Ulat Bulu yang Amat Lapar

3 Mei

OMG….Waktu saya cari keterangan tentang sebuah buku bergambar picture book karya Eric Carle yang berjudul “The Very Hungry Caterpillar” saya mendapat informasi bahwa buku ini sudah diterjemahkan dalam lebih dari 45 bahasa dan sudah terjual lebih dari 25 juta jilid. But, waktu saya cari dalam bahasa Indonesia? not found!!! berarti belum ada dalam bahasa Indonesia? How come? Karena orang Indonesia belum ada yang mau terjemahkan? atau tidak mau diterbitkan di Indonesia yang terkenal dengan penerbitan ilegal, dan tidak menghormati hak cipta? Karena kalau diterbitkan juga tidak ada yang MAU dan BISA beli? aduh..aduh…aduh… Ternyata sudah ada!  Ulat yang sangat lapar dengan judul aslinya adalah The hungry caterpillar merupakan karya Eric Carle yang sangat terkenal. Buku versi Bahasa Indonesia ini diterjemahkan oleh Endang Pratiwi. Diterbitkan oleh PT Indira tahun 1997. (baca https://lib.rumahijau.web.id/2018/02/19/ulat-yang-sangat-lapar/)
Photobucket
Kadang saya juga merasa sedih dengan pengetahuan dasar yang seharusnya dimiliki seorang anak. Memang standar pengetahuan dasar itu berbeda di setiap negara, namun terlihat sekali bedanya…. sedih deh. Misalnya seorang anak biasanya tahu cerita-cerita anak-anak terkenal dunia. Waktu saya kecil, saya banyak membaca dan saya tahu siapa itu HC Andersen, saya tahu cerita-cerita ternama dunia dari Album Cerita Ternama (mungkin sekarang tidak terbit lagi). Saya tahu tentang kucing bersepatu lars dari ibu yang mendongengkan kepada kami dari sebuah buku berbahasa Belanda. Memang tidak pernah diperkenalkan di sekolah, kita harus mencari sendiri. Tapi ternyata pengetahuan saya tentang cerita-cerita anak-anak ini masih jauuuuuhhhh dari cukup. Masih banyak yang saya belum tahu…dan waktu menyadari hal itu saya sedih. Bagaimana dengan anak-anak jaman sekarang ya? Mereka lebih suka dengan cerita komik modern dan terjemahan dari Jepang yang katayoru (berat sebelah). oi oi…. biar bagaimanapun klasik cerita-cerita anak-anak yang saya baca 30 an tahun yang lalu, cerita-cerita ini mengandung pengetahuan dan moral yang tak lekang oleh waktu. Saya sekarang enjoy dengan membacakan cerita anak-anak dalam bahasa Jepang kepada anak-anak saya sambil meng-input da refresh pengetahuan yang saya dapat waktu saya kecil.

Kembali ke buku Eric Carle ini, saya mengenal buku ini dalam bahasa Jepang tentu saja. judulnya harapeko aomushi はらぺこあおむし. Bukunya saja ada dua versi, yang biasa untuk dibaca di rumah sendiri dan versi giant untuk dibaca bersama-sama di playgroup atau TK. Buku ini pasti ada dimana-mana. Di rak buku ruang tunggu rumah sakit, kantor pemda dll. Menceritakan tentang ulat bulu yang lapaaaar terus. Hari Senin si ulat bulu ini menemukan satu buah apel dan melahapnya. Kemudian hari Selasa, ia menemukan dua buah pir dan melahapnya…. terus sampai seminggu lewat dan akhirnya dia tidur lamaaaaaa sekali. Waktu bangun dia menjadi seekor kupu-kupu. Selain mengajarkan nama-nama hari, hitungan angka, juga ilmu hayat (haiyah istilah jaman baheula, sekarang Biologi..tapi kadang-kadang kangen kan dengan istilah kuno hehehe). Buku ini disarankan untuk anak berusia 3 tahun sampai 6 tahun.

Hari Sabtu setelah menonton pameran foto, Riku sempat pergi ke pameran buku Eric Carle di Matsuya Ginza. Untuk masuk harus membayar 1000 yen, tapi di pameran itu pertama kali mengetahui cara Eric membuat bukunya. Yaitu dengan mewarnai selembar kertas tipis berkali-kali, lalu disimpan sebagai stok. Waktu mau pakai baru digunting-gunting. Jadi bukan menggambar langsung di atas kertas tapi lebih ke haribari, menggunting dan menempel. Kami sekeluarga kagum dengan maraknya warna yang dipakai. Di pameran itu Riku membeli buku baru karya Eric Carle yang berjudul From Head to Toe, tentu saja dalam bahasa Jepang “Dekiru kana, atama kara tsumasaki made できるかなあたまからつまさきまで”

Photobucket Photobucket

saya berharap picture books bisa lebih berkembang di Indonesia…. (mustahil??? who knows) mungkin llebih berharap lagi harga buku lebih murah sehingga bisa dijangkau masyarakat umum.

Hebatnya Internet

3 Mei

Mungkin sudah tidak bisa dihitung lagi kehebatan internet. Kalau beberapa waktu lalu aku tulis kehebatan internet tentang Jaringan Doa. Sekarang aku mau menekankan kehebatan internet dalam menghubungkan kita dengan masa lalu.

Sekitar 10 hari-seminggu yang lalu aku membuka yahoo mailing list untuk dua keluargaku dari pihak ibu (Mutter) dan ayah (Coutrier). Asalkan ada koneksi internet, kita bisa berhubungan kembali dengan saudara-saudara yang jauh di negeri seberang ataupun dengan sanak saudara yang sebenarnya belum pernah kita temui di real. Di situ kita bisa bercerita kembali tentang masa lalu, atau mengejar ketinggalan waktu untuk mengetahui situasi dan kondisi up-to-date tentang saudara-saudara kita.

Saya juga mempunyai account di beberapa SNS (Social Networking Service) seperti di Multiply, Friendster, MySpace dan Facebook. Kira-kira seminggu yang lalu dimulai sebuah mailing list dari komunitas orang Indonesia di Jepang. Dari situ kita bisa mendapatkan informasi tentang kegiatan sesama orang Indonesia yang berada di Jepang (IC-JP), atau malah membuat suatu proyek/kegiatan baru. Dari informasi yang didapat di milis ini, dan juga yang suami saya dapat di milis berbahasa Jepang, hari Sabtu yang lalu, dia dan Riku pergi ke sebuah pameran foto di Chiyoda-ku bersebelahan dengan Museum Camera Jepang yang diadakan oleh JCII Club 25 dengan tajuk “Indonesia-Japan Photo Exhibition 2008”. Dari sekian banyak foto yang masuk dipamerkan foto-foto Indonesia selama 10 tahun terakhir. Suami saya bilang, kangen juga melihat foto-foto dari mantan presiden Soeharto almarhum.
Sayang sekali saya tidak bisa ikut ke sana, karena perjalanan cukup jauh dari rumah dengan kereta. Karena pameran foto ini berlangsung sampai dengan 11 Mei, mungkin masih ada kesempatan untuk pergi ke sana.
Photobucket Photobucket

日本インドネシア友好50周年の外務省認定事業の1つである同展は、「INDONESIA LATEST 10 YEARS」をテーマにスマトラ島、ジャワ島、パプワ島などを含むインドネシア全土のプロ、アマチュアカメラマンから集めた写真を展示。現地新聞社協力により審査した約100点で構成する。
同展を主催するインドネシア・ジャパン・フォトエキシビジョン実行委員会は、日本とインドネシアの社会人、大学生が設立した団体で、写真やメディアの視点を通し、国際交流と文化交流活動を拡大していくことを目的としている。
今夏には、日本で撮影した写真を展示するインドネシア・ジャワ島での写真展を予定しており、秋ごろには日本とインドネシアで巡回展も行っていきたいという。開催時間は10時~18時。入館無料。5月11日まで

Kebanyakan teman saya di Facebook adalah teman-teman waktu SD-SMP-SMA, yaitu teman-teman yang pernah bersama-sama melewati masa remaja di Jakarta. Berlainan dengan Friendster yang sebagian besar adalah teman-teman hasil perkenalan di dunia maya. Seminggu yang lalu, ada dua orang terkenal di Indonesia yang menambahkan saya sebagai “friend” mereka. Suami istri Ira Wibowo (teman satu kelas di SMA dulu) dan Katon Bagaskara. Kadangkala saya berpikir, kok artis-artis yang sudah pasti sibuk seperti mereka-mereka ini masih ada waktu untuk ber-net-ria. Tapi yah, artis kan juga manusia …(meminjam istilah judul lagu Rocker juga manusia hehehe). Dan dengan ber-net-ria ini tentunya ada manfaat juga untuk tetap berkomunikasi dengan para fans setia mereka. Dan baru kemarin saya mendapat “laporan” dari teman di Multiply….

halo, mbak Emiko……., udah lihat video2 lama katon dan kla di youtube belum? kalo belum coba deh buka youtube, ada video originalnya “tentang kita”, dan video2 lain yang jadi obat kangen, mas katon sendiri yang upload video2 itu, atau jangan2 saran dari mbak, ya?

Hehehe, mentang-mentang semua tahu saya fans beratnya Katon, mereka pikir saya yang menyarankan beliau untuk upload videonya di Youtube. Saya sendiri baru tahu bahwa Katon punya account di Youtube dan beliau sendiri yang upload video-video dari Kla Project dan Katon sendiri. Lumayan dengan melihat video-video clip ini, dapat bernostalgia kembali dengan “pemandangan” dan lagu lama. Misalnya video “Tentang Kita” ini, bener-bener 80-an banget. Jadi inget masa-masa remaja deh. So, bagi orang Indonesia yang tinggal di luar negeri, tidak usah takut kehilangan “nuansa” Indonesia. Bahkan dengan koneksi internet yang superb, kita yang tidak tinggal di Indonesia boleh jadi lebih tahu tentang keadaan Indonesia di masa sekarang maupun masa lalu. Dan semoga “ACI – Aku Cinta Indonesia” terus..selamanya.

Karakter or Lambang or Simbol

19 Apr

Selama saya tinggal di Jepang, memang kagum dengan daya kreasi orang Jepang, yang sering membuat lambang/karakter untuk perusahaan atau event atau kota tertentu. Kadang-kadang dengan hanya melihat lambang itu saja, kita langsung tahu nama perusahaan itu. Misalnya Penguin dipakai sebagai lambangnya SUICA, kartu chips otomatic yang dikeluarkan perusahaan Kereta JR. Kalau kita melihat gambar Tokyo Tower pasti tahu itu simbol dari kota Tokyo, seperti juga gunung Fuji sebagai lambang negara Jepang.

Nah hari ini saya baca tentang lambang Kota Nara. Namanya Sentokun …. Pendeta Buddha yang berbaring dengan tanduk Rusa… Memang sih Nara terkenal dengan Kuil Buddha nya, yang didalamnya terdapat patung Buddha berbaring. Lalu Nara terkenal dengan Rusa yang ada di sekeliling Kuil, yang sangat nakal, sering makan kertas yang dipegang pengunjung, atau mengejar pengunjung yang mau memberi makan kerupuk. Kalau banyak kuil buddha tentu saja banyak pendeta Buddha…. tapi rasanya kok tidak ethis ya menggambarkan pendeta Buddha bertanduk. Apa pendeta Buddha di Nara tidak protes dengan karakter yang diciptakan itu ya? Kesan saya dan mungkin sebagian orang, manusia/wujud manusia bertanduk biasanya kan setan ya… yang buruk-buruk deh. Yah…ini hanya sekedar menuliskan rasa aneh melihat gambar karakter itu di layar komputer saya. Bagaimana ya?

Photobucket Photobucket

Kekuatan Internet

27 Mar

Apakah yang kamu dapat dengan adanya hubungan Internet ini? Banyak! Bahkan ada yang mengatakan lebih banyak negatifnya daripada positifnya. Itu kalau kecanduan.

Tapi sebetulnya kalau kecanduannya pada segi positif, apa salahnya? Dengan adanya Internet kita bisa saling berhubungan dengan siapa saja di dunia ini tanpa dibatasi ruang dan waktu. In real time.

Dulu kalau mau menghubungi seseorang harus menelepon atau mengirim surat, atau selangkah lebih canggih adalah mengirim fax. Tetapi sekarang cara-cara demikian sudah usang. Cukup menulis elektronik mail lewat internet, maka hubungan Anda akan tersambung. Bahkan dengan sistem pengiriman email di Handphone, kita bisa memonitor perkembangan sesuatu tanpa terhalang kendala ada tidaknya komputer.

Banyak sekali yang sudah diberikan Internet kepada saya. Pengetahuan (browsing, e-learning), Teman (email, chat, blog), Kemudahan (berbelanja, e-banking, informasi) . Dan hari ini saya menemukan satu lagi kehebatan internet. Yaitu waktu saya membaca posting dari Romo Johanes Pujasumarta yang menulis tentang Internet of Prayers – Jejaring Sembahyang dan Doa. Alangkah baiknya jika jejaring ini bisa berlangsung terus. Komunitas maya memang dianggap sebagai komunitas yang rentan akan kejahatan dan dosa. Tapi saya yakin,asalkan kita selektif, maka komunitas maya bisa menjadi kekuatan yang juga bisa membantu penyebaran Kabar Baik.

Saya, yang tidak kenal dengan Romo Johanes, kemudian membuka-buka halamannya yang lain. Tulisan seorang pastor yang juga memikirkan “komunitas virtual” dnegan memberikan informasi, bahkan cerita pribadi yang dapat menguatkan iman. Saya sarankan untuk juga membaca blog Pastor Johanes ini. Saya sambil membaca blog ini menjadi terharu dan menangis. Bayangkan saya yang di Tokyo, serasa berada di Ambarawa dan sedang mendengarkan kotbah dari Romo Johanes. Saya juga merasa diingatkan akan hal-hal rohani yang porsinya sudah menjadi terlalu kecil dalam kehidupan saya. Seandainya tidak ada internet, saya tidak akan bertemu dengan Romo yang begitu melek IT, dan memakai IT untuk berkarya.

So, seperti tulisan Romo yang mengatakan akan berdoa bersama komunitas virtual pada pukul 22:00-23:00, saya juga akan usahakan untuk bisa berdoa bersama, dan itu berarti pukul 24:00-25:00. Semoga berhasil

Selalu Waspada!!!

26 Mar

Rasanya menyebalkan juga jika kita harus selalu FULL ALERT. Hidup di Jepang ini memang membuat otak kita bertambah tua lebih cepat. Selain membuat kita spanning terus…. high voltage deh. Betapa tidak, hidup di negara gempa Jepang, sudah membuat kita harus waspada terus jika kita merasakan tanah goyang ini. Harus tenang, jangan panik, tapi harus cepat matikan sumber api, dan buka pintu untuk mengamankan jalan keluar.

Bagi yang punya anak di kota besar, sekarang juga harus terus full alert… apalagi yang punya anak perempuan. Banyak kejadian anak-anak yang diculik, dibunuh bahkan yang lebih sadis lagi, foto anak yang dibunuh itu dikirimkan ke ibunya lewat handphone anak itu… duh duh duh…..

Berita terakhir juga yang membuat kita harus WASPADA pada makanan yang kita makan, yaitu dengan ditemukannya bahan pestisida dalam makanan beku yang diimpor dari Cina. Agak kaget juga saya waktu menonton acara di televisi tentang penelitian “Meja makan orang Jepang” 日本人の食卓. Ternyata banyak sekali keluarga yang selalu memakai bahan-bahan beku siap jadi untuk hidangan makanan sekeluarga sehari-hari. Padahal kalau dilihat dari fotonya hebat, pasti ada makanan pokok, daging, sayur, pickles, sup. pokoknya wah deh… Tapi ternyata itu semua hasil “cing”, defrost di microwave. Masih mending aku dong yang sekali makan hanya dua macam, sayur dan daging tapi buatan sendiri. Parahnya ada pengakuan satu keluarga : Ibu makan pizza, anak laki-laki makan mi, sedangkan anak perempuannya makan sandwich. Kok bisa beda-beda begitu? Ya, tinggal di microwave saja. cing!!! Jadi si Ibu tidak tahu sama sekali rasa makanan yang dikonsumsi anaknya. Jadi tidak tahu juga apakah makanan itu “aneh” beracun atau tidak.

Melengkapi daftar ALERT hari ini adalah berita kemarin. Seorang karyawan gubernuran bernama Kariya (38) pukul 11 malam, didorong seseorang di peron stasiun lalu jatuh ke rel kereta dan langsung dilindas kereta yang masuk ke stasiun. DUH…. kasihan sekali. Dan yang mendorong adalah seorang pemuda berusia berusia 18 tahun (tidak diberitakan namanya karena umur 18 th masih belum dewasa di Jepang, sehingga privasinya dilindungi pemerintah). Pemuda ini waktu diinterogasi mengatakan, “Kalau saya membunuh orang maka saya akan masuk penjara. Jadi siapa saja bisa saya bunuh (tidak harus orang tertentu)”. Hmmmm Penjara Jepang enak apa ya? mungkin masih dapat makan sehingga lebih nyaman berada di penjara ya? Anyway, pemuda ini memang aneh….

Padahal hari Minggu yang lalu, ada kejadian lagi di stasiun Tsuchiura yaitu seorang “pembunuh kalap” 通り魔 menusuk 8 orang di stasiun dan menyebabkan seorang meninggal. Si pembunuh kalap ini berusia 24 tahun, pengangguran, yang kecanduan game. Mungkin dia ingin mempraktekkan sang tokoh dalam permainan gamenya dengan menusuk siapa saja yang lewat.

Jadi, waspadalah selalu jika berada di tempat umum, seperti stasiun. Salah-salah kita apes menjadi korban orang-orang gila. Saya sendiri tidak pernah mau berdiri paling depan di peron, atau kalaupun kita yang pertama jauh-jauh dari garis batas seharusnya. Dan satu lagi yang penting, yaitu berdoa memohon perlindungan Tuhan dalam kehidupan kita supaya Tuhan menjauhkan kita dari mara bahaya.

25日午後11時7分、岡山市駅元町のJR山陽線岡山駅下りホームで、電車を待っていた倉敷市笹沖、県職員假谷国明さん(38)が、男に背後から押され、約1・5メートル下の線路に転落し、直後に入ってきた瀬戸発岡山行き普通電車(4両)にはねられた。

ホームを巡回していた県警鉄道警察隊員が、電車の警笛に気付いて駆けつけ、ホームにいた大阪府大東市の無職少年(18)を殺人未遂の現行犯で逮捕、岡山西署に引き渡した。假谷さんは全身を強く打ち、約5時間後に死亡。容疑を殺人に切り替えて調べている。

調べでは、少年は25日から家出しており、「人を殺せば刑務所に行けると思った。誰でもよかった」と供述している。少年と假谷さんとは面識がなかったという。

この影響で、同線は下り9本が1時間19~5分遅れ、約800人に影響した。

Tiada kata terlambat

26 Mar

Oleh Ersis Warmansyah Abbas

IMELDA COUTRER MIYASHITA: Salam Pak EWA. Saya belajar menulis empat tahun, membiasakan menulis apa saja. Menyesal kenapa terlambat memulai.

KAPAN SAJA. Menulis adalah pekerjaan merdeka. Tidak ada istilah kapan memulai pabila berakhir. Dalam bahasa santainya, suka-suka. Orang bisa saja punya mau setinggi gunung, dan punya kemampuan lebih dari cukup, tetapi belum tentu menjadi penulis. Antara mau dan mampu telah dibahas pada tulisan terdahulu. Akan halnya ‘menjadi’ itu urusan lain lagi. Bisa saja, tiba-tiba muncul ‘kesadaran’ atau datang pemicunya, dan jadilah. Bisa-bisa ketagihan.

Yang penting, diri siap menulis. Siap dalam pengertian, apa-apa yang akan ditulis memang sudah tersedia di otak, dan atau, otak mampu mengolah apa yang akan ditulis. Orang yang banyak membaca, dan atau, punya pengetahuan luas, apalagi pengetahuan lebih khusus, lebih memungkinkan menulis, menjadi penulis. Bisa pula dikatakan, kalau posisi sudah stand by, tinggal menunggu pemicu.

Yang celaka, libido menulis menguasai ubun-ubun, pengetahuan cekak, penguasaan teori, tehnik, dana seterusnya nol koma nol. Mana sok pintar pula. Kalau mengidap penyakit sedemikian, akan sulit menulis. Hal tersebut harus diatasi terlebih dahulu.

selanjutnya baca di sini :

*********************

duuuh seneng deh komentar aku dulu dibahas oleh Pak Ewa. Aku menulis komentar atas tulisan “Menulis, ya menulis saja” begini:

Salam Pak Ewa, maaf baru menulis sekarang, padahal bapak sudah bertandang ke blog saya di http://13tahun.blogspot.com tepat sebulan yang lalu. Selama sebulan saya mempersiapkan website baru yang bisa menampung semua tulisan saya selama ini yang berserakan. Kalau Bapak ada waktu silakan berkunjung ke rumah maya saya yang baru, dan ditunggu kesannya.

Menanggapi tulisan Bapak yang ini, saya amat sangat setuju sekali dengan pendapat Bapak. Menulis, ya menulis saja. Kita toh menulis dalam bahasa kita, bahasa Indonesia, yang tentu saja sudah kita pelajari dari lahir atau paling tidak dari SD. Menulis itu merupakan ekspresi jiwa yang terekam dalam paduan huruf dan kata yang menjadi kalimat. Selama kita bisa bercakap-cakap dengan orang lain pasti kita bisa mengekspresikan isi percakapan itu dalam bentuk tulisan. Tapi memang benar menulis (mengarang) tidak dibiasakan dalam pendidikan kita. Sehingga kita akan canggung dan merasa TIDAK BISA.

Saya sendiri baru BELAJAR menulis 4 tahun lalu yaitu dengan membuka blog, dan membiasakan menulis apa saja. Di situ saya tahu kekurangan saya dalam menulis. Penyingkatan, tanda baca, terlalu kaku dsb. Menulis memang perlu stimulus, yang mungkin bagi saya waktu itu “Kenapa dia bisa punya blog. Saya sangat suka membaca tulisan dia, padahal isinya hanya keluhan terus. Kalau saya menuliskan kehidupan saya di sini pasti akan lebih menarik.” Lalu saya mulai menulis. Untuk saya umpannya adalah “rasa iri hati” itu. Kadang saya menyesal kenapa saya baru mulai 4 tahun yang lalu, kenapa tidak dari dulu-dulu. Kalau saya bisa menuangkan perasaan saya seperti kalau saya menulis sekarang, mungkin skripsi atau thesis saya akan lebih menarik, dan lebih singkat waktu yang diperlukan dalam penyusunan.

Hanya saja saya sarankan …pleaseeeee deh jangan tulis blog dengan kode kode sms. Jika kode sms seperti itu sudah begitu merasuk dalam kehidupan, sampai-sampai menulis di blog pun seperti itu, saya bisa bayangkan betapa kasihan hidupnya karena begitu dikejar-kejar waktu dan uang dan pasti orang itu lebih sibuk daripada bisnisman Jepang.

Jadi… cari umpan yang bisa menstimulus kemauan untuk mulai menulis. Dan seperti Zul katakan, aturan belakangan setelah kita menikmati enaknya menulis. Mulai dengan topik yang ringan dan singkat. Lama-lama Anda tidak sadar sudah menulis 10 halaman (seperti saya tahu-tahu sudah kepanjangan nih). Soal dibaca orang, atau dikomentari orang saya rasa tidak penting. Bener tidak pak Ewa…..

***Setuju esensinya. Ya, mari dibalik … menulis itu justru susah mengehentikannya. Jadi, siapa bilang susah memulai menulis?

**********************

dan untuk komentar “Tiada kata terlambat” saya tulis lagi komentar demikian:

waaaahhhh senang sekali baca tulisan bapak dengan topiknya saya. Betul tidak ada kata terlambat untuk menulis. Tapi namanya manusia selalu berpikir “kenapa tidak dari dulu”, “kenapa tidak begini, tidak begitu”. Dan benar kata Bapak yang penting kita SIAP lahir-batin untuk menulis. Saya juga sadar kalau saya menulis lebih awal, mungkin isi tulisan saya tidak akan se “dewasa” sekarang. Hanya berupa catatan-catatan bagaikan anak kecil. Meskipun saya tidak merendahkan tulisan anak kecil, tapi tentu itu tidak sesuai dengan umur saya.

Ada sosok satu orang yang selalu mengingatkan saya bahwa “tidak ada kata terlambat” yaitu mantan murid bahasa Indonesia saya. Seorang lelaki Jepang bernama Watanabe Ken, yang mulai belajar bahasa Indonesia (di kelas saya) waktu beliau berusia 83 tahun. Dan dia belum pernah sekalipun pergi ke Indonesia. Sekarang beliau berusia 92 tahun, masih sehat, masih belajar meskipun bukan di kelas saya, dan sudah pandai menerjemahkan kalimat bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jepang. 92 tahun…. semangatnya patut kita contoh.