Sebetulnya sih siapa yang mau mati kepanasan, tapi gejala bahasa seperti ini kan sering terjadi dalam bahasa kita. Hari mau hujan… loh si Hari mana mau hujan hehehe. Dan postinganku kali ini tidak ada hubungannya dengan postingan sahabat saya Yessy yang berjudul: Cacing Kepanasan. Kenapa juga si cacing saja yang diperhatikan kalau kepanasan ya? Karena dia bergerak terus…. dan bertambah panas? Atau OK deh aku bisa membayangkan mungkin seperti ikan yang dibuat sashimi, menggelepar dulu sebelum akhirnya mati…. ihhhh sudah mulai serem nulisnya jadi aku sudahkan sampai di sini dulu.
Nah, memang hari ini ada 5 orang Jepang yang meninggal karena terlalu panas di daerahnya, Gunma yang hari ini maksimum mencapai 39 derajat. Sedangkan Tokyo max hanya 36 derajat dan dikabarkan 177 orang dilarikan ke rumah sakit. Netchubyo, sakit karena overheat. Dehidrasi diawali dengan pusing, lemas dan akhirnya pingsan. Karenanya di sini berbahaya sekali jika tidak memakai topi, atau parasol (payung untuk matahari). Anak-anak selalu diwanti-wanti untuk minum berkala, dan tidak memforsir diri bermain di bawah terik matahari. Kemarin Riku dimarahi gurunya karena tidak pakai topi mengikuti pelajaran tambahan. Karenanya tadi pagi topi, dan termos minuman aku masukkan langsung ke dalam tasnya. Dan hari ini selesailah pelajaran tambahan ini.
Memang kalau panas seperti ini siapa yang bisa tahan untuk belajar? Meskipun di kelas Riku pakai AC, tetap saja perlu berjalan kaki ke sekolahnya. Kai di penitipan juga hampir seharian berada di dalam kolam karet bermain air supaya tidak dehidrasi. Memang perlu ijin orang tua yang menyatakan bahwa anaknya boleh “pool” berarti memakai celana renang, atau “mizuabi” bermain air dengan pakaian dalam. Dan hari ini juga merupakan hari terakhir Kai mengikuti kelas penitipan sebelum kami masuk summer vacation. Waktu aku jemput Kai tadi, ramai teman-temannya memberikan selamat jalan.
Satu hal yang menarik saya perhatikan di sini sarung lengan. Kalau sarung tangan kan untuk memanaskan tangan di musim dingin. Nah ini yang di-cover hanya lengan yang terbuka, terhadap teriknya sinar matahari. Intinya: orang Jepang tidak mau terbakar kulitnya. Kalau aku… udah dari sononya item, jadi mau dicover juga percuma hahaha. Tapi emang bener sih perlu “perlindungan” ya dengan arm-cover seperti itu atau sun-block spf tinggi, soalnya tadi pagi aku sempat lihat tangannya Riku, wah udah item rek!
Ah tidak-apa-apa… nanti juga di musim dingin bisa kembali menjadi putih! Selama musim panas, memang harus menikmati alam yang sudah diberikan Tuhan pada kita. Have a nice Summer Holiday friends…..