Mamma Mia!!! kok lelet banget ya?

30 Jan

Tadi pagi ada sesuatu di televisi yang membuat suami saya terlambat pergi kerja. Yaitu sebuah interview televisi Jepang dengan Merryl Streep, si pemain di film “Mamma Mia”. Wah memang dia sudah tua ya, sudah terlihat keriput di sana sini. Tapi ada satu kata-katanya yang cukup memberikan inspirasi (ah kata-kata ini aku tidak begitu suka… tapi ngetrend banget sih di Indonesia) yaitu, “Keep your spirit, jangan mau kalah dengan umur. Tapi jangan mengingkari umur juga. Yang penting jangan putus asa! ” 年に負けず Kira-kira begitulah kata-kata dia yang sudah diterjemahkan dengan subscript 字幕 di bagian bawah dalam tulisan bahasa Jepang (Dan saya selalu membaca script-script seperti itu, makanya saya benci jika terjemahannya salah)

Kenapa juga Merryl Streep diwawancarai hari ini? Ternyata hari ini , ya HARI INI tanggal 30 Januari 2009, FILM MAMMA MIA itu baru diputar di bioskop-bioskop di Jepang. WELL, coba baca ulasan adikku si Lala di sini. Postingannya di tanggal 13 Oktober jeh. Di Indonesia sudah main lama (udah kunoooo). Tapi di Jepang baru hari ini. Saya juga sudah bisa (sudah bisa bukan berarti sudah menonton loh… lain sekali… ) nonton di dalam pesawat SQ waktu pulkam akhir Oktober-November lalu. TAPI di bioskop Jepang, orang-orang Jepang baru bisa nonton HARI INI. Kenapa kok bisa begitu?

Ya, ini adalah sebuah masalah yang kelihatannya sulit untuk diatasi oleh masyarakat film di Jepang. Sudah pasti film-film dari Luar Negeri baik itu film hollywood atau film asing lainnya membutuhkan penerjemahan. Penerjemahan itu bisa berbentuk subscript (tulisan di bawah kalau di Indonesia dan di samping kanan kalau di Jepang — karena tulisan kanji itu dari atas ke bawah-kanan ke kiri) atau sulihsuara. Akhir-akhir ini lebih banyak film yang memakai sulih suara. Jadilah kita menonton film action di Swachi -chan ( Schwarzenegger)   dengan suara om-om Jepang yang terus terang saja TIDAK MACHO sama sekali. Kalau sudah dipasang di televisi memang kita bisa switch ke bahasa asli atau bahasa Inggris, tapi kalau di bioskop kan tidak bisa seenak perut. Pasti yang dipasang yang bahasa Jepang.

Film Wall-e yang Riku tonton bulan Desember lalu juga sudah di-sulihsuarakan ke dalam bahasa Jepang! Oi oi… makanya orang Jepang sampai kapanpun akan sulit berbahasa Inggris karena tidak terlatih!. OK deh Karena Wall e adalah konsumsi anak-anak yang belum bisa bahasa Inggris, mau tidak mau memang harus memakai sulih suara. Saya katakan MAU TIDAK MAU!. kenapa? Ya karena sulit untuk memberlakukan penulisan subscript terjemahannya di dalam film. Nah! kenapa lagi tuh.

Untuk menerjemahkan pembicaraan bahasa Inggris ke dalam bahasa Jepang tentu saja memakai KANJI. Pengetahuan Kanji anak-anak SD- SMP tentu saja masih terbatas. Akan ada banyak tulisan yang mereka tidak bisa baca dan mengerti. Yah, kalau begitu pakai hiragana saja. Nah itu dia masalahnya, kalau pakai hiragana maka kalimat yang harus ditulis akan semakin panjang. Ternyata ada ketentuan bahwa panjangnya satu subscript film hanya boleh memakai 13 huruf dalam 2 baris. Alasannya manusia hanya bisa membaca 4 huruf dalam 1 detik. Dan ternyata sekarang pun jumlah huruf yang 13 itu menjadi semakin sulit. Banyak pemuda Jepang yang tidak keburu membaca 13 huruf itu. Ini berhubungan dengan menurunnya kemampuan pemuda Jepang menguasai Kanji, menurunnya berbagai pengetahuan umum, termasuk sejarah dan budaya. Misalnya Soviet dalam bahasa Jepang disebut ソ連(それん), dan banyak pemuda yang tidak tahu apa itu.

Jadi sekarang banyak pengimpor film asing yang berputar haluan membuat sulih suara untuk film-film yang akan diputar di bioskop maupun di video. Dan proses pembuatan sulih suara itu memang lebih memakan waktu daripada hanya menambahkan subscript pada film. Karena proses panjang itulah sering kali kami yang di Jepang harus menunggu film-film baru hollywood yang sudah diputar di Indonesia paling cepat 3 bulan sesudahnya. Ironis ya? Dan JUDUL FILM nya bisa berubah, disesuaikan dengan bahasa Jepang misalnya Basic Instinct jadi 氷の微笑 (harafiah nya senyum es). Karena itu saya paling benci kalau murid-murid saya memberitahukan judul film holywood yang sudah diterjemahkan. Pasti saya tanya, “Bahasa Inggrisnya apa?” hehehhe. Dan tentu saja mereka tidak tahu! Kalau sekarang enak, bisa tanya sama Paman Google. Dulu belum lahir tuh Pamannya.

Sebagai tambahan saya juga ingin menceritakan pengalaman nonton bioskop di Tokyo. Saya tidak tahu apakah akhir-akhir sudah berubah, tapi yang pasti jika kita mau nonton film di bioskop, kita membeli karcis secepat mungkin. Kalau film baru malah biasanya harus antri berjam-jam. Nah, kalau di Indonesia kan biasanya kita bisa memilih tempat duduk yang ada, sehingga kita bisa pergi dulu jalan-jalan dan sebelum film mulai kita kembali ke gedung bioskop itu. Nah, kalau di Jepang, tidak ada sistem memilih tempat duduk. Siapa cepat masuk dia bisa memilih mau duduk di mana. Karena itu, sesudah membeli karcis, semua akan antri lagi di depan pintu masuk. Bayangin deh, dengan tiket di tangan kita masih musti tunggu lagi 1 jam untuk berebut tempat! Bete bete deh. Pernah saya mau membeli tempat duduk VIP saja. Eeee ternyata tempat duduk VIP itu bedanya hanya berada persis di tengah-tengah bioskop dengan tanda alas duduk berwarna putih! Mending kalau kursinya kursi sofa empuk bisa selonjoran. No! sama seperti yang lain tapi ada alas sandaran bahu/leher berwarna putih. Harganya? dobel …. HuH! Mending nonton DVD di rumah saja. Tapi mungkin juga sistem ini sudah berubah, soalnya sudah lama tidak nonotn film di bioskop sih.

Tapi yang enak sih memang dulu pernah nonton film di bioskop di daerah Chiba (desa? …heheeh jangan marah ya untuk mereka yang tinggal di Chiba). Kita bayar satu film tapi bisa nonton berkali-kali asal tidak keluar dari bioskopnya. Jadi bisa juga masuk tengah-tengah film duduk, dan nonton lagi mulai awal (jadi bisa nonton satu setengah film hahahaha… bener-bener deh gaya mahasiswa. Kalo anak 80-an bilangnya BOKIS!!! (Yang pernah ngajak saya nonton di Chiba baca posting ini ngga ya hehehe)

So, apakah saya akan nonton Mamma Mia hari ini? TIDAK. Hari ini hujan terus, dan saya tidak suka menonton. Nanti saja kalau saya naik SQ ke Singapore mungkin bisa menonton film baru dalam pesawat (kalau Kai tidak rewel— Kalau Riku sih enjoy banget nonton film dia, waktu itu pp dia menonton Kungfu Panda dan terbahak-bahak sendirian. Dan film itu memakai sulih suara bahasa Jepang! )

(Tadi sempat lihat trailernya di http://www.mamma-mia-movie.jp/enter.html     hmmm si Pierce Brosnan sudah tua ya —well saya juga sudah tua sih—  padahal aku suka banget sama dia waktu main di Return of the Saint)

Tusuk Gigi yang Urusan Istri

18 Jan

Wah saya jadi terpecut ingin menulis setelah saya membaca mengenai “Personal Branding” di tulisannya Pak EWA yang ini (http://webersis.com/2009/01/09/personal-branding/). Dan saya komentari bahwa blog saya itu “gado-gado” atau “pensil warna” (Themes pertama blog saya adalah pensil warna, mewakili tujuan saya ngeblog. Dan setiap saya ganti themes, mas trainer bilang bahwa yang pensil warna adalah “the top one”). Dan sambil saya menulis komentar itu saya kok terpikirkan untuk menulis tentang “tusuk gigi”. Entah kenapa.

Lah, ada apa dengan si tusuk gigi? Karena tusuk gigi dalam bahasa Jepang disebut TSUMAYOUJI つまようじ 爪楊枝. Sedangkan tsuma itu berarti istri dan youji bisa berarti urusan/hal (Kanjinya memang BEDA! tapi bacaannya (hiragananya) sama.  Jadi tusuk gigi adalah urusan istri? Hmmm untuk para wanita mungkin akan marah ya jika sampai tusuk gigipun menjadi urusannya para istri. Atau jika dikatakan urusannya para istri ‘hanya’ seperti tusuk gigi yang terbuat dari kayu/bambu pendek (kira-kira 10 cm) dengan ujung yang tajam. Apalagi fungsinya hanya untuk ‘mengorek-korek’ kotoran di gigi yang katanya mas trainer namanya slilit (terus terang saya baru tahu kotoran di gigi itu namanya slilit. Nah saya belajar lagi dari blogger kan! Silakan baca postingannya mas trainer yang di sini. ) Sebal ya para istri, kita-kita ini dihubungkan dengan kotoran gigi!!!!

Tapi coba bayangkan kalau tidak ada si tusuk gigi! Betapa susahnya kita mengeluarkan kotoran gigi itu. Mau pakai jari? kegedean. Mau pakai bolpen …jorok! Mau gosok gigi… iya kalau bawa sikat gigi. Dicari-carilah sesuatu yang bisa dipakai untuk menghilangkan slilit itu. Dan memang tusuk gigi itu yang paling tepat. PAS! Karena itu orang yang sering mengalami masalah dengan sisa makanan di sela-sela giginya pasti membawa tusuk gigi kemana-mana (kayaknya tergantung dari  jenis makanan yang dimakan dan susunan gigi juga ya. Kita serahkan masalah ini pada mbak Tanti dan mbak Noengki yang ahlinya. Silakan baca mengenai tusuk gigi yang diposting Mbak Noengki di sini)

Ada sebuah joke mengenai tusuk gigi yang diceritakan papa waktu saya kecil, dan saya rasa mungkin teman-teman yang lain pernah dengar. Begini ceritanya:

Di sebuah rumah, majikan mencari-cari tusuk gigi di meja makan dan sekitarnya tapi tidak ketemu. Dia yakin pasti tusuk gigi itu masih banyak. Lalu dia panggil pembantunya:

” Min……..!!! mana tusuk gigi yang ada di atas meja?”
“Ngga tahu bu. Mungkin bapak …”
“Mana mungkin bapak ke kantor bawa tusuk gigi sama tempat-tempatnya. Edan!”
“Saya bener ngga tahu bu. Wong saya kalau pake sesuatu saya selalu kembalikan pada tempatnya!
” Whaaaat………..#&$'(‘$&#”$!”  (Bayangin si pembantu kembalikan tusuk gigi yang habis dia pake yieks   hihihihihi)

Tusuk gigi ada di semua negara dan katanya telah ada selama ribuan tahun sebagai alat pembersih gigi. Bahkan katanya ada yang terbuat dari perak, atau dihias dengan permata segala. Maunya saya sih tusuk gigi bisa di daur-ulang …maklum enviromentalis …cieeee. Katanya Mas Wiki sih di Korea ada tusuk gigi yang bisa dimakan hehehhe. Bagus juga tuh idenya, asal jangan nanti tusuk giginya nyelip di gigi lagi hihihi.  Dan saya rasa di semua negara pun fungsi isteri sama pentingnya seperti tusuk gigi. Kecil, tapi dicari dan berguna. Jadi…. Eman-eman! meskipun seperti tusuk gigi, istri janganlah dibuang setelah dipakai! Nanti susah carinya loh….dan baru terasa pentingnya! Jangan lupa kembalikan istri Anda kembali ke tempatnya semula setelah dipakai ya! (seperti si pembantu gitu hahahaha)

tusuk gigi bagi environmentalis hehehe buatan Inggris dan harganya 13 ribu yen saja tuh hihihi (Rp 1.300.000 kira-kira)
tusuk gigi bagi environmentalis hehehe buatan Inggris dan harganya 13 ribu yen saja tuh hihihi (Rp 1.300.000 kira-kira). diambil dari : http://www.yumetai.co.jp/shop/g/g69226000000/

Nah, bener kan blog saya tuh “gado-gado” heheheh…..

Kaleidoscope

22 Des

Saya diberi tugas oleh Bang Hery untuk membahas tentang kaleidoscope. Setelah saya cari dalam google versi jepang, saya mendapatkan keterangan ini.

Kaleidoscope berasal dari bahasa Yunani yang merupakan paduan kata [Kalos] yang berarti indah, [eidos] berarti corak dan [scope] berarti melihat. Jadi kaleidoscope sendiri merupakan sebuah alat semacam teropong yang didalamnya terdiri dari 3 lembar lempengan kaca yang diberi sekat, dan di bagian dalam diberi kepingan kaca atau kertas warna warni sehingga bisa memantulkan sesuatu corak yang berwarna-warni. Kita bisa melihat langsung ke dalam teropong tersebut atau memantulkannya ke dinding. Seni ini sangat terkenal di Jepang, sehingga kalau Anda pergi ke toko cendera mata, pasti akan menemukan tabung dengan lapisan kertas Jepang, dan jika Anda melihat lewat lubang kaca yang ada di ujungnya, bisa melihat corak warna yang bisa berubah jika tabung itu diputar.

Ya! itulah kaleidoskop (bahasa Jepangnya Bankakyou) . Arti sesungguhnya melihat corak yang indah…. sampai ada museum di Kobe bernama Kobe Kitano Kaleidoscope yang menyuguhkan keindahan kaleidoscope dalam berbagai jenis warna dan corak. Lihat slogannya, Healing and Relaxing Time with Beautiful View in a Small Hole.

Tapi di penghujung tahun biasanya memang ada acara di televisi/media lain di Indonesia yang menyajikan suatu rangkaian kejadian yang terjadi dalam satu tahun sebagai kilas balik, dan dinamakan Kaleidoscope. Tapi karena isinya bermacam-macam kejadian, dan termasuk juga kejadian buruk, mestinya tidak cocok ya dinamakan kaleidoscope. Semestinya diberi nama kilas balik saja… atau perenungan. Siapa yang mau usul?

Hei boy... what are you thinking about? Live? or enjoying the scenery or thinking of you Mother?
Hei boy... what are you thinking about? Live? or enjoying the scenery or thinking of you Mother?(Riku @ Okinawa)

:::::::::::::::::::::::

Saya sebetulnya ingin sekali membuat kaleidoscope eh kilas balik saya di tahun 2008. Tapi karena tidak ada waktu, saya ingin membuat sebuah “CHILDLENS”. Apa yang dilihat seorang anak melalui lensa kamera. Terinspirasi dari sebuah buku dengan judul sama, yang saya baca di Sendai. Seorang anak diberikan kamera dan bebas mengambil foto apa saja. Dalam buku itu ada foto tatami, ada foto kamar, atau mainannya, dan ada foto ibunya sedang berganti baju. Sebagai pengganti Kaleidoscope saya, saya ingin mengetengahkan childlens Riku yang membawa kamera waktu dia pergi ke Okinawa musim panas lalu. Saya pilihkan beberapa foto dia yang layak menurut kacamata orang dewasa.

Bagaimana? Apakah Anda terhibur dengan hasil potret Riku?

Waktu kecil dan pertama kali saya kasih Riku pegang/potret dengan camera digital, papanya bersungut-sungut. Katanya,”Anak-anak dikasih kamera, nanti kalau rusak bagaimana?” Tapi saya bilang, asal kita kasih tahu tidak boleh begini begitu kan pasti bisa. Kalau rusak ya itu resiko. Sama halnya waktu Riku sudah mulai mengerti dan menggeratak apa saja, saya bilang, “Jangan pegang pisau. Pisau itu bisa membuat berdarah, dan sakit. Tapi kalau Riku mau sakit, silakan!. Riku mau sakit?”….. Tentu saja dia bilang tidak. Dan sejak saat itu biarpun ada pisau di atas meja, dia tidak akan pernah ambil atau bermain. Malahan dia bilang, “Mama ini pisau. Bahaya loh!”….

Biarkan anak-anak bermain dan berkembang dan juga merasakan kenyataan yang mungkin tidak bagus, sejauh resiko itu masih rendah. (Tentu saja saya tidak akan biarkan dia berjalan sendirian di jalan besar waktu itu kan, karena semua juga ada waktunya. Lihat-lihat kondisinya lah….)

Kakak Perempuan

6 Des

Kakak perempuan dalam bahasa Jepang disebut dengan onesan atau kalau merefer pada kakak sendiri adalah ANE 姉 (meskipun pada kenyataannya untuk menyebutkan kakak perempuan sendiri banyak yang tetap menyebut onechan).  Hari ini adalah peringatan kakak perempuan, dan ini rupanya merupakan peringatan kelanjutan dari peringatan untuk Kakak laki-laki tanggal 6 Juni (6-6), lalu adik perempuan tanggal 6 September (9-6) dan 3 bulan sesudahnya yaitu hari ini tanggal 6 Desember adalah peringatan untuk kaka perempuan (12-6) . Nah, kalau sudah tahu polanya seperti ini tentu saja, Anda bisa mengira kalau tanggal 6 Maret adalah hari adik laki-laki ya….

  • 姉妹型・兄弟型研究の第一人者、畑田国男6月6日の「兄の日」、9月6日の「妹の日」に次いで提唱した日。

Sebetulnya dulu saya pernah dipanggil sebagai “Anego”, oleh murid-murid bahasa Indonesia yang perempuan waktu kita sering bermain bersama (bermain di sini biasanya dibaca sebagai : makan-makan dan minum-minum bersama). Mungkin ada yang pernah mendengar istilah Anego ini di film-film yakuza, ninja, anime bahasa Jepang. Anego adalah sebuah sebutan hormat untuk onesan, kakak perempuan. Tapi biasanya dipakai untuk suatu komunitas tertentu dan biasanya di komunitas yang “agak hitam” seperti gangster, atau ninja, sebuah organisasi.  Memang kalau mencari artinya, didapatkan bahwa yang disebut Anego itu juga merefer istri dari kepala komplotan, yang “mengasuh” dan memperhatikan kesejahteraan “adik-adik” nya. Waktu saya kasih tahu Gen, bahwa saya dibilang Anego, dia tidak suka…mungkin karena kesannya “kasar”. hehehe tapi saya sih masa bodo aja, dan tetap enjoy dipanggil anego. Apalah artinya sebutan sih …..hehehe.

Yang menarik lagi yang saya temukan waktu mencari arti anego, adalah penulisan kanji nya sebagai 姉御. Bagi yang pernah belajar Kanji, pasti tahu bahwa kanji 御 ini bisa dibaca menjadi tiga, yaitu [o], [go] dan [mi]. Biasanya diletakkan di depan suatu kata untuk mengekspresikan rasa hormat.  Pengucapannya yang tiga itu tergantung dari kata yang dipakai. Mungkin sudah banyak yang tahu bahwa, teh adalah o-cha,  mangkuk adalah o-wan, sumpit o-hashi….. hampir semua kata ‘asli’ Jepang (biasanya ditulis dalam hiragana saja) itu ditempeli kanji 御 di depannya , dan dibaca sebagai o-. Sedangkan kata-kata go-han (nasi),  go-kazoku (keluarga Anda) , go-honnin (Anda sendiri) asalnya merupakan kata “pendatang” dari Cina, yang biasanya bercirikan terdiri dari dua kanji. Saat itu kanji 御 dibaca sebagai go-. Sedangkan untuk mi-kotoba (Sabda) , mi-haha (merefer Bunda Maria) kanji 御 yang diletakkan untuk sesuatu yang suci dibaca sebagai mi-. Nah yang lucu, onesan kan sudah ditempeli 0- didepan kata ane sehingga dibaca onesan お姉さん.  Untuk anego, meskipun go ini adalah penghormatan tidak ditempati di depan kata ane. Pikir-pikir aneh juga kalau membaca go-ane atau go-nee …heheheh, jadi dalam bahasa Jepang juga menganut sistem “di luar teori atau kekecualian” pada kata-kata tertentu. Bukan hanya bahasa Indonesia saja yang mempunyai daftar “kekecualian” yang amat-sangat panjang itu. (maaf paragraf ini agak ilmiah ….. dilihat dari morfologi kata, bagian ilmu linguistik yang sangat saya sukai, terutama jika membahas asal kata)

Film Anego...lihat fotonya aja ngeri.... uuuh itu tato hihihi

(ISENG) : 10 syarat disebut sebagai Anego:

  1. lebih sering mendengarkan curhat orang, daripad curhat ke orang lain
  2. cepat dalam memutuskan sesuatu
  3. disukai oleh pria-pria muda
  4. disukai juga oleh wanita-wanita muda
  5. pernah putus hubungan dengan laki-laki dengan cara yang “heboh”
  6. tidak suka hal-hal yang tidak ada dasarnya (harus bisa memberikan alasan)
  7. tidak ada yang tahu bahwa sebetulnya dia pernah selingkuh
  8. sebetulnya amat suka ramalan (ramalan bintang dsb)
  9. pernah merasakan kemewahan-kemewahan masa lalu
  10. biarpun disebut sebagai “loser” (perawan tua dsb) cuek aja…

Nah katanya kalau 8 syarat di atas sudah dipenuhi, maka Anda layak disebut sebagai Anego. heheheh lucu juga syarat-syaratnya. Dan…. saya bisa mengerti kenapa ada orang yang memanggil saya sebagai Anego.

Kamu OL?

25 Nov

OL…. sebuah singkatan yang sering dipakai di dunia maya. Tentu saja semua sudah tahu artinya.. yaitu Online. Tapi terus terang memang pemakaian kata OL ini membuat kami yang tinggal di Jepang agak bingung karena OL di Jepang berarti Office Lady, wanita yang bekerja di kantor. Jadi, mungkin Office Lady itu online, tapi mungkin juga tidak .

Waktu saya browsing kebetulan menemukan sejarah kata OL itu. Pada tanggal 25 November 1963, pertama kali kata Office Lady dimuat dalam majalah mingguan wanita “Josei Jishin“. Dengan penerbitan majalah itu, istilah OL menempati peringkat satu dari angket yang mereka lakukan kepada pembaca untuk menggantikan istilah BG atau Bussiness Girl yang dipakai sampai saat itu. Karena pemuatan di majalah ini maka kata OL menyebar luas ke seluruh Jepang dan dipakai sampai sekarang. Di sini kita bisa juga melihat betapa besar pengaruh media terhadap penyebaran sebuah kata. OL, OB dan OG adalah kata-kata yang ada hubungannya dengan kantor. OB adalah Old Boy dan OG adalah Old Girl, alumnus.

Dan tentu saja hari ini tanggal 25 November merupakan peringatan untuk pegawai wanita or wanita karir di Jepang.

Bagai Gelombang

6 Sep

****terinspirasi oleh unclegoop *pelabuhan hati* dalam Pantai Kerang dan Karang

Bagai Gelombang

datang dan pergi
menghantam pantai hatiku
menyapu bersih rasa cinta
menyeretnya sampai ke tengah laut

betapa dasyatnya badai cinta itu datang
badai itu pun akan mereda
yang tinggal hanya
pantai yang tenang dan bersih

anggaplah cinta itu badai
yang datang tiba-tiba
tapi juga akan hilang tiba-tiba
dan begitu kau sadari
gelombang cinta itu telah pergi……
jauh…..
tak kembali…..

mengapa kau harus datang, jika kau akan pergi????
kubangun pagar tinggi penahan gelombang
tak mau hanyut kedua kali…..
dalam gelombang yang kau suarakan

***Truth Is Hurt***

CD Cerita Anak-anak

2 Sep

Dalam pekerjaan saya sebagai narator, suara saya sering dipakai untuk komersial/advertising di radio, atau dalam video atau di pesawat JAL, atau dalam CD untuk pelajaran bahasa Indonesia seperti yang sudah saya masukkan dalam page logbook. Kadang saya tidak punya arsip untuk saya sendiri terutama jika itu untuk komersial dan video (but saya masih menunggu Alex katanya dia mau minta copy DVDnya Yamaha) . Kalau mau mendengar yang JAL berarti saya harus pulkam terus hhihihi (maunya sih gitu). Tapi ada satu CD yang lain dari yang lain, yaitu CD cerita anak-anak.

Bentuknya mungkin bukan seperti yang dituliskan oleh Bang Hery tentang Talking Book. Ada buku cerita bergambar dan ada CDnya. Saya harus mengerjakan terjemahannya dan setelah itu mengerjakan narasinya. Dalam proses menerjemahkannya saya terbentur pada masalah-masalah yang cukup rumit yaitu onomatope. Dalam bahasa Jepang banyak sekali dipakai onomatope dan itu ada yang bisa dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia, dan banyak yang tidak bisa dicari kata-kata yang persis untuk bahasa Indonesianya. Misalnya ini :

onna no ko ameno naka wo tattaka tattaka hashitteimasu.

anak perempuan berlari-lari dalam hujan.

tattaka tattaka ini menggambarkan suara anak berlari…. nah… bahasa Indonesianya? ceplak cepluk? atau kalau gendut mungkin debam debum? hihihihi. Dan suara seperti tattaka tattaka ini berbeda tergantung subyeknya… penguin pettan pettan.… duhhhhhhhhhh pusing!!!

Jadi saya harus mengabaikan onomatope seperti itu dalam menerjemahkan.

Selain faktor onomatope yang rumit dalam bahasa Jepang, saya mau memberikan pengakuan yang sebetulnya “memalukan”. Begini, …. dalam cerita ada bagian tentang “Mandi dengan Ayah”. Di Jepang, istilah bagian badan itu sama semua… baik untuk anak-anak laki-laki maupun pria dewasa mengacu pada kata yang sama, yaitu o-chinchin (pasti ada yang sudah pernah mendengar lagu anak-anak chinchin ponpon… nah itu adalah kelamin pria, hampir semua benda dalam bahasa jepang berawal o- yang menyatakan hormat/sopan. Jadi kalau mencari di kamus harus mencari di kata chinchin…. yang dalam bahasa Indonesianya mengacu ke “ring” — makanya dalam misa perkawinan pasangan campur harus menghindari pemakaian kalimat, “Terimalah cincin (RING). ini sebagai lambang cintaku padamu”)

Nah, masalahnya pada tahun 2002 itu saya belum chatting. Coba kalau saya sudah mulai chatting mungkin saya tidak akan membuat kesalahan ini. Saya bisa mengadakan survey/angket ttg kata yang satu ini. Ya, saya hanya mengacu pada kata k**** untuk menerjemahkan kata chinchin ini. Terus terang (phillips terang terus hihihi) saya TIDAK INGAT (kalo lupa ya lupa aja deh ) sama sekali bahwa ada kata t**** …. Dan waktu saya cari di kamus… kata t**** ini berasal dari bahasa Jakarta. Jadi belum tentu dipakai di daerah lain (KBBI: Jk n kemaluan anak laki-laki ). Jadi saya bingung waktu itu dan memutuskan memakai kata k****  itu. Ini benar-benar merupakan pengalaman bagi saya dan semakin sadar betapa pluralnya masyarakat indonesia.

Setelah melalui proses penerjemahan, masuk studio sekitar bulan November 2002 waktu saya sedang hamil Riku. Tentu saja dalam narasi bagian “Mandi dengan Ayah” itu saya harus menahan jangan sampai tertawa atau malu-malu sampai pengucapan tidak jelas hihihi.

Ohanashi ehon ini diterbitkan dalam 25 bahasa oleh Lembaga Pendidikan Shichida. Bagi yang berminat, saya rasa masih dijual di toko buku terkenal di Tokyo.

Bear Hunt

27 Jun

A father and his four children–a toddler, a preschool boy and two older girls–go on the traditional bear hunt based on the old camp chant: “We’re going to catch a big one. / What a beautiful day! / We’re not scared. / Oh-oh! Grass! / Long, wavy grass. / We can’t go over it. / We can’t go under it. / Oh, no! / We’ve got to go through it!” The family skids down a grassy slope, swishes across a river, sludges through mud and, of course, finally sees the bear, who chases them all back to their home. It’s a fantastic journey–was it real or imagined?–with the family’s actions (and interaction) adding to the trip a goodnatured, jolly mood. The design of the oversized volume alternates black-and-white drawings with gorgeous full-color watercolor paintings, which Oxenbury uses to wonderful effect. Readers accustomed to her board books will find a different style here, of puddled colors and sweeps of light and shadow. The scale of the pictures and the ease with which the text can be shouted aloud make this ideal for families or groups to share. Ages 4-9.
Copyright 1989 Reed Business Information, Inc.

Ini adalah preview dari sebuah Picture Book terkenal dari Michael Rosen dan Helen Oxenbury (illustrator) yang berjudul “We’re going on a Bear Hunt”. Bahasa Jepangnya “きょうはみんなでクマがりだ”.

Ini adalah PB yang disarankan oleh pembaca cerita di TV bersamaan dengan “Gajah yang Malang”. Tadi malam buku ini terpilih kembali untuk dibacakan sebelum Riku bobo. Bed time stories. Riku bilang bahwa buku ini dipakai dalam pelajaran bahasa Inggrisnya, karena itu saya browsing dan ternyata buku ini cukup terkenal sampai terpilih menjadi “7 cerita terbaik”. Lucu juga ngebayangin anakku ini belajar bahasa Inggris dengan buku ini.

Hari ini kita akan menangkap beruang.

Beruang yang besar!!
Hari yang cerah. Kami tidak takut…
Wah rerumputan. Tinggi-tinggi.
Kita tidak bisa lewat di atasnya
Apalagi lewat di bawahnya.
Kita harus melewatinya.

Karena bukunya besar, enjoy juga menikmati gambarnya, dan berimaginasi membayangkan suasana hari itu. Yang lucu kejadian pada akhir cerita. Karena berakhir di dalam selimut dalam tempat tidur.

San-Chan-Kun

19 Jun

Pasti pada berpikir, judul kok aneh begitu. Ceritanya posting ini mau menjawab pertanyaannya Ai-san mengenai perbedaan sapaan (atribut) orang Jepang (gara-gara nonton Naruto tuh hihihi).

  1. さん san.  Ini yang paling sering dipakai dan paling sering didengar dalam kehidupan sehari-hari. Ikkyu_san juga memakai san, bukan chan.  Seperti yang sudah saya katakan di posting yang lalu, san hanya dipakai untuk orang lain, bukan diri sendiri (atau anggota keluarga yang dianggap sudah merupakan bagian diri sendiri). Jadi saya tidak bisa mengatakan Imelda san.
  2. ちゃん chan. Ini dipakai biasanya untuk perempuan, atau anak kecil baik laki-laki atau perempuan. Mengandung nuansa “manis, imut-imut”. Jadi seandainya ada yang panggil saya Ime chan atau  Emi chan itu menganggap saya manis (doooh narsis…)  Sebetulnya sih biarpun tidak manis dan tidak lucu juga bisa dipanggil chan. Anak saya Riku, sejak kecil kita panggil Riku chan. Tapi di penitipan dia selalu dipanggil Riku-kun (sebabnya lihat penjelasan nomor 3).
  3. Nah くん kun ini apa? Kun adalah panggilan untuk anak kecil laki-laki atau untuk lelaki yang lebih muda dari kita. Naruto kun, Riku kun, Kai kun…. Yang sering saya dengar di universitas Keio pakai istilah Sho-kun 諸君 (Anda sekalian) daripada minna san. Jadi saya juga tidak bisa panggil Hery kun untuk Bang Hery (karena faktor umur, atau faktor penghormatan). Tapi saya bisa panggil Ata –kun untuk si Septarius, karena jauh lebih muda .
  4. さま sama. Merupakan bentuk hormat dari -san.  Jadi kalau menulis surat  ~~様, atau dalam suasana formal dipakailah kata ini. Tanpa memandang umur. Jadi mungkin ada yang berkata danna sama kepada suaminya, berarti dia hormat sekali pada suami sampai suaminya dipanggil Tuan. Ya sama ini bisa diterjemahkan sebagai Tuan (Sir).
  5. 殿 どの dono (tono). Ini lebih sopan lagi dari -sama.  Dan biasanya dipakai dalam penulisan saja. Misalnya kepada yth Imelda  いめるだ 殿. Jaman dulu sih  ada penggunaan Tonosama, yang merupakan penggabungan dari dono dan sama. Bahasa Inggrisnya jadi Lord (Bangsawan bukan Tuhan loh).
  6. selain itu ada juga pemakaian 氏 shi. Biasanya ini di penulisan yang tidak melihat pangkat atau status, misalnya di koran. Karena di percakapan tidak pernah dipakai, shi ini tidak usah dihapal deh.  Padahal shi itu kan mirip dengan si. Si Tanaka, Si Yamada dll.
  7. Nah yang buat kepala pusing sebetulnya jika pemanggilannya memakai “jabatan”. Misalnya yang paling sering dengar adalah sensei. 先生 Kalau Anda belajar huruf kanji bisa lihat artinya dia itu lahir duluan …sakini umareta. Jadi dia lebih “tahu”. Jadi guru dipanggil sebagai sensei. Kalau Anda mengikuti kuliah saya, ya harus panggil saya “Imelda sensei”. Yang lucunya orang Jepang yang belajar bahasa Indonesia, menerjemahkan secara harafiah dan memanggil saya “Guru Imelda”…. padahal cukup dengan Ibu Imelda saja. Dan kata sensei ini juga dipakai untuk mereka yang berprofesi Dokter, Pendidik (termasuk pekerja di penitipan bayi/anak karena mereka belajar dan punya license untuk menjadi itu), dan yang amat sangat tidak cocok menrut saya adalah dipakai juga untuk politikus. Jadi kalau Anda berkunjung ke parlemen jepang, semua dipanggil Sensei deh. Padahal belum tentu mereka pantas disebut sebagai sensei :D. (Saya bisa tahu ini karena saya pernah tinggal di rumah anggota parlemen Jepang).
  8. Panggilan lain menurut jabatan yaitu misalnya Imelda-shacho 社長(direktur), Imelda Kacho 課長(Kepala bagian), Imelda Bucho 部長(Kepala Divisi — lebih tinggi dari Kacho), Imelda Tencho 店長(pemilik toko), Imelda Senshu 選手(atlit), Imelda Ana アナウンサー(singkatan dari announcer –penyiar TV), dll nanti kalau saya inget saya tambahkan lagi deh.
  9. Di toko-toko, pelayan toko akan memanggil pelanggan atau tamunya dengan okyakusama (kyaku = tamu). Padahal kalau di Indonesia gampang sekali tinggal memanggil Ibu atau Bapak.
  10. Bagi yang sudah berumur untuk memanggil Anda tanpa perlu menyebut namanya (kadang lupa kan?) bisa memakai otaku お宅 bukan otaku オタク (yang nerd・freak) tapi bentuk sopan dari Anda.

Semoga Ai-san dan mungkin yang lain yang sedang belajar bahasa Jepang bisa mendapat pencerahan :D.

BTW, hari ini adalah hari peringatan seorang pengarang Jepang terkenal yang bernama Dazai Osamu. Dia lahir tanggal 19 Juni 1909, dan meninggal (bunuh diri) tgl 13 Juni 1948 dalam usia 38 tahun. Karyanya yang berjudul Ningen Shikkaku yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi No Longer Human. Kalau terjemahan harafiahnya “tidak memenuhi syarat menjadi manusia”. Buku ini kabarnya merupakan novel terlaris/ternama ke dua di Jepang, setelah “Kokoro” karangan Natsume Soseki. Pengarang ini benar-benar terobsesi pada kematian dan bunuh diri. Yang heran banyak orang Jepang yang suka, termasuk suami saya. Terus terang saya belum pernah baca karyanya, dan sepertinya kok malas ya membaca karya orang yang bunuh diri. prejudice lagi 🙁