Ada 3 agenda besar yang diajukan oleh Kimiyo yang ingin dia lakukan di Jakarta, yaitu Ancol, Kidzania dan Taman Safari. Tapi yang butuh satu hari cuma Ancol dan Taman Safari, sedangkan Kidzania karena dekat dari rumah bisa kapan saja. Jadi waktu ada hari yang suaminya bermain golf paginya, kami merencanakan pergi ke Kidzania. Katanya golf kan paling sampai jam 11, jadi lumayan setelah itu kan?
Tapi pada kenyataannya kita baru masuk Kidzania pada pukul 2 lewat, jadi hanya bisa bermain kurang dari 2 jam (tutup jam 4). Selain dari memang kitanya lambat pergi setelah makan siang segala, aku tidak mau mengulang kesalahan dengan percaya begitu saja dengan sang supir. Aku minta supir papa untuk menjadi penunjuk jalan dengan motornya. Cari parkir di PP juga cukup memakan waktu, meskipun kami tetap mendapat tempat di P2Q4 (langsung catat dong!). Memang bisa sebetulnya kami turun di lobby dan membiarkan supirnya cari tempat parkir sendiri, tapi resikonya terlalu besar. Aku takut dia keluar di pintu yang salah, dan tidak bisa berada di lobby yang sama, selain dari ketakutanku tak ada signal HP di basement sehingga tidak bisa menghubungi dia. Ah daripada pusing memikirkan resiko-resiko itu, lebih baik kami mengetahui tempat parkir dan kami yang mencari sang supir 😀
Naik ke lantai 6, anak-anak tidak sabar ingin berlari sampai ke kidzania. Setelah menyelesaikan bayar-bayar dan isi formulir untuk bayi Haru, kami masuk. Aku sempat protes pada kasir Kidzania, mengapa tidak ada potongan harga khusus untuk mereka yang masuknya sudah siang/sore. Semua dipukul rata 115.000 rupiah/anak. Sedangkan di disneyresort aja ada potongan harga untuk mereka yang masuk pukul 6 sore, twilight ticket, sehingga pengunjung tidak merasa dirugikan. Kata adikku masih mending orang tua hanya membayar 85.000 rupiah sjaa, karena dulu waktu awal-awal buka/hari libur orang tua pun harus membayar sama, padahal ORANG TUA TIDAK BISA BERMAIN APA-APA. Hanya bisa bengong dan menunggu anak-anaknya bermain. Karena tidak memikirkan cara-cara menarik pengunjung inilah, Kidzania pada hari ini SEPI sekali. Memang enak sih karena tidak perlu mengantri, tapi 115.000 untuk 1,5 jam? Gila memang! (akunya hehehe kok mau….)
Tapi ternyata Ao kun ketakutan dan tidak mau mencoba menjadi polisi atau pemadam kebakaran. Dia hanya bisa menjadi penumpang bus BB. Padahal Riku, Sophie dan Kei aktif mau ke mana-mana (Aku membawa sepupunya Riku juga, kecuali Dharma yang sudah merasa besar dan banyak sekali PR nya. Maklum dia sudah SMP kelas 1 sekarang). Jadi deh rombongan kami terbagi 3, Ao kun bersama papa, mamanya (dan Haru tentunya) , kemudian kelompoknya Riku, Sophie dan Kei yang heboh bermain sana sini, dan kelompoknya Kai chan + mama yang kerjanya hanya duduk dan bengong 😀 Loh….
Kai memang penakut, dia tidak pernah berani mencoba sesuatu yang baru atas inisiatifnya sendiri. Sungguh berlainan dengan Riku yang sejak kecil sudah aku latih untuk tidak malu bertanya dan berani mencoba…segalanya baik permainan maupun makanan 😀 (Dia SUKA sate padang loh…..padahal kan pedas). Kai enggan mencoba, padahal jika dipaksa atau dibiarkan beberapa waktu akhirnya dia menemukan kesenangan yang bisa diperoleh, baru dia tahu dan mau. Ibaratnya dia membiarkan semua orang berpesta dan dia baru makan sisa-sisa pengunjung, dan…menyesal kok baru tahu sekarang (ironis sekali tapi memang begitu sih). Padahal aku selalu berusaha supaya dia sama seperti Riku yang berani mencoba. Tapi yah karakter anak itu kan memang berbeda ya. Jadi waktu kakak-kakaknya bermain mobil dan petugas pompa bensin, dia bengong saja. Itu karena dia tidak punya SIM. Untuk membuat SIM perlu pemeriksaan kesehatan, tapi dia TAKUT disuntik 😀 ampuuun deh. Meskipun akhirnya setelah sekian lama tidak ada satupun kegiatan yang dia buat, akhirnya dia mau membuat SIM dan bermain sendiri. Duh nak, kamu terlambat!
Waktu aku menemani Kai, tiba-tiba ada seorang ibu dengan anak bule yang menyapa,
“Mbak…. Imelda ya?”
Aku bingung dan berkata, “Ya, saya imelda”
“Saya lihat Kai, jadi saya pikir pasti mbak Imelda. Saya temannya Susi di Belanda, sering melihat foto-foto mbak di FB.”
“Susi Huijbergen? Kamu juga dari Huijbergen? Wah lucu sekali bisa bertemu di sini ya.”
“Saya sih di Bergen op Zoom, dekat Huijbergen.”
“Ya, ya… tapi stasiunnya sama kan? Bergen op Zoom. Saya turun di stasiun itu waktu pergi ke rumah Opa Baseler”
“Betul sama….”
“Lagi liburan juga?”
“Ya sudah hampir pulang seminggu lagi. Ini Nick anak saya, dari tadi pagi jam 9 kami di Kidzania. Karena sendiri, jadi tidak seru mau main-main. Riku di mana?”
“Riku sama sepupunya udah lari ntah kemana. Nanti kalau dia kembali bisa ajak Nick bermain bersama.”
Dan akhirnya Nick, Riku, Sophie dan Kei bermain racing car berempat.
Ah pertemuan lagi dengan seseorang nun jauh dari sana, berkat Facebook. Tadinya kupikir dia bukan temanku, ternyata sudah menjadi temanku di Facebook, bahkan aku pernah berkomunikasi dengannya soal resep gethuk! Siapa nyana aku bisa bertemu dia di dunia nyata, di Jakarta. Tempat bukan lagi penghambat untuk bisa bertemu, meskipun perlu keajaiban untuk bisa mempertemukan kami.
Waktu tutup pukul 4 segera menghampiri, sehingga Riku yang merasa kurang bermain agak merajuk. Memang harus datang dari pagi jika mau menikmati semuanya. Jadi aku katakan, nanti sebelum kembali ke Jepang, aku akan antarkan dia bermain sepuasnya. Dan sebelum pulang, kami sempatkan mampir ke Urban Kitchen di lantai 5 Pasific Place untuk ngopi dan anak-anak makan ice cream… tadinya. Eh kok setelah makan es krim mereka minta makan juga 😀 Jadilah kami sekalian makan malam, apalagi Ao kun agak hangat sehingga mereka juga membeli makanan untuk dibungkus bawa pulang. Waktu kami datang pukul 4:15 tidak ada satupun pengunjung, tapi mulai pukul 5 sore mulailah berdatangan pengunjung yang akan buka puasa. Menjelang pukul 5:30 tidak ada lagi kursi yang kosong, bahkan tidak sedikit orang yang mengincar kursi kami (padahal sedang diduduki) seakan-akan membatin “Cepet dong pergi…” Meskipun tanpa kata, pandangan mereka juga tidak “bersahabat” sehingga akupun merasa tidak nyaman… “Ambil gih sana…..” Dan bahkan sebelum pantat kami berpisah dari kursi, sudah ada yang menaruh tasnya. HUH, sebal sekali rasanya, seakan mencari makan menjadi pertempuran. Kunamakan ini “The battle of buka puasa”. Bukan, sama sekali tidak ingin menyinggung mereka yang berpuasa, tapi kadang aku merasa aneh. Mereka memesan makanan dan minuman di hadapan mereka dan sambil melihat jam “teng!” langsung menyantapnya bagai singa lapar (yah memang lapar sih). Aku pikir bukannya seharusnya pelan-pelan ya supaya perut tidak kaget? Ah, tapi itu bukan ranahku untuk berbicara, sehingga aku hanya menikmatinya, dan berusaha tidak mengambil semua kejadian (perebutan tempat duduk, petasan, kerja lelet) ke dalam hati. Aku berusaha menghormati mereka yang berpuasa, tanpa berharap apa-apa.
Berkat kecerdikanku **halah** kami kembali ke mobil tanpa tersesat dan tanpa khawatir mobilnya tersesat 😀 dan meninggalkan Pasific Place untuk pulang ke rumah dan hotel. Tapi ternyata ini merupakan awal dari ketidakmujuran liburan Kimiyo karena setelah itu sampai tanggal 6 Agustus, Ao kun demam 🙁 ……. Jadi bagaimana Taman Safarinya?