Sebelum tulis laporan trip to sendai, saya mau posting ini ah yang ringan-ringan dulu …. “Silakan pakai saya”…. saya ada di depan pintu masuk sebuah Hotel besar di Sendai bernama Koyo Grande Hotel. Kami sendiri sih tidak menginap di situ karena muahaaall.(Dan actually Gen ngga suka pada komposisi benda-benda seni yang ada di sana… kesannya kok malah jadi kampungan …katanya hihihi) Yah kalo mau ngebayangi, tinggal dalam museum deh hehhehe.
Nah, si saya ini adalah
Alat Semir Sepatu otomatis.
Taruhlah kaki Anda di bawah bulu-bulu itu. Sepatu hitam di bulu hitam, dan sepatu coklat di bulu coklat. Tekan tombol “ON” dan goyangkan kaki Anda. Di jamin mengkilap deh….. Tapi tentu saja yang bisa pakai alat ini cuman yang bersepatu kulit. Kalau sepatu kets, sandal jepit dan sepatu sandal (hiiiii geli lah) apalagi safety shoes ( ada yang merasa ngga ya ) ya ngga bisa deh hihii.
Harga sekali pakai? GRATIS…. kapan saja bisa, sehari berapa kali juga OK…. cuman musti hati-hati nanti sepatunya bolong loh….
So? Semua di Jepang serba otomatis…tapi saya lebih senang yang tidka otomatis sebetulnya. Apalagi kalau ada seorang anak yang menawarkan untuk membersihkan sepatu kita…. mesipun masih bersih silakan dik. (meskipun dengan tidak tega, tapi kalau pikir dengan uang yang kita beri dia bisa membeli buku? harus ditega-tegain.
Global Warning for Global Warming, istilah yang trend sekarang ini, dan sudah sepantasnya kita sebagai anggota planet bumi ini ikut memikirkan apa yang dapat kita lakukan demi masa depan anak cucu kita kelak. Waktu membaca tulisan Nepho tentang Global warming, saya juga jadi berpikir apa sih yang Jepang sudah lakukan untuk penghematan energi? Rasanya masih banyak yang “BOROS”, tapi memang ada usaha-usaha untuk lebih memikirkan lingkungan hidup kita.
Sebetulnya tidak usah terlalu ekstrim juga, sedikit demi sedikit kalau kita berusaha menghemat pemakaian sumber energi yang ada, juga sudah bagus. Dulu waktu saya ikut kursus bahasa Jepang di Japan Foundation, Matsushima sensei pernah menanyakan, ” Kalau sikat gigi, Anda buka keran terus?”… Hmmm itu saya tidak sadar bagaimana biasanya saya sikat gigi. Dan karena mendengar pertanyaan itu saya baru menyadari bahwa saya selalu membuka keran sambil sikat gigi, dan setelah selesai, pakai tangan untuk berkumur. (ketrampilan pake tangan untuk menampung air pernah dikagumi Kimiyo ya heheheh). Betapa banyak air yang terbuang selama kita gosok gigi….dan itu tidak disadari. Berkat sensei itu, saya berusaha menampung air berkumur dalam gelas sebelum sikat gigi. Penghematan air….
Pemakaian WC tradisionil di Indonesia, yang dengan menyiramkan air memakai gayung setelah selesai sangat “ramah lingkungan” (environmental friendly) menurut saya. Saya membaca bahwa satu kali kita ‘flush’ WC dengan tuas [besar 大] berarti kita membuang 16-17 liter air….. Wah banyak sekali. Padahal memang di Jepang hampir semua WC mempunyai dua tuas, [kecil 小] dan [besar 大] jadis ebenarnya kita bisa memilih ingin memakai volume air seberapa banyak. Untuk yang ‘kecil’ bisa menarik ke belakang, sedangkan yang ‘besar’ menarik ke depan….. byuuuurrrr… Meskipun pada kenyataannya masih sedikit yang membedakan pemakaian besar/kecil ini. Memang mendengar air yang mengalir jika kita menarik ke depan ini juga rasanya “aman” karena pasti semuanya tersapu bersih…. tapi berarti kita membuang 16-17 liter sekali flush.
Pernah ada suatu acara di TV jepang yang menanyakan apa yang paling banyak memakai air :
1. bak mandi untuk berendam (seperti foto Riku dan Kai di posting bawah)
2. WC
3. Cuci Piring
4. Mesin Cuci Pakaian
Dan ternyata jawabannya adalah WC itu. Sempat saya berpikir Bak mandi yang berkapasitas 200 liter itu, tapi memang orang Jepang hanya masuk berendam 1 kali sehari. Sedangkan WC, berkali-kali sehari dikalikan berapa orang….. wahhh memang jumlah yang banyak. Saya tidak perhatikan WC di Indonesia apakah sudah ada pembedaan besar/kecil seperti di sini, tapi seperti yang saya katakan di awal tulisan ini, WC tradisional yang jongkok dengan flush gayung itu memang yang paling hemat (selain mungkin buang air di kali ya…. tapi tidak hygienis)
Satu lagi yang saya mau tuliskan di sini, masih tentang pemakaian WC, terutama oleh wanita di Jepang. Mungkin banyak yang menganggap saya jorse tapi ini saya kaitkan dengan penghematan air. OK, begini… di tempat umum di Jepang, saya sering mendengar orang yang berada di bilik WC itu flush 2-3 kali. Langsung saya berpikir “kenapa sih? apa karena tidak bersih?”. Tapi ternyata saudara-saudara, ini hanya untuk menutupi rasa malu. Yup…. rasa malu kalau kedengaran “plung” nya itu. Jadi orang Jepang sering flush selama “proses” dan terakhir waktu selesai. Bayangkan saja 3 x 16-17 liter satu kali masuk WC umum loh….
Karena itu sebuah perusahaan sanitasi terkenal pada tahun 1985 mengembangkan suatu alat yang mengeluarkan bunyi air, dan dinamakan “Otohime 音姫”, jadi selama berada dalam bilik itu, bisa menekan tombol alat ini untuk menutupi “suara-suara” dan menghemat pemakaian air flush. Cukup sekali flush yang terakhir. Jadi jika ada di anatar teman-teman yang nanti akan ke Jepang dan melihat alat ini sudah tahu kegunaan alat ini. Suatu device …usaha untuk menghemat air yang saya rasa bagus sekali jika memikirkan kebiasaan wanita Jepang. Padahal saya pikir orang ke WC kan sudah tahu untuk apa…kenapa sih pake malu-malu. Dan saya tidak tahu apakah alat OTOHIME ini ada di WC laki-laki atau tidak, karena saya belum pernah masuk ke WC laki-laki (kalo saya masuk heboh kali ya heheheh).
Ada lagi penghematan air yang dilakukan oleh sebuah keluarga di Jepang yang mempunyai anak 5 orang. Biasanya memang jumlah anak di Jepang rata-rata 1-2 orang, tapi keluarga ini punya 5 anak…. Wah pengeluaran yang besar, bagaimana cukup gaji bapaknya untuk ber7. Dari acara TV itu saya lihat usaha-usaha yang mereka lakukan, yang mungkin sulit sekali untuk bisa saya praktekkan di keluarga saya. Usaha mereka misalnya:
– 5 anak bergiliran buang air kecil, tanpa flush…baru yang terakhir boleh flush (waaah kalau belum mau buang air kecil gimana coba?)
– Setiap anak hanya punya 2 pasang baju, satu yang dipakai, satu yang dijemur. Jadi tidak perlu lemari pakaian ( waaaahhh sulit deh)
– Kalau mau masuk ofuro (bak mandi) setiap anak bawa pet botol kosong 2 liter untuk pergi ke taman, dan mengambil air dari taman di bawa pulang. Bak mandi diisi setengah lalu 5x 2 liter pet botol dimasukkan sehingga tinggi air di bak bisa mencapai pundak…. (waaah ini sih mah memakai air umum… dianggap mencuri ngga ya?)
Akhirnya melihat acara TV tersebut membuat saya sadar….. jangan buat anak banyak-banyak di Jepang… susyah…. Cukup dua saja maximum hehehe… meskipun pemerintah memberikan tunjangan 10.000 yen untuk anak ke tiga dan selebihnya. Apa arti 10.000 yen untuk hidup di Tokyo??????
Saya sendiri berusaha menghemat air bak yang 200 liter itu dengan memakainya untuk mencuci pakaian. Karena sebetulnya air di bak itu masih bersih. Orang Jepang harus membersihkan badan dengan sabun dulu sebelum masuk berendam di bak. (baca Kei-chan dari Pemandian Fukunoyu)Sehingga air itu masih bisa dipakai untuk yang lain, misalnya mencuci pakaian, mencuci mobil, menyiram tanaman dll. (hmmm pergi ke pemandian umum (sento) juga merupakan salah satu usaha hemat air ya…. )
Banyak yang bisa kita lakukan sendiri untuk penghematan sumber air. Bagaimana dengan teman-teman, apakah secara sadar (environmental awareness)ikut mengadakan penghematan air ? Untuk listrik nanti di posting lainnya ya….
Pernah kenal? Itu memang nama anak perempuan Indonesia kan? Dan kenapa cuma anak perempuan saja yang disebut-sebut dalam lagu lullaby Indonesia? Adakah lagu lain yang pakai nama laki-laki? Kok anak laki-laki ngga protes ya?
Waktu pertama kali saya menyanyikan lullaby “Nina Bobo” untuk Riku, dia tanya apa artinya. Terpaksa saya bilang ….Nina chan oyasuminasai… Dan akhirnya saya selalu ganti dengan Riku Bobo… Kok rasanya tidak cocok kalau saya nyanyi Nina bobo, padahal anak saya laki-laki. Hal ini juga sama dengan lagu “Tidurlah Intan” sebuah lagu yang saya suka sekali, meskipun saya tidka hafal liriknya. Lagi-lagi nama anak perempuan…. Apa boleh buat ya? Mungkin anak laki-laki tidak perlu dinyanyikan sudah bisa bobo sendiri heheheh.
Kapan usia paling muda untuk mengalami cinta monyet ya? Pertama kali seorang perempuan/laki-laki menyadari bahwa dia suka lawan jenisnya…. Dan kenapa dibilang cinta monyet? Kan manusia yang sedang bercinta bukannya monyet, meskipun dia masih pakai celana monyet heheheh. So, definisi cinta monyet = percintaan dua orang yang memakai celana monyet . (definisi ala saya loh, mungkin ada yang lebih tahu)
Riku : “Mama, hari ini aku mau ikut Usagi-gumi (kelas perpanjangan sampai jam 5 sore)”
Saya: “Hmmm, nanti mama tanya dulu, Riku bisa ikut ngga. Kalau bisa ikut (jatahnya hy untuk 25 orang soalnya) nanti mama daftarkan. Kamu suka Usagi-gumi ya?”
Riku : “Iya, di usagi-gumi aku banyak temannya. Tapi ada satu yang aku ngga suka… namanya Rin-chan (nama perempuan)”
Saya: “Kenapa ngga suka? Pasti ada sebab dong kalau kamu tidak suka. Emangnya dia ngapain kamu? Pukul?”
Riku: “Ngga. Dia bara-gumi (4 tahun sementara Riku 5 tahun)
Saya : “Dia ngga pukul, atau ijime kamu, emangnya dia ngapain? (Saya muai curiga lalu saya tanya) DIa cium kamu?”
Riku menggangguk. AHA… “Pipi? BIbir? (huh mama mau tahu aja)”
Riku : “Pipi…tapi belum kena sih…”
Saya: “Ohhh… iya kalo ngga suka, lalu dicium sama orang yang ngga suka…. sebel ya. Tapi Riku emangnya udah pernah cium cewe? …Sora-chan (nama cewe yang dia sukai) ”
Riku : “Belum” (oi oi berarti suatu saat akan????)
hahahahahahahahhahahaha saya langsung pergi ke belakang, dan tertawa (tidak mau kasih liat Riku bahwa saya tertawa). (Tapi dia curiga…dan bilang, “Mama jangan ketawa dong!”)
Haiyah, anak TK euy.. Perasaan dulu aku ngga ada tuh gitu-gituan. Paling cepet suka sama cowok itu kelas berapa ya? HMmm kelas 5 SD maybe. suka pada kakak kelas yang tinggi gede, dan kebetulan ibunya teman mama. Tapi terbatas pada suka-suka aja. Badung banget padahal anaknya. 3 jari tangan nya putus kena mercon, karena dia terlambat lempar mercon dari dalam mobil…. Kemana tuh orang ya? hihihi
Cinta Monyet… kayaknya saya musti siap-siap deh mendengarkan curhatnya Riku (dan Kai? ooohhhh nooooo). So, Cinta monyet Anda bisa mengalahkan umurnya RIKU?
Yah, kali ini saya ingin bercerita mengenai saya. …taelah… Sebetulnya bukan mengenai saya tapi mengenai Ikkyu san (seharusnya saya tulis sesuai pengucapan adalah IKKYUU san – u nya diperpanjang, dalam bahasa Jepang panjang -pendeknya vokal menentukan, tidak seperti dalam bahasa Indonesia karena tidak mengubah arti). Saya terdorong menulis tentang si Ikkyu san ini akibat pertanyaan Daffa yang ingin tahu siapa sih yang suka nampang dan berkomentar di blognya dia (avatarnya saya). Seorang pendeta Buddha tanpa rambut tetapi memukau hati seorang Imelda, sehingga Imelda, yang pake cybername sebagai Ikkyu_san ini, jadinya terdampar di negara matahari terbit.
Mereka yang hidup di jaman kejayaan tahun 80-an (kalau mau tahu trend tahun seginian tanya mas NH18 yang jauh lebih sering JJS daripada saya) tahu anime Jepang yang beredar saat itu yaitu Voltus V, dan Ikkyu san (mungkin juga Megaloman saya tidak yakin karena saya tidak pinjam videonya). Masih dalam format video betamax, serial Ikkyu san ini kabarnya hanya ada 5 jilid. (sebetulnya memang cuman dari 5 jilid itu yang kebanyakan orang Jepang kenal). Saya sendiri lupa menontonnya dalam bahasa Jepang dengan subtitle Inggris atau di dub Ingris dengan subtittle Jepang (setahu saya setelah saya bisa baca hiragana, saya masih sempat sewa 1 video untuk latihan baca hiragana). Lagu pembukanya, “Suki suki suki suki Ikkyu san…. ” (Suki artinya suka) itu selalu terngiang di telinga saya, tapi saya tidak bisa menghafal keseluruhannya karena terlalu cepat.
Ikkyu san adalah seorang pendeta Buddha yang amat terkenal di Jepang yang sangat cerdik dan bijaksana sejak dia kecil. Image pendeta Buddha ini menjadi lebih kuat melekat di dalam kepala orang Jepang dengan adanya film kartun Ikkyu san dengan beberapa episode-episode yang merupakan penggambaran dari kenyataan yang pernah tercatat. Film kartun Ikkyu san ini diputar selama 7 tahun, dari tanggal 15 Oktober 1975 sampai 28 Juni 1982 setiap hari Rabu dengan waktu tayang 30 menit. Keseluruhan cerita ada 296 episode dan merupakan film kartun yang terpanjang dengan rate pemirsa yang tinggi dan stabil selama 7 tahun. Setahu saya sekarang kita dapat membeli DVDnya satu series yang terdiri dari 10/11 DVD seharga 40.000 yen. (Nanti nabung ahhh beli, masukin wishlist) But of course semuanyanya bahasa Jepang tanpa subtittle. —- ada production house yang berminat? hehhehe—
Ikkyu san adalah nama sebagai pendeta Buddha, yang ditulis dengan kanji sebagai 一休さん hito yasumi (istirahat sebentar artinya) mungkin sekarang namanya jadi hiatus -san ya hihihi. Nama sebenarnya adalah Senggiku Maru, seorang anak bangsawan yang berkhianat terhadap shogun, sehingga perlu disembunyikan identitasnya. Ibunya Iyono Tsubone, menyerahkan Ikkyu ke dalam pengasuhan pendeta Osho, untuk ditempa menjadi pendeta Buddha. Ikkyu yang seharusnya hidup mewah dan bisa bersama ibunya, harus berpisah dengan ibunya dan itu yang paling membuatnya sedih. Oleh ibunya dia diberi omamori (jimat) berupa teru-teru bozu (dipakai sebagai penghalau hujan). Sehingga setiap ada masalah, Ikkyu akan berlari ke hadapan Teru teru bozu itu untuk berkeluh kesah.
Sebagai pendeta Buddha yang terkecil (waktu itu katanya berusia 6 tahun), Ikkyu sering dikerjain. Disuruh ini itu oleh sempainya terutama yang bernama Shuunen san. Cerita pada episode pertama menggambarkan betapa Ikkyu yang mungil itu harus pontang panting melaksanakan perintah Shuunen dan teman-temannya. Dia disuruh mencuci lobak di sungai. Dan waktu itulah dia bertemu dengan seorang samurai, bernama Ninagawa Shin-en-mon, yang diperintah Shogun (Jendral) untuk mengawasi Ikkyu. Oleh di Ninagawa, Ikkyu dipanggil Kozo san (Pendeta cilik), dan di situ Ikkyu mengatakan, “Anda panggil saya?”
Tentu saja si Samurai ini marah dan bilang, “Tentu saja, mana ada pendeta cilik yang lain di sini”
Lalu Ikkyu bertanya, “OK, ini apa? (sambil menunjuk lobak besar)”
Samurai,”Lobak”
“Lalu ini apa? (sambul menunjuk lobak kecil)
Samurai,”Ya, lobak….”
“Karena itu, lobak biarpun besar atau kecil…sama-sama namanya Lobak. Pendeta pun besar atau kecil, sama-sama Pendeta. Jangan panggil saya Pendeta Cilik. Lagipula saya punya nama, yaitu Ikkyu….”
Samurai itu tidak bisa berkata-kata lagi, dan mengakui bahwa korban intaiannya ini memang pandai.
Ikkyu san menjalani kehidupan di biara dengan senang, dan dia selalu membantu atau dekat/akrab dengan seorang gadis cilik yatim piatu bernama Sayo-chan. Ikkyu san selalu bersyukur bila melihat Sayo chan, karena dia tahu, dia masih mempunyai ibu, meskipun tidak bisa bertemu. Sedangkan Sayo chan, orang tuanya sudah meninggal dan tinggal bersama kakeknya saja. Dengan pemikiran ini Ikkyu san merasa kuat untuk menjalani “pengasingan”nya.
Dalam kehidupan berbiara ini, gangguan yang sering datang adalah dari sepasang bapak-anak perempuan yang bernama Kikyouya Rihei dan Yayoi, seorang pedagang yang sering bertandang ke Kuil. Yayoi san yang manja dan usil sering mengganggu ketentraman biara. Sedangkan bapaknya Rihei, tidak mau tahu kesopanan, dengan seringnya datang ke Kuil untuk bermain Igo dnegan Osho-san. Hingga suatu hari, pendeta-pendeta di biara itu ingin mengusir Rihei dengan cara memasang peringatan, “Barang siapa yang membawa atau mengenakan pakaian dari kulit binatang dilarang masuk Kuil”. Rihei san selalu memakai bolero dari kulit kelinci, tapi dia dengan cueknya memasuki kuil. Di pintu gerbang Ikkyu sudah menunggu dan berkata;
“Apakah Anda tidak melihat pengumuman itu?”
“Ohhh itu, ya saya baca. tapi di Kuil kan banyak yang terbuat dari kulit binatang. Buktinya ada gendang (drum) di dalam Kuil kan? Kenapa boleh ada gendang yang sudah pasti terbuat dari kulit itu di dalam Kuil?”
“Ya memang gendang itu terbuat dari kulit, karena itu terpaksa kami memukulnya setiap kali. Jadi kalau Anda mau tetap masuk ke dalam Kuil, saya terpaksa harus memukul kamu…”
Rihei san lalu melarikan diri takut kena pukulan Ikkyu.
Kepintaran Ikkyu yang termasyur adalah mengenai sebuah papan yang terdapat di jalan masuk sebuah jembatan. Cerita ini agak sulit diterjemahkan, tapi akan saya coba. Tulisannya begini,”Kono hashi wo wataru na” (Dilarang menyeberangi jembatan ini) Disini HASHI yang waktu itu tertulis dengan hiragana, berarti jembatan… tapi selain itu juga bisa berarti pinggiran. Karena itu Ikkyu san dengan gagahnya menyeberangi jembatan itu, dan tidak mengabaikan peringatan yang tertulis. Alasan ikkyu, “Saya tidak menyeberang di pinggiran kok, saya jalan di tengah-tengah jembatan” Jadi Ikkyu memakai sinonim kata hashi untuk menjelaskan tindakannya. Peristiwa ini sangat terkenal dan sering keluar di soal-soal ujian masuk SD…katanya.
Waktu membaca pertanyaan Daffa siapa sih Ikkyusan itu saya mencari lewat google dan ternyata ada beberapa cuplikan film Ikkyu san yang bisa ditonton di YouTube. Jika Anda mau melihatnya silakan ketik 一休さん atau monk Ikkyuu. Dan tadi pagi saya dibuat menangis terus karena saya menemukan sebuah episode terakhir dari Ikkyusan yang terbagi dalam 3 parts. Cerita yang 296 ini, memang harus diakhiri dan cerita penghabisan adalah dengan keluarnya Ikkyu san dari Kuil Angoku-ji untuk mengembara dan bertapa sendirian. Dengan bimbang, Ikkyu ingin pergi dari kuil itu diam-diam. Melihat keresahan Ikkyu san, Pendeta Osho-san memperbolehkan Ikkyu pulang menemui Tsubone ibunya dan diperkenankan untuk menginap. (sebetulnya pendeta dilarang untuk pulang ke rumah orang tua) . Ibunya langsung mengetahui bahwa pasti ada “masalah” sehingga Ikkyu san diperbolehkan pulang. Di situ untuk pertama kalinya Ikkyu mengatakan pada ibunya bahwa dia akan mengelana, pergi bertapa sendirian, keluar dari Kuil. Dan biasanya pendeta yang tidak mempunyai Kuil akan mengelana kemana kaki melangkah, bisa jadi mati kelaparan karena hidup dari pengasihan orang saja, atau bertemu dengan halangan-halangan lain. Ibaratnya pergi ke medan perang, belum tentu kembali. Dan malam itu Ikkyu san, bisa menikmati masakan ibunya terakhir kali dan tidur bersama ibunya. (Duuhhh you can imagine …bagaimana saya bisa tahan untuk tidak menangis…. dasar PMS juga mendukung saya untuk jadi tersedu-sedu deh…. banjir nih Nerima).
Perpisahan itu berat bagi siapa saja. Juga bagi Ikkyu san. Dengan mengendap-endap, dia tidak memberitahukan Sayo chan, sahabatnya…. lalu Shuunen san teman-teman se biara. Juga Ninagawa san si Samurai yang juga sudah akrab dengannya. Tapi semua usaha Ikkyu san untuk pergi tanpa lambaian tangan orang-orang yang dicintainya tidak bisa terlaksana. Karena semua sudah merasa keanehan Ikkyu yang biasanya ceria tetapi akhir-akhir ini murung. Sayo chan memberikan teru-teru bozu buatannya untuk disandingkan dengan teru-teru bozu buatan ibu Ikkyu san. Semua mengantar Ikkyu san dengan deraian air mata, sehingga Ikkyu san jauh melangkah menuju gunung dan lembah dan tidak terlihat lagi.
Saya sarankan untuk mereka yang sedang belajar bahasa Jepang untuk menonton film Ikkyu san ini. Karena selain bahasa yang bagus, di dalamnya terdapat ajaran-ajaran Buddha yang menjadi dasar pemikiran masyarakat Jepang. Siapa tahu juga bisa ketularan kecerdikan Ikkyu san dan dengan berusaha sungguh-sungguh Anda bisa mendapatkan IKKYU 一級 (level satu di Ujian Kemampuan Bahasa Jepang).
Memang saya pernah menulis tentang My Hero, Zorro dan kemudian Black Jack. Tapi sesungguh tidak ada Karakter yang melebihi kekuatan Ikkyu san bercokol dalam kepala saya sejak saya SMP… yang tidka saya sadari menuntun saya mengembara di Sastra Jepang, dan meneliti tentang Terakoya (Sekolah bagi masyarakat biasa) kemudian meneliti tentang pendidikan Indonesia jaman pendudukan Jepang dan akhirnya saya berada di masyarakat Jepang seperti sekarang ini. Emiko seakan berada di bayang-bayang Ikkyu san, yang mungkin juga kelak akan berkelana mencari arti kehidupan sesungguhnya. (hei bukankah kita semua begitu????)
— Tulisan ini saya buat untuk memperingati kedatangan saya 16 tahun yang lalu ke Jepang untuk jangka panjang, yaitu tanggal 23 September 1992. Terima kasih Tuhan atas perlindunganMu kepada hambaMu ini selama berada di negara asing ini, terlepas dari sanak keluarga, terlebih papa mama yang saya cintai…… (betapa aku rindu mereka terutama di saat-saat ini) bisa bertahan mengatasi kesepian, kebimbangan, kesulitan-kesulitan sekian lama dan akhirnya Kau anugerahi seorang suami dan dua anak yang menjadi tumpuan hidupku sekarang ini.—
Anda semua pasti kenal Mickey Mouse dong… Lalu Tom and Jerry. Atau pernah nonton juga Little Stuart yang bisa membuat kita menitikkan air mata. Kemudian yang terakhir adalah Ratatouille atau yang di bahasa Jepangnya di beri judul “Remi no oishii resutoran レミーのおいしいレストラン” — Restoran Lezat Remi. Coba perhatikan saja sekian banyak karakter yang dipakai yang menjadi populer itu, tidak lain dan tidak bukan adalah seekor TIKUS. Tikus yang digambarkan memang macam-macam, ada yang lucu, imut-imut bahkan bisa diterima sebagai ikon yang mendunia. Tapi coba kalau dipakai fotonya yang asli, bukan gambar kartun… dijamin tidak bisa makan sambil menonton deh. Apalagi kalau kita bayangkan si REMI yang membuat masakan kita yang sedang kita santap itu …Wuaaaaahhh. (Maaf kalau baca ini sedang puasa… )
Fenomena ini memang sudah lama terjadi. Entah apa tujuan Paman Walter memilih si tikus untuk hero-nya. Saya juga heran kenapa alat tambahan untuk memudahkan penulisan di computer itu harus dinamakan MOUSE atau TETIKUS. Mungkin ini merupakan obsesi dari para pencipta karakter itu untuk mengangkat derajat si tikus dari binatang buruk rupa, pembawa penyakit (yang pasti bau..ngga pernah mandi sih) dan umpan si Kucing (kayaknya anjing juga banyak yang suka sih… bahkan manusia pun ada yang mau makan) …pokoknya …. si makhluk yang jueleeeek ini menjadi lucu, imut-imut, gemesin (seperti jeunglala hihihi …ngga deh seperti anak-anak saya….kapan lagi narsis) dan menjadi idola manusia di dunia ini (di planet ngga tau ada tikus ngga).
Anyway, saya benar-benar merasa perlu untuk meneliti fenomena ini, tapi sayangnya waktunya saya tidak ada. Mungkin jika ada yang punya banyaaaaak waktu luang bisa memikirkan topik ini sebagai tema skripsi atau thesis atau disertasinya (haiyah….). Dan ternyata Jepang pun tidak mau kalah dengan negara Amerika dengan Mickey Mousenya. Karena ternyata ada sebuah Picture Book di Jepang yang terbit tahun 1963 (bayangkan ….seumuran mas trainer atau pak grandis mungkin hihihi) yang mengambil tokoh TIKUS. Bukan hanya satu…malah dua ekor Tikus. Hebat ngga?
Namanya GURA dan GURI. Ingat saja Gula itu membuat gurih makanan sebagai bumbu penyedap (kakushi aji 隠し味) . Dua tokoh tikus ini diciptakan oleh Nakagawa Rieko (karangan) dan Oomura Yuriko (gambar) pada tanggal 1 Desember 1963. Diterbitkan oleh penerbit kesayangan saya FUKUINKAN SHOTEN. Ditujukan untuk anak-anak berusia 3-5 tahun … dan ditetapkan sebagai “buku wajib” oleh Asosiasi Perpustakaan Sekolah Seluruh Jepang. You can not believe it but….. buku ini sudah dicetak 160 kali per data tahun 2005. Tidak ada orang Jepang yang tidak mengetahuinya. HEBAT!!!!.(Aduuuh saya ingin sekali anak-anak Indonesia juga mengetahui cerita ini)
Ceritanya sangat sederhana. Dua tikus bersaudara (kembar) itu menemukan sebutir telur yang besar di hutan, dan ingin membuat kue castella. Tapi mau membawa telur itu ke rumah mereka tidak bisa… pasti pecah di perjalanan, karena terlalu berat. Jadi mereka membawa panci, bowl untuk adonan, pengaduk, susu dan gula dari rumah mereka ke tempat si telur berada. Sambil mengadon dan memasak kue itu, bau yang harum menyebar ke seluruh hutan, mengundang binatang lain berdatangan. Dan kue yang besar itu kemudian dinikmati bersama oleh seluruh penghuni rimba.
Yang menarik dari cerita ini adalah lagu yang dinyanyikan ole Guri dan Gura waktu menunggu kue matang yang menjadi trade mark mereka.
Bokura no namae wa Guri to Gura
Kono yo de ichiban suki nano wa
Oryori suru koto taberu koto
Guri gura guri gura….
(Nama kami Guri dan Gura
Yang kami sukai di dunia ini
Memasak dan makan
Guri gura-guri gura)
Sederhana sekali bukan? Lagunya tentu saja diiramakan sendiri oleh si pembaca. Jadi bisa saja irama pop atau dangdut (heheheh). Tapi waktu pertama kali Riku yang berumur 2 tahun dibacakan cerita ini oleh papanya, saya juga heran mendengar iramanya… seperti nyanyi gregorian hihihi. Lagu yang gen nyanyikan itu biasa-biasa saja, tapi tetap melekat sampai sekarang. (Tapi di situ saya juga kagum bahwa membaca cerita yang simple itu bisa begitu memukau jika dihayati, dan sejak itu saya berusaha memakai “ekspresi” jika membacakan cerita untuk Riku. )
Ini adalah buku pertama, dan setelah itu ada beberapa cerita dari seri Guri dan Gura ini dengan judul “Tamu Guri dan Gura”, “Guri dan Gura : Berenag di laut”, “Guri dan Gura :Piknik” “Guri dan Gura bersama Kururikura”, “Guri dan Gura: Pembersihan besar-besaran”. “Guri dan Gura bersama Sumire-chan” dll. Buku ini juga saya sarankan untuk mereka yang baru belajar bahasa Jepang karena semuanya tertulis dalam hiragana. Saya tidak tahu apakah di perpustakaan Japan Foundation Jakarta ada atau tidak, mungkin bisa ditanyakan langsung ke sana.
Buku Guri dan Gura ini yang pasti sudah diterbitkan dalam bahasa Inggris. Berikut adalah sinopsisnya dalam bahasa Inggris.
Guri and Gura, popular characters in Japan since their 1963 debut (of which this book is the translation), enter the American market with the first of the publisher’s projected series. Here, the two exuberant mice find a huge egg in the forest and decide to use it to make “a sponge cake so big we can eat it from dawn to dusk and still have some left over.” Realizing that the egg is too big to move, Guri and Gura haul a huge frying pan (and everything else they need) over to the egg, then mix up the batter, build a fire and share the results with all the animals who have sniffed out their cake. Yamawaki’s pared-down line drawings deliver information plainly and directly, with little shading on an expansive white background: Gura holds the lid of the pan (which towers over him), Guri raises his tiny mouse fist in excitement, and the nicely risen cake is revealed. A childlike refrain becomes a light-hearted mantra: “My name is Guri. And my name is Gura. And what do you think we like to do best? Cook and eat. Eat and cook. Yeah! Guri and Gura, that’s us.” The book’s visual appeal is dampened somewhat by bland type design and bleed-through on the matte pages. But cake-making is always a delicious theme for small readers, and Guri and Gura’s inventive energy loses nothing in the Pacific crossing. Ages 4-8.
Copyright 2002 Reed Business Information, Inc.
Kapan ya waktu yang tepat untuk memberikan anak-anak bermain play-station, komputer atau video game? Saya lihat banyak anak-anak sudah diberikan mainan itu sejak dini. Dan di Jepang pun dengan mewabahnya Wii, Nintendo DS, Xbox, banyak sekali temannya Riku (5 tahun) yang sudah mempunyai DS sendiri. Waktu Riku minta, saya selalu berkata,”Nanti kalau kamu sudah umur 10 tahun!” Saya takut kalau dia kecanduan game. Tapi?
Setelah saya mengetahui bahwa DS juga mempunyai Soft untuk belajar hiragana, saya dan gen akhirnya memutuskan untuk membelikan Riku DS itu dengan harapan dia bisa belajar membaca dan menulis hiragana sebelum masuk SD. Dan kami membuat perjanjian, bahwa sehari main game “Naruto” dan sehari “Anpanman Hiragana” bergantian. Hari-hari pertama memang dia getol sekali main. Tapi setelah lewat seminggu tanpa dilarang untuk mainpun dia cuma main sejam…. Dasar bosenan (kayak mamanya hihihi)
Dan untuk mengimbangi Riku, saya beli soft untuk belajar Kanji. Mau ikut Test kemampuan Kanji (entah kapan)… bisa lulus level berapa ya…. meskipun harus bersaing dengan orang Jepang??? Level 5 aja mungkin udah bagus ya? Kalo Gen level 1? hehehe. Tapi ternyata waktu latihan cukup mandeg karena saya bisa baca tapi tidak bisa nulis. Karena terlalu banyak pakai komputer untuk menulis. HIKS… harus latihan lagi!!!
Semua orang (baca wanita) punya seorang tokoh yang dianggap sebagai “Hero” =pahlawannya. Mungkin kebanyakan juga menganggap ayah atau kakak laki-lakinya sebagai Hero. Tapi saya tidak… Saya tidak pernah membayangkan ayah saya menjadi Hero (maaf pa…) Dan saya tidak punya kakak laki-laki yang bisa saya banggakan menjadi Hero saya (even kakak laki-laki jadi-jadian hehehe) Dan sebagai seorang wanita, wajar saja dong, jika saya mempunyai tokoh idaman yang saya anggap sebagai My Hero.
Saya memang suka membaca sejak kecil, dan dulu saya masih suka menonton televisi. Jaman saya SD, saya ingat menonton TV hitam-putih dan kemudian mulai berganti menjadi TV warna seperti sekarang ini. Dan waktu jaman Black and White itu, saya ingat seorang tokoh yang sampai sekarang pun masih saya sukai, yaitu Zorro. Seorang tokoh fiksi yang diciptakan tahun 1912…. wah lumayan uzur ya? Pria bertopeng hitam menutupi mata, dengan kumis tipis dan senjata pedang lancipnya (kayak anggar), dan setiap selesai mengalahkan musuhnya, dia meninggalkan mark, tanda Z, inisial namanya. Kakko ii…
Pada waktu saya berumur 7 tahun, saya harus dioperasi amandel. Dulu memang dikatakan bahwa jka tonsil diangkat maka akan sembuh dari berbagai penyakit… Saya sekarang jarang mendengar anak-anak dioperasi amandelnya lagi. Nah, waktu itu saya harus menginap semalam di RSPP, supaya besok paginya bisa masuk ruang ope, untuk dioperasi. Operasi kecil…. masih kalah dengan operasi saya ketika umur 13 tahun. Tapi sebagai anak berusia 7 tahun, tentu saja saya takut tidur sendiri di kamar RS. Meskipun saya berusaha tidak menunjukkan ketakutan seorang Kakak kepada adik-adiknya dan mau membuat mama-papa bangga akan anak putrinya, menjelang malam saya menjadi takut juga. Dan di situlah saya memimpikan My Hero, Zorro datang, masuk dari jendela, dan mengalahkan musuh-musuh saya yaitu dokter dan perawat-perawat, untuk kemudian membawa saya ke tempat yang jauh. Dan operasi saya bisa dibatalkan. Tapi tentu saja, itu hanya impian seorang Imelda berusia 7 tahun, dan tetap harus dioperasi amandelnya… (dan bersorak karena setelah operasi boleh makan es krim…. meskipun masih ingat juga masih sempat menghapus darah yang mengalir di pipi… yieks)
Entah karena saya suka Zorro, jadinya saya suka pria Latin/Spanyol, atau malah kebalikannya? Karena suka pria Latin saya suka Zorro? Tapi memang tokoh misterius ini bisa bercokol terus dalam ingatan saya. Well, saya juga tidak malu untuk mengakui bahwa saya suka membaca novel Roman Harlequin (dulu Mills n Boon), dan setiap saya akan membeli novel baru, jika ada pilihan cerita dengan latar “percintaan dengan orang Spanyol” pasti langsung masuk ke dalam keranjang belanja saya. (Bagi penggemar romance, pasti tahu ada golongan Spaniard, Italian, Greek Tycoon, Nobels bangsawan-bangsawan termasuk di dalamnya France , or Outback (ini juga asyik loh) kerasnya hidup di Australia, etc, etc) Meskipun setelah dewasa (dan di dunia nyata) , saya tidak mau berhubungan atau berpacaran dengan pria Spanyol, karena mereka terkenal sebagai Don Juan, playboy yang bisa meremukkan hati wanita. Saya selalu katakan pada Louis Sartor, rekan di InterFM, “You Latinos, why you always be kind to ALL Women?”… and he just laugh and said… “Dont Worry be Happy”. Hmm mungkin memang saya harusnya berteman dengan latinos supaya bisa happy terus sepanjang masa?
… I don’t think so.
Sekarang saya punya seorang Hero yang baru. Ya, seorang tokoh lagi, yang tampil di anime di Jepang. Bukan Naruto tentunya! Bukan Batman, Superman, Hercules, Hulk, He-man dsb-dsb. Tokoh ini saya rasa belum sempat masuk ke Indonesia (Kalau masuk jangan-jangan yang putri-putri akan sukaaaaaaa banget deh dan saya punya banyak saingan hehehehe). Tokoh ini bernama Black Jack. “Black Jack Sensei!” ini adalah seorang dokter yang tentu saja mengikuti pattern/pola Hero, membantu yang lemah dan mengambil uang sebanyak-banyaknya dari yang kaya. Dia ditemani seorang anak perempuan (automaton) bernama Pinoco (yang akhirnya juga jatuh cinta pada sang Dokter). Saya bertemu BlackJack ini setahun lalu, waktu iseng-iseng mengganti Disney Chanel menjadi Kids Station di TV cable saya. Setiap episode diberi judul Karte no 1, 2, 3 dst. Karte menunjukkan pada file seorang pasien. Dokter Black Jack ini sangat mahir memainkan pisaunya di meja operasi, sehingga siapa saja yang sudah tidak ada harapan, pasti bisa dioperasi oleh My Hero ini dengan kecepatan dan konsentrasi tinggi. Pernah digambarkan dokter ini harus melakukan ope di atas sebuah pesawat yang sedang bergerak (jatuh).
Tokoh BlackJack Sensei ini diciptakan oleh Osamu Tezuka, si pencipta Astro Boy (atom no ko). Rambut yang agak nge ‘punk” dengan warna hitam diselingi putih (hmmm I crush man with some gray hair on their black head also… kayaknya dewasa banget gitchu). Dengan mata yang besar (belo) —lucky this is only imagination. Semua karakter anime pasti matanya besar deh. Mungkin mata besar itu obsesinya orang Jepang.
Kesamaan si dokter ini dengan Zorro adalah sama-sama pakai mantel hitam, dan senjatanya adalah pisau/pedang. Klasik huh. Yah memang saya suka yang klasik sih… mau gimana lagi. Klasik tapi bermutu cieeeee. Karena orang Indonesia sedikit atau mungkin malah tidak ada yang tahu tentang BlackJack Sensei ini, jika seandainya ada perusahaan yang mau mengimpor film ini untuk diputar di Indonesia, saya mau tuh bantuin untuk penerjemahannya. hehehhee. Sehingga saya bisa menonton serial itu lengkap dari awal hingga akhir (maunya….hehhehe). Siapa berminat?
Apa sih yang bisa dibanggakan sebagai orang Jepang. Menurut orang asing, orang Jepang itu tidak bisa mengekspresikan pemikirannya sendiri. Orang Jepang itu bisa beradaptasi tapi tidak ada kreatiitas. Kalau media luar negeri membicarakan Jepang pasti yang diambil sebagai topik yang jelek-jelek saja….. macam-macam pemikiran orang tentang orang Jepang yang bisa dikatakan negatif. (oh ya kalau saya, yang pernah saya singgung di sini dan selalu ditertawakan Lala dan Bang Hery adalah bahwa orang Jepang itu DINGIN hehehe…. ) Tapi tentu saja ada sifat-sifat orang Jepang (secara keseluruhan) yang bisa dianggap positif ya. Berikut ini adalah hasil angket mengenai “Yang bagus dari orang Jepang itu adalah……”
Perasaan tentang 4 Musim (well ini saya akui karena Orang Jepang amat sangat memperhatikan musim dan menggunakan segala yang terbaik dari musim itu untuk dinikmati)
Rajin – serius (yup, dalam mengerjakan tugas semua dikerjakan dengan rajin sampai tuntas)
Ramah ( meskipun ada sedikit perasaan diskriminasi, pasti tidak dikeluarkan)
Kebudayaan makanan yang beragam (Karena musim tadi, maka jenis makanan juga beragam dan INDAH)
Bisa menciptakan teknologi tercanggih (Yes!! beberapa hari lagi ada satelit buatan warga desa berukuran sekitar 50×50 cm yang akan diluncurkan dari Jepang untuk memonitor kecepatan angin kalau tidak salah….. warga desa loh yang buat)
Tata Krama (sugoi… hebat memang semua ada tata krama nya)
Tahu balas budi (girigatai) hmmm ini agak sulit diterjemahkan. Jadi orang Jepang pasti akan membalas kebaikan yang diterima dna tidak akan lupa. Loyal. sekali dibaiki orang tidak akan melupakan orang itu.
Perhatian
Memelihara kebudayaannya
Terampil (hmmm ini sih tergantung bidangnya, tapi memang orang Jepang kalau sudah menguasai sesuatu akan trampil memakainya)
Merasa sayang (untuk membuang)( Jadi pasti akan memikirkan apalagi yang bisa dibuat dari bahan yang dibuang itu— ini bagus untuk lingkungan ya)
Tidak mau menonjol (ini cocok nih untuk saya…. ngga bisa promo diri sendiri)
Mendetil (memperhatikan hal yang kecil-kecil termasuk mengucapkan terima kasih sekali lagi pada waktu bertemu…)
Mengekspresikan sesuatu tidak langsung (ambigu) (BENER….muter-muter jadi sulit dimengerti…mbok yo langsung to the point nape)
Percaya/Dipercaya
Kelihatan muda
Mengetahui sense/rasa dengan detil
Rambutnya indah (Benar…hitam legam dan banyak ….terutama wanitanya)
Elegan/Anggun (hmmmm…..)
Manner waktu makan (kecuali berbunyi waktu makan ramen ….memang bagus mannernya)
Hmmm memang semua kembali pada orangnya… Tapi saya amat setuju dengan pendapat Lala yang mengatakan bahwa orang Jepang itu mendetil (nomor 13). Banyak pengalaman saya mengenai itu dan kadang saking mendetil menjadi over-protected.