Hari Jumat lalu, aku mengajar tentang puisi Indonesia kepada mahasiswa kelas menengah. Aku memperkenalkan karya Chairil Anwar yang terkenal “Aku” dan karya Rendra. Sambil aku menanyakan mereka apakah mereka menyukai Haiku, Tanka atau puisi modern Jepang dan siapa penyair Jepang kesukaannya. Atau kalau tidak suka puisi dan sastra, mungkin mereka punya sebuah kata mutiara, kalimat yang mereka sukai berupa quotes atau peribahasa, apa saja. Lalu kutanya satu-satu. Dan ternyata memang hanya 4 orang (3 wanita) dari 20 mahasiswa yang menyukai puisi.
Aku biasanya mengambil contoh puisi Jepang untuk diterjemahkan dari karya Kaneko Misuzu yang sudah pernah aku tulis di sini, tapi dari mahasiswaku aku menjadi mengenal satu lagi nama penyair wanita Jepang yaitu Ibaraki Noriko. Aku langsung mencari puisinya dan menurut suamiku yang paling terkenal itu judulnya : “Ketika Aku sedang Cantik-cantiknya” わたしが一番きれいだったとき。
Ketika aku sedang cantik-cantiknya わたしが一番きれいだったとき
Kota runtuh berserakan 街々はがらがらと崩れていって
dari tempat-tempat yang tak terduga とんでもないところから
bisa terlihat langit biru 青空なんかが見えたりした
Ketika aku sedang cantik-cantiknya わたしが一番きれいだったとき
Orang di sekelilingku banyak yang mati まわりの人達が沢山死んだ
di pabrik di laut di pulau tak bernama 工場で 海で 名もない島で
Tak ada lagi niat untuk bersolek わたしはおしゃれのきっかけを落としてしまった
Ketika aku sedang cantik-cantiknya わたしが一番きれいだったとき
tidak ada orang baik yang memberika hadiah 誰もやさしい贈り物を捧げてはくれなかった
Lelaki hanya tahu tanda hormat 男たちは挙手の礼しか知らなくて
dengan pandangan yang bersih semua berangkat きれいな眼差だけを残し皆(みな)発っていった
Ketika aku sedang cantik-cantiknya わたしが一番きれいだったとき
Kepalaku kosong わたしの頭はからっぽで
Hatiku kaku わたしの心はかたくなで
Hanya tangan dan kaki berwarna coklat 手足ばかりが栗色に光った
Ketika aku sedang cantik-cantiknya わたしが一番きれいだったとき
Negaraku kalah dalam perang わたしの国は戦争で負けた
Adakah hal yang sebodoh itu? そんな馬鹿なことってあるものか
menggulung lengan menyusuri kota hancur ブラウスの腕をまくり卑屈な町をのし歩いた
Ketika aku sedang cantik-cantiknya わたしが一番きれいだったとき
dari radio mengalir musik jazz ラジオからはジャズが溢れた
sambil sempoyongan merokok diam-diam 禁煙を破ったときのようにくらくらしながら
Aku mabuk oleh musik luar negeri わたしは異国の甘い音楽をむさぼった
Ketika aku sedang cantik-cantiknya わたしが一番きれいだったとき
Aku amat tidak bahagia わたしはとてもふしあわせ
Aku merasa sangat aneh わたしはとてもとんちんかん
Aku merasa amat kesepian わたしはめっぽうさびしかった
Karena itu kuputuskan untuk panjang umur だから決めた できれば長生きすることに
setelah tua akan melukis yang sangat indah 年とってから凄く美しい絵を描いた
seperti karya paman Rouault フランスのルオー爺さんのようにね
Sebuah puisi yang ditulis waktu Ibaraki Noriko berusia 15 tahun waktu terjadi perang Jepang Amerika (sampai berusia 19 tahun) menggambarkan situasi pada saat itu. Tapi ada satu lagi puisi yang berjudul Jibun no Kanjusei kurai 自分の感受性くらい、“Sensitifitas diri”Ibaraki Noriko menghardik diri sendiri yang menyalahkan dunia akan kegagalan atau kekeringan hati. Sampai dia menyebut dirinya sebagai bakamono ばかもの orang yang bodoh. Dengan puisi itu seakan dia ingin bangkit dari semua kegagalan.
Setelah aku dan Gen membahas dua karya Noriko ini, kami menyadari bahwa Ibaraki Noriko yang membuat majalah puisi berjudul “KAI” 櫂 pada tahun 1953 yang kanjinya kami pakai untuk nama anak kedua kami. Aku jadinya ingin mencari puisi-puisinya yang lain deh.
Kamu suka puisi siapa?