Pameran “Elite” di Yokohama

31 Agu

Wah ternyata sudah seminggu aku kembali ke rumah. Tepat pagi ini Jumat minggu lalu aku sampai di Narita. Selama seminggu itu rasanya sibuuuk sekali, bukan karena bongkar koper tapi karena pergi terus 😀 kebetulan Gen ambil cuti dua hari juga, sehingga kami berkesempatan pergi berlibur bersama keluarga.

Hari Sabtu kami langsung pergi ke rumah mertua di Yokohama untuk membawa oleh-oleh dan ngobrol. Selama aku dan anak-anak pergi ke Indonesia, Gen dan orang tua sering pergi bersama. Satu kali sampai ke Wakayama prefecture karena ada om yang meninggal. Kemudian mereka juga pergi berlibur dengan mobil ke daerah Sendai dan utara Jepang. Pernah akan menginap di Morioka tapi terhadang hujan lebat yang berpotensi banjir, sehingga cepat-cepat kembali ke Sendai. Jadi kami bertukar cerita malam itu, tentu sambil mencoba sake asli Yamagata.

Minggu pagi kami terbangun oleh hujan. Setelah sarapan kami bermalas-malasan tapi kupikir sayang sekali waktu terbuang begitu saja, jadi aku menyarankan untuk pergi ke Cup Noodles Museum di Yokohama. Ibu mertuaku juga mau ikut, sehingga kami berlima naik mobil menuju daerah kota Yokohama.

Gudang Batubata

Mendekati museum itu, kami melihat begitu banyak orang yang masuk museum. Hmm tidak enak juga jika kami harus antri lama-lama hanya untuk mencoba membuat cup noodles sendiri. Lagipula waktu kami mau parkir di situ, sudah penuh dan harus mencari tempat parkir yang lain. Jadi kami terus menuju ke Akarenga Soko (Redbrick Warehouse – Gudang Batubata) yang merupakan salah satu tempat wisata juga di Yokohama. Tempat parkirnya mahal, dan waktu kami ke situ memang ada tanda mansha 満車 (sudah penuh) tapi hanya ada 3 mobil yang sedang antri. Kami memutuskan untuk antri saja, karena begitu ada 3 mobil yang keluar, pasti kami bisa masuk. Masalahnya berapa lama? hehehe

Tapi kami sudah memutuskan untuk tidak jadi ke Cup Noodles Museum dan melihat di pelataran Gudang Batubata itu banyak mobil pemadam kebakaran, ambulans dan tenda-tenda, seperti ada festival. Dan tidak sampai 10 menit ternyata ada 3 mobil yang keluar lapangan parkir, sehingga kami bisa memarkirkan mobil kami di situ. Yatta! Horreeee.

Riku naik motor dari NTT

Kami langsung keliling, dan Kai yang melesat sendirian ke mana-mana sehingga terpaksa aku harus mengawasi dia. Pertama dia naik sepeda motor dari grup NTT telepon, yang konon dipakai untuk memeriksa jaringan. lalu sesudah itu dia ingin coba pakai baju dengan masker anti gas. Ada dua tempat yang menarik hatinya yaitu masker dari Japan Coast Guard (Pengawas Pantai) dan dari dinas pemadam kebakaran. Waktu mau mencoba, Riku ikut bergabung sehingga aku bisa memotret keduanya dengan seragam Japan Coast Guard. Di sini kami mendapat penjelasan bagaimana cara mengangkat lapisan minyak di permukaan laut dengan bahan khusus.

Japan Coast Guard

Di ajungan perusahaan Gas Jepang, kami mengisi kuiz yang kemudian bisa memutar undi untuk mendapatkan hadiah. Di situ kami baru tahu bahwa tanggal 31 Oktober adalah hari gas 😀 . Yang lucu Kai ingin berkali-kali memutar undi jadi dia bolak balik ikut kuiz itu.

menaiki mobil Palang Merah memakai baju dokter Red Cross

Dari petugas Japan Coast Guard kami mengetahui bahwa kapal patroli Izu dibuka untuk umum. Kapal Patroli ini sangat membantu pencarian korban waktu terjadi tsunami di Tohoku. Jadi kami langsung ke tempat kapal patroli itu ditambatkan dan masuk ke dalam. Dari situ kami bisa melihat pemandangan sekitar dari atas kapal. Ada pula demonstrasi penyelamatan orang di laut. Salah satunya Riku mencoba ditarik dengan crane cukup tinggi.

Kapal Patroli Izu
Riku diangkat dengan crane dalam simulasi penyelamatan kecelakaan laut

Saking sukanya Riku dengan Japan Coast Guard ini, dia membeli vest dengan uangnya sendiri.

Riku dengan vest yang dibeli sendiri dengan uang sakunya. Kai mama yang belikan, soalnya Riku mendapat topi dari neneknya 😀

Sesudah dari kapal, kami juga melihat museum kapal pengintai Korea Utara yang ditangkap Japan Coast Guard dan kolam renang tempat mereka berlatih. Aku sempat bercerita pada salah satu staf, bahwa aku pernah lihat acara di TV bahwa anggota Japan Coast Guard itu harus berlatih untuk bisa menahan nafas sampai 30 detik. Dan kata staf itu memang ada latihan seperti itu terutama untuk mereka yang bertugas di laut langsung.

kolam tempat mereka berlatih

 

Tapi memang acara seperti ini selalu ramah terhadap anak-anak. Mereka menyediakan baju kapten ukuran anak-anak untuk dicoba. Riku sudah harus memakai ukuran dewasa, sehingga kadang tidak bisa ikut memakai kostum.

kapten Kai Miyashita

Setelah dari kapal pengintai itu, kami menuju Gudang Batubara lagi untuk mencari makan. Padahal Riku sebetulnya ingin sekali melihat latihan dengan  helikopter. Sesudah makan kami kembali lagi ke beberapa stand yang belum dikunjungi seperti Palang Merah, Pasukan bela diri, mobil pemadam kebakaran dengan tangga dan mobil pemadam bahan kimia. Ada pula mobil simulasi gempa bumi.

pemadam kebakaran

Boleh dikatakan semua anjungan yang ada itu merupakan perwakilan dari “elite” di daerah Yokohama, yang pasti amat berperan jika terjadi bencana baik di Yokohama maupun di tempat lain. Ada perusahaan lifeline : gas, listrik, telepon dan layanan darurat: Palang Merah, pemadam kebakaran, Pengawas pantai dan pasukan bela diri. Merupaka kesempatan langka untuk anak-anak melihat semua perusahaan itu di satu tempat apalagi bisa berfoto bersama baik dengan baju seragam mereka maupun dengan sarana-sarana mereka. Baru kami ketahui setelah pulang ke rumah bahwa festival/fair  itu adalah festival Penanggulangan Bencana Yokohama yang diadakan pemda Yokohama. Memang setiap tahun pada tanggal 1 September selalu diadakan peringatan Penanggulangan Bencana, dan rupanya festival ini sehubungan dengan hari peringatan tersebut. Dan sudah waktunya juga aku mengecek persiapan deMiyashita dalam menghadapi bencana.

kakak-adik pemadam kebakaran

Kami sama sekali menyangka bahwa rencana kunjungan ke museum Cup Noodles bisa menjadi pengalaman yang begitu menarik bagi anak-anak dengan adanya Festival Penanggulangan Bencana Yokohama ini. Kalau hari biasa dan tanpa festival ini kami tidak akan bisa masuk atau mencobai bermacam-macam hal.

Ah DeMiyashita memang terbiasa dengan perjalanan tanpa rencana. Nariyuki. Tanpa festival ini, mana bisa mereka mencoba memakai seragam macam-macam 🙂

 

Piipoopiipoo-119

9 Nov

Piipoo piiipooooo adalah bunyi suara sirine dari Kyuukyuusha, mobil ambulans. Dan suara sirine SHOUBOUSHA atau pemadam kebakaran adalah Wuuuu wuuuuu.  Memang di Jepang mobil pemadam kebakaran dan ambulans itu satu set. Untuk memanggilnya, kita cukup menekan nomor 119, dan katakan kita butuh ambulans atau pemadam kebakaran. Tanpa diberitahukan biasanya akan datang dua-duanya, dengan asumsi jika terjadi kebakaran maka mobil ambulans pun diperlukan. Kabarnya bunyi sirine ambulans yang piipoopiipoo ini sengaja dibedakan dari suara sirine pemadam kebakaran supaya sang pasien/korban tidak “tegang”.

Nah, kenapa di Jepang nomor teleponnya 119? kenapa tidak ikut Amerika saja yang nain-wan-wan itu? Ternyata dulu pada tahun 1920, ditetapkan nomor 112. Tapi karena telepon jaman itu yang dengan “memutar” nomor ini sering salah pada tahun 1926 diubah menjadi 119. Diharapkan dengan memutar nomor sembilan yang terakhir, sambil menunggu kembali dan tersambung, mampu membuat si penelepon sedikit “tenang”. Tapi sekarang dengan telepon sistem tekan, tidak “ngaruh” ya hehehhe.

Mobil pemadam kebakaran kenapa merah sih? Hmmm saya tidak tahu warna mobil pemadam kebakaran di negara lain…. dan juga kenapa harus merah. Menurut yang saya baca, ternyata alasannya hanya karena warna api itu “merah”, sehingga waktu kita melihat mobil pemadam kebakaran yang merah, kita diharap untuk bisa berhati-hati akan api.

Sudah pernah coba naik ambulans? Waktu saya ke jakarta kemarin, dan ke Rumah Sakit, saya memang cukup heran melihat bermacam-macam ambulans yang datang ke Unit Gawat Darurat di rumah sakit itu. Setiap rumah sakit mempunyai warna dan tulisannya juga macam-macam. Bahkan kesannya seperti mobil reklame. Dan saya baru sadar bahwa di Jakarta tidak ada ambulans “negeri” yang bisa dipanggil kapan saja dan membawa kita ke RS mana saja. Justru di Jepang tidak ada atau jarang ada ambulans “private”. Tapi tentu saja mau “private” atau “negeri”, sebaiknya jangan sampai deh naik ambulans. Saya pernah merasakannya, dan ….. kalau dalam keadaan sadar goyangannya bisa bikin tambah sakit heheheh, Jadi kalau mau naik ambulans, mending pingsan aja ya ….. Dan untung saja waktu itu saya tidak melahirkan Kai di ambulans…ngga kebayang deh….

Hari ini tanggal 9 November, dalam bahasa Jepang 11-9 angka yang sama dengan nomor telepon Shoubousha.

Cerita Picture Book tentang mobil pemadam kebakaran : Jeepta the little fire engine