Setiap tahun baru, tanggal 2 dan 3 Januari pasti diadakan sebuah pertandingan lari estafet yang diikuti oleh mahasiswa-mahasiswa universitas di Jepang. Rutenya dari Otemachi Tokyo sampai Danau Ashinoko Hakone sepanjang 108 km pergi dan 109,9 km pulang, p.p. 217,9 km yang masing-masing dibagi menjadi 5 point relay/estafet. Dan dari pertandingan ini banyak atlit yang kemudian lolos dalam seleksi pengiriman atlit ke olimpiade mewakili Jepang.
Pada awalnya pertandingan ini diadakan tanggal 14 Februari 1920, untuk memilih perwakilan Jepang pada pertandingan lintas railway di Amerika. Karena Perang Dunia II sempat terhenti dan dimulai kembali tahun 1947. Mulai tahun 1956 atau pertandingan yang ke 32, dipindahkan hari pelaksanaannya menjadi tanggal 2 dan 3 Januari. (Foto dari Mainichi Shimbun)
Sambil menonton terjadi percakapan menarik dalam keluarga kami. Begini, banyak universitas yang menganggap pertandingan ini sebagai prestige bagi mereka, sehingga mereka banyak menerima mahasiswa asing yang mau menjadi wakil universitas. Tentu saja mereka kebanyakan berasal dari Afrika. “Curang ya, sebetulnya tidak boleh tuh mengikutsertakan mahasiswa asing dari Afrika, kan mereka biasanya latihan dengan harimau dan singa. Jelas mereka cepat larinya…..” hihihihi…begitulah kalau sudah “tidak suka” pada lawan karena jagoannya kalah. Keluarga Miyashita karena kebanyakan alumnus Universitas Waseda (Bapak Mertua, adiknya Gen dan istrinya), jadi sangat mendukung Universitas Waseda. Padahal saya sendiri yang mengajar di situ biasa-biasa saja cieeee…. Sayangnya tahun ini Waseda hanya menempati nomor dua setelah Toyo University. Malahan saya ingat pernah membawa goods untuk suporter dari Universitas Senshu ke rumah, karena dibagikan gratis. Dan waktu itu Riku sempat mengelu-elukan Universitas Senshu dalam rumah, bukan di pertandingannya. Universitas Senshu tahun ini mengikuti pertandingan Hakone Ekiden ini untuk ke 65 kali (dari 85 kali di tahun 2009)
Kalau dipikir hebat juga mahasiswa-mahasiswa yang berjuang demi nama universitasnya ini. Mereka mau saja berlari di tanjakan (pegunungan) dalam dingin (bayangkan lari dengan baju minim begitu dalam suhu maximum 10 derajat. Brrr. Tapi kemudian mereka bisa menjadi atlit andalan negaranya di olimpiade. Saya jadi berpikir kapan ya Indonesia mempunyai suatu pertandingan selain PON, yang murah meriah (lari kan murah tuh) guna mencari bibit-bibit pelari handal. Dan perlu diketahui acara Ekiden ini direlay di televisi secara langsung dengan rate yang cukup tinggi.