali Win, istri KK tidak bisa ikut bersama kami karena keesokan harinya pagi-pagi dia harus mengajar. Aku bisa bayangin murid-muridnya pasti tersepona pada kecantikan Win (makanya KK juga langsung terjerat yah hihihi). Mereka baru saja menikah tanggal 20 Juli lalu. (selamat yah)
Perjalanan panjang dari Serang ke Tanjung Lesung di dalam gelap dan jalan berlubang-lubang. Mana kami masih harus mencari lewat papan penunjuk. Rasanya jalan tak ada ujung. Riku dan Kai tertidur dalam pelukan KK kecapekan si Kai bermain perang-perangan campur bahasa Jepang dan Jawa. Dia (kai) sampai fasih mengucapkan “hantemono”….
Ada bangunan indah yang kami temukan mendekati Tanjung Lesung, yaitu Pembangkit Listrik PLTU sepertinya. Indah karena diterangi lampu-lampu. Sayang kita tidak berhenti di sini untuk foto-foto, karena kami was was jam berapa bisa sampai di villa. Padahal bagus tuh kalau foto-foto di situ, bisa buat foto pre-wed juga (tapi jangan sengaja ke sini… doooh jauhnya hahahaha).
Jalan mulai berbau air laut, dan kami tahu bahwa di sebelah kanan kami laut. Tapi karena gelap kami tidak tahu apakah itu indah atau tidak. Sampai di pintu gerbang masuk Tanjung Lesung pun ternyata masih jauh masuk ke dalam, melewati rimbunan pohon yang… indah tapi seram. Tadinya sempat sih mau turun foto-foto, tapi kok jadi ngeri sendiri kalau nanti di fotonya ada yang muncul hiiiiiiiiii hihihih.
Kami masuk kompleks Kaalica Villa dan disuruh ke arah kiri tempat villa kami berdiri. Amang Udin yang menjaga di situ ikut membantu kami menurunkan barang-barang yang seabreg-abreg. Dan yang stupid, aku biasanya selalu memotret bangunan/kamar hotel yang aku akan tempati sebelum bongkar barang. Eh kali ini aku lupa sama sekali. Karena kami sampai itu sudah jam 10 lewat dan lapar! Jadi pertama-tama yang aku buat adalah masak nasi 🙂
Untung aku sempat membeli makanan jadi dari AW, paket nasi dan ayam goreng, tinggal menambah sup sayuran. Anak-anak juga terbangun sehingga kami makan bersama-sama pukul 11 malam. Hari sudah berganti ketika kami menempati kamar kami masing-masing. Villa ini mempunyai 3 kamar sehingga KK dan DM menempati satu kamar, aku dan Ria satu kamar, Riku dan Kai juga satu kamar. Malam itu kami tertidur pulas Zzzzz.
Aku terbangun pukul 5 dan mencoba mencari akses internet memakai Flash… doooh sulitnya minta ampun. Jangankan akses internet, jaringan HP saja mati nyala. Bener-bener tempat yang bagus untuk menyepi dan memutuskan hubungan dengan dunia! Cocok untuk penulis. (melirik seseorang yang pegang BB terus). Aku sempat keluar villa untuk mencari sunrise, tapi aku tidak tahu arah ke pantainya di mana, sehingga akhirnya cuma jalan-jalan sekitar villa dan kembali serta bersiap membuat sarapan pagi.
Begitu anak-anak bangun, mereka bermain di pantai bersama KK. Untung saja ada dia sehingga aku bisa jadi fotografernya. Lucu sekali melihat Kai yang bermain ombak dan sesekali tersedak air laut. Pantai yang indah itu hanya sepotong, tapi cukup memberikan keceriaan bagi anak-anakku.
well, menu kami hari Sabtu itu benar-benar hanya leyeh-leyeh, sarapan, main di pantai, makan, leyeh-leyeh lagi (Ria sih masih sambil kerja tuh). What a wonderful life deh… Sekitar jam 3 sore, akhirnya aku berdua Ria pergi ke pantai dan…photo session deh. Bener-bener berpose untuk foto, padahal aku tuh kan orangnya kaku sekali dan tidak suka berpose. Untung kameraman nya si Ria, jadi lupain urat malunya hahhaa. Jadilah kita gantian menjadi model dan fotografer.
Pantai putih, ombak dan karang serta langit biru, perpaduan yang indah sekali untuk berfoto. Tapi lama-lama aku jadi tidak enak hatinya dan untung saja pas aku kembali ke villa, bertemu dengan Riku yang berlari ke luar sambil menangis. “Mama lama sekali, aku takut. Kai nangis minta susu dan aku ngga tau bagaimana bikin susunya”. Memang aku tinggalkan anak-anak sendirian di villa karena tidak ada yang bisa dititipkan. Riku sibuk dengan DS nya sedangkan Kai bobo waktu aku pergi. Aku jadi menyesal juga, dan sambil peluk Riku, aku cepat-cepat lari membuat susu untuk Kai. Selesailah waktuku untuk menikmati pantai sendirian (tanpa anak-anak), karena setelah itu mulai menyiapkan makan malam dan packing. Foto-foto di pantai itu akan menjadi kenangan tersendiri bagiku. Terima kasih ya Ri.
Minggu jam 8 pagi kami berangkat ke Serang meninggalkan tempat tetirah kami di Tanjung Lesung. Mungkin lain kali harus mencari pantai yang lebih luas dan bisa menikmati sunset dan sunrise, karena letak pantai TL ini kurang strategis. Well, next time will be Bali maybe, dan nabung beli DLSR ahhh.
goodbye Tanjung Lesung…. the end of my healing getaway!