Sudden Change

4 Jun

Tidak ada yang suka pada perubahan yang mendadak, apalagi jika perubahan itu merupakan pembatalan. ドタキャンDotakyan istilahnya dalam bahasa Jepang. Sedapat mungkin hindari perubahan yang mendadak jika berhubungan dengan orang Jepang, yah kecuali kalau terpaksa sekali.

Dalam minggu ini aku terpaksa membuat perubahan-perubahan. Ditinjau dari pikiran orang Indonesia, tidaklah mendadak. Pertama waktu aku terpaksa membatalkan kelas malam 18:30 pada pagi hari Senin jam 9:00 pagi, karena aku sakit, bersin, pilek, batuk yang tidak mungkin berbicara banyak di kelas, apalagi untuk menyetir satu jam perjalanan (yang berarti aku tidak boleh minum obat). Setelah berdiskusi dengan kedutaan, jadilah kelas itu dibatalkan. Dan dari 8 peserta, ternyata ada satu yang tidak bisa dicapai/diberitahu oleh pihak penyelenggara. Well, apa boleh buat .

Nah kalau hari ini memang termasuk emergency, keadaan darurat. Dan aku merenungi hari ini sambil tertawa, tidak ada penyesalan sama sekali (lain dengan waktu hari Seninnya, aku merasa menyesal sekali terpaksa membatalkan kelas).

Pagi hari , tidak seperti biasanya aku malah bisa lebih pagi berangkat dari stasiun dekat rumahku. Dan hari ini aku membawa buku novel berbahasa Inggris yang sudah pernah kubaca bertahun lalu, sehingga aku cukup lupa jalan ceritanya. Aku bisa naik kereta lebih cepat 20 menit dari biasanya. Asyik… dan aku duduk membaca. Tapi bodohnya aku membaca tanpa memperhatikan setiap kereta berhenti sudah sampai mana. Tahu-tahu aku merasa aneh….dan sadar bahwa stasiun yang seharusnya aku turun sudah terlewat. Huh dasar, gara-gara novel ini (memang lagi seru-serunya sih…romance story) aku terpaksa turun di stasiun sesudahnya, kemudian pindah peron untuk kembali berbalik arah.

Ok, masih banyak waktu untuk naik  bus jam 10:30 pikirku…dan masih sambil melamun, aku menuruni tangga. WHAT!!! Aku turun di pintu yang salah. Seharusnya pintu Selatan, aku turun di pintu Utara. Terpaksa deh naik tangga lagi untuk pergi ke pintu selatan (Untung bukan di stasiun besar sehingga jaraknya tidak jauh), dan aku harus lari supaya bisa naik bus.

Dan di kejauhan aku lihat busnya masih ada, dan aku berdoa supaya supirnya mau menunggu. Supir bus universitas ini kadang baik, mau menunggu dosen yang terlihat berlari, tapi kadang kalau apes dapat supir yang masa bodo, ya ditinggallah. Dan harus menunggu 15 menit lagi (cyclenya setiap 15 menit). Untung saja pas aku naik bus, kulihat jam di dalam bus menunjukkan 10:29…. yatta! Aku tidak membuat orang lain menunggu \:D/

Dan… waktu bus mulai bergerak, aku membuka HPku untuk mengecek email yang masuk. Ternyata ada telepon masuk inbox. Hmmm siapa ya? Lalu aku dengar pesannya. Ternyata dari gurunya Riku, sensei Cantik itu memberitahukan bahwa Riku demam tinggi, dan harap segera dijemput!

Wah… bus sudah bergerak menuju ke universitas. Jadi aku pikir, biarlah aku bertemu dulu dengan murid-murid di jam pertama, memberikan tugas, lalu minta ijin pulang dan batalkan kelas ke dua. Cepat-cepat aku pergi ke halte bus di gerbang Universitas, untuk naik bus lagi ke stasiun. Waktu itu pukul 11:08. Dan aku telepon SD nya Riku, ternyata mereka juga sudah menghubungi Gen, dan katanya Gen akan menjemput Riku….

Weleh, aku sudah tidak bisa lagi kembali ke kelas karena sudah dibubarkan, dan kelas kedua juga sudah diliburkan. Sambil aku tulis email ke Gen, bilang kalau dia masih ada kerjaan, biar aku saja yang jemput Riku. Dan tidak dijawab hehehe…

Perjalanan ke universitas memang jauh. Aku baru sampai di stasiun dan mengambil sepeda pukul 1 kurang. Dan aku sampai di rumah bersamaan dengan masuknya mobil Gen+ Riku pulang dari dokter. Kulihat muka Gen juga senang, karena dia bisa meliburkan diri dengan alasan yang kuat, anak sakit (ditelepon oleh SD nya langsung ke kantor). Dan tentu saja aku juga senang, tugasku bisa ringan sedikit. Coba seandainya aku baru sampai, dan jemput Riku, aku baru bisa antar ke dokternya jam 3 (baru buka lagi jam 3 sore RS nya) ….. pasti repot. Well, aku dan Gen hari ini merasa puas, bisa berbuat sesuatu yang baik untuk keluarga, tanpa gerutu bahwa kerjaan kami terbengkalai. Kami masih keluarga Indonesia, dimana keluarga nomor satu.

(ssssst makan malam kami hari ini: sup kacang merah pakai rib + vrikadel + sambal lombok goreng loh…. mau? Yuk kemari aja 😉 )

Quality Time

20 Okt

Pagi hari Riku mengeluh kaki dan tangannya sakit. Aku ukur suhu badannya tidak demam, hanya 36,5. Ah pasti dia cuma mau bolos. Tapi, kemarin dia juga mengeluh kakinya sakit, sampai dia manja minta aku antar dia ke sekolah. Meskipun terlambatpun dia maunya pergi sama aku. Akhirnya kami sampai di sekolah pukul 8:30 persis anak-anak sudah menyiapkan pelajaran pertama, tapi guru belum ada karena selalu ada “pengarahn pagi” setiap pagi.

Karena kemarin dia juga mengeluh begitu, dan menurutnya hari ini yang sakit  lutut, tangan (siku) dan dagu, juga tenggorokan. Hmmm, mengingat kondisi sekolahnya yang sedang banyak murid sakit influenza, dan sakit di pergelangan merupakan tanda-tanda influenza, maka aku dan Gen putuskan supaya Riku tidak ke sekolah. Aku pergi mengantar buku penghubung (berisi sebab kenapa tidak masuk) ke sekolah dan Kai ke penitipan, sedangkan Gen mengantar Riku ke dokter.

Rupanya pas dia sampai di RS dan diukur demamnya ternyata sudah 38,1 derajat. Wah! Oleh dokter dia langsung mengikuti test influenza. Hasilnya negatif, jadi bukan influenza. Tapi, jika besok masih demam, maka harus ke RS lagi untuk ditest lagi.

riku diantar ke rumah sakit oleh papanya, dan aku menyusul setelah antar Kai
Riku diantar ke rumah sakit oleh papanya, dan aku menyusul setelah antar Kai

Yang mengejutkan waktu ambil obat di apotik, di pintu apotik tertulis, pasien atau keluarganya yang positif atau dicurigai mengidap influenza, jika mau mengambil obat influenza tidak boleh masuk ke dalam apotik, harus lewat pintu belakang, mengebel dan petugas akan ambil resepnya di luar. Tentu hal ini untuk mencegah penyebaran influenza terhadap pasien lain. Apalagi virus H1N1 ini menjadi “mematikan” pada pasien penyakit lain. Ada berita bahwa ada anak kecil berusia 4 tahun meninggal, karena virus ini bertambah ganas karena dia menderita pnemonia. Juga ada yang meninggal karena virus ini mencapai otak. Duhhhh… Kelihatan memang seperti paranoid, sampai di setiap sudut ada alkohol gratis segala, tapi memang kalau sudah terinfeksi, akan sulit ditanggulangi.

Jadi hari ini aku merawat Riku yang berada di rumah. Karena bosan tidur terus, aku sempat memberi ijin dia untuk menonton TV selama 1 jam di sore hari. Sesudah itu aku ajak tidur lagi, karena dia tidak mau ditinggal kalau aku jemput Kai di penitipan. Aku bohongi dia bahwa aku ngantuk mau tidur, dan kalau sudah bangun akan pergi sama-sama jemput Kai. Begitu dia tertidur, aku langsung cepat-cepat naik sepeda dan menjemput Kai, membeli es krim (di sini es krim boleh diberikan pada anak demam dengan tujuan menurunkan panas) dan pulang. Untung saja Riku masih tidur. Sedangkan si Kai panggil-panggil “Kakak…kakak”… “Sssshhh kakak bobo!” “Bobo?” dengan lirih Kai ikut berbisik. Duhhh gemes!

Dan…. waktu aku ajak Riku dan Kai tidur malam harinya, pertanyaan itu keluar dari mulut Riku.

“Mama… Riku akan jadi kakek juga ya?”
“Iya dong Riku…semua manusia kan jadi tua. Mama juga jadi nenek, Riku juga jadi kakek.”
“Jadi Riku juga akan mati dong?”
“Iya …kan manusia pasti akan mati” ia mulai menangis.
“Loh kenapa Riku?”
“Ya kalau mati kan ngga bisa main lagi, ngga bisa pergi-pergi lagi. ”
“Yah…namanya manusia…. memang harus mati. Kecuali benda, kalau benda tidak mati. Manusia, hewan, tumbuhan semua mati”
“Kalau begitu buat apa aku hidup? Aku lebih baik jadi benda saja”
“Kalau Riku jadi benda, Riku tidak bisa punya pikiran seperti tadi (hmmm susah nih). Riku tidak bisa bertemu dengan papa, mama. Karena Riku tidak bernafas, tidak bisa makan, tidak minum….”

“Manusia diberi kehidupan oleh Tuhan. Diberi nyawa. Karena itu kita harus bersyukur pada Tuhan. Memang dengan “hidup” itu kita merasakan senang, tapi juga susah. Merasakan sehat tapi juga sakit. Nah seperti Riku sekarang, Riku sakit kan? Dan saat sakit, ingin segera sembuh, dan merasa ingin sehat. Jadi bersyukur pada “rasa sehat” itu. Kalau Riku tidak sakit. Riku tidak bisa menghargai sehat itu gimana. ”

Sambil aku bercakap-cakap begitu dengan Riku, Kai ganggu terus. Ganggunya dengan tidur di atas Riku…mau manja. Terpaksa aku angkat dia, karena Riku sulit bernafas. Lalu aku tanya “Kai sayang Riku?” Duhhh si Kai langsung mencium pipi Riku…. how sweet.

“Riku tuh Kai aja sayang Riku. Mama juga sayang Riku. Mama melihat Riku begini, demam dan lemas begini. Rasanya mama mau minta penyakitnya Riku supaya masuk ke badan mama aja.”
“Kenapa? ”
“Biar mama aja yang sakit, dan Riku bisa sehat, nonton TV, makan yang enak….” Dia menangis terisak-isak…
“Loh kenapa?”
“Kok mama yang musti sakit?”
“Riku…. mama dan papa sayang Riku. Orang tua sayang anak-anaknya. Dan sedih kalau anak-anaknya sakit. Papa dan mama akan berusaha supaya Riku dan Kai jangan sakit, biar papa dan mama saja yang sakit.”

Aku juga tidak bisa menahan air mata, karena melihat Kai mengelus-elus kepala Riku yang sedang menangis. Memang dari sejak bayi Kai selalu ikut menangis kalau Riku menangis. Uhhh… bahagianya mempunyai dua anak yang mau saling mengasihi. Dan Kai juga melihat mataku yang berair, lalu berkata sambil memegang pipiku yang basah, “Mama… me (mata)”
“Iya Kai… ini namida (air mata)”

Sambil aku ganti popoknya Kai, aku lanjutin lagi deh kotbahku 🙂
“Riku dulu juga waktu kecil begini. Riku kan lihat waktu Kai lahir…. Kecil, tidak bisa apa-apa. Sekrang? jadi nakal begini. Riku juga sama. Mama tahu dulu Riku waktu lihat Kai lahir, Riku tidak suka sama Kai kan?”
Dia mengangguk.
“Karena Riku pikir mama dan papa akan lebih sayang sama Kai. Tapi ngga kan? Mama papa tetap sayang Riku. Malah sekarang Kai juga sayang Riku kan? Riku musti senang punya papa, mama, dan Kai. ”

Sambil aku belai kepala Riku, “Manusia itu lahir, jadi besar, SD, SMP, SMA, Universitas…. menikah, punya anak….jadi tua…lalu mati. Memang sudah begitu. Riku ingat juga kan film Lion King. Simba yang kecil …bapaknya mati…. trus Simba kecil jadi Raja trus punya anak namanya Simba juga. Namanya Circle of Life… memang harus berputar…” Uh mulai sulit menjelaskan tapi aku lihat dia mulai mengantuk. Dan Kai juga ingin dibuatkan susu.

Sekembalinya dari membuat susu, kudapati Riku sudah tidur. Kai menunggu susu, dan minum sambil tiduran. Aku berbaring di sebelah Kai, sambil pura-pura tidur. Karena aku lhat mata Kai juga mulai merem-melek. Tiba-tiba Kai berbalik menghadap aku, dengan muka tengadah, mata merem. Duuuh lucu sekali. Tanpa sadar aku tersenyum lebar, berpikir dia sudah tertidur. Tahu-tahunya dia melihat aku tersenyum, dan ikut tersenyum….dan akhirnya kami berdua tertawa terbahak-bahak sambil berpandangan. Duuuh kapan tidurnya dong. Aku mulai pura-pura tidur lagi, dan akhirnya si Kai tertidur lelap.

Banyak air mata tumpah malam ini, tapi aku melewati malam yang sangat membahagiakan…. bisa berbincang dengan ke dua anakku. Semoga demam Riku turun….ataupun kalau besok masih demam, semoga bukan influenza, hanya masuk angin biasa.

Kai mencoba pakai masker, yang cuma tahan 5 menit hihihi
Kai mencoba pakai masker, yang cuma tahan 5 menit hihihi