Kaleidoscope

22 Des

Saya diberi tugas oleh Bang Hery untuk membahas tentang kaleidoscope. Setelah saya cari dalam google versi jepang, saya mendapatkan keterangan ini.

Kaleidoscope berasal dari bahasa Yunani yang merupakan paduan kata [Kalos] yang berarti indah, [eidos] berarti corak dan [scope] berarti melihat. Jadi kaleidoscope sendiri merupakan sebuah alat semacam teropong yang didalamnya terdiri dari 3 lembar lempengan kaca yang diberi sekat, dan di bagian dalam diberi kepingan kaca atau kertas warna warni sehingga bisa memantulkan sesuatu corak yang berwarna-warni. Kita bisa melihat langsung ke dalam teropong tersebut atau memantulkannya ke dinding. Seni ini sangat terkenal di Jepang, sehingga kalau Anda pergi ke toko cendera mata, pasti akan menemukan tabung dengan lapisan kertas Jepang, dan jika Anda melihat lewat lubang kaca yang ada di ujungnya, bisa melihat corak warna yang bisa berubah jika tabung itu diputar.

Ya! itulah kaleidoskop (bahasa Jepangnya Bankakyou) . Arti sesungguhnya melihat corak yang indah…. sampai ada museum di Kobe bernama Kobe Kitano Kaleidoscope yang menyuguhkan keindahan kaleidoscope dalam berbagai jenis warna dan corak. Lihat slogannya, Healing and Relaxing Time with Beautiful View in a Small Hole.

Tapi di penghujung tahun biasanya memang ada acara di televisi/media lain di Indonesia yang menyajikan suatu rangkaian kejadian yang terjadi dalam satu tahun sebagai kilas balik, dan dinamakan Kaleidoscope. Tapi karena isinya bermacam-macam kejadian, dan termasuk juga kejadian buruk, mestinya tidak cocok ya dinamakan kaleidoscope. Semestinya diberi nama kilas balik saja… atau perenungan. Siapa yang mau usul?

Hei boy... what are you thinking about? Live? or enjoying the scenery or thinking of you Mother?
Hei boy... what are you thinking about? Live? or enjoying the scenery or thinking of you Mother?(Riku @ Okinawa)

:::::::::::::::::::::::

Saya sebetulnya ingin sekali membuat kaleidoscope eh kilas balik saya di tahun 2008. Tapi karena tidak ada waktu, saya ingin membuat sebuah “CHILDLENS”. Apa yang dilihat seorang anak melalui lensa kamera. Terinspirasi dari sebuah buku dengan judul sama, yang saya baca di Sendai. Seorang anak diberikan kamera dan bebas mengambil foto apa saja. Dalam buku itu ada foto tatami, ada foto kamar, atau mainannya, dan ada foto ibunya sedang berganti baju. Sebagai pengganti Kaleidoscope saya, saya ingin mengetengahkan childlens Riku yang membawa kamera waktu dia pergi ke Okinawa musim panas lalu. Saya pilihkan beberapa foto dia yang layak menurut kacamata orang dewasa.

Bagaimana? Apakah Anda terhibur dengan hasil potret Riku?

Waktu kecil dan pertama kali saya kasih Riku pegang/potret dengan camera digital, papanya bersungut-sungut. Katanya,”Anak-anak dikasih kamera, nanti kalau rusak bagaimana?” Tapi saya bilang, asal kita kasih tahu tidak boleh begini begitu kan pasti bisa. Kalau rusak ya itu resiko. Sama halnya waktu Riku sudah mulai mengerti dan menggeratak apa saja, saya bilang, “Jangan pegang pisau. Pisau itu bisa membuat berdarah, dan sakit. Tapi kalau Riku mau sakit, silakan!. Riku mau sakit?”….. Tentu saja dia bilang tidak. Dan sejak saat itu biarpun ada pisau di atas meja, dia tidak akan pernah ambil atau bermain. Malahan dia bilang, “Mama ini pisau. Bahaya loh!”….

Biarkan anak-anak bermain dan berkembang dan juga merasakan kenyataan yang mungkin tidak bagus, sejauh resiko itu masih rendah. (Tentu saja saya tidak akan biarkan dia berjalan sendirian di jalan besar waktu itu kan, karena semua juga ada waktunya. Lihat-lihat kondisinya lah….)

Kata Populer

10 Des

Saya selalu heran dan takjub bahwa perekonomian bisa mendukung semua sektor kehidupan di Jepang. Well, tentu saja didukung oleh kebudayaan yang kuat. Barusan saya posting tentang filateli, dan ada komentar bahwa sebentar lagi perangko akan LENYAP. No way, saya percaya bahwa untuk 100 tahun ke depan (ngga ada yang bisa buktiin sih heheheh) perangko di Jepang MASIH ADA. Kenapa? Karena kebudayaan mengirim surat di Jepang masih berakar kuat. Paling sedikit mereka akan mengirim Nengajo (kartu tahun baru). Kantor Pos Jepang setiap tahun juga mengeluarkan jadwal penerbitan perangko peringatan, paling sedikit satu setiap bulannya. Memang tidak sebanyak dulu lagi jumlah pemakaian perangko itu – terutama untuk anak mudanya-  tapi masih akan ada terus.

Kemarin pagi, kebetulan saya memasang televisi, berita pagi dari NHK. Dan dalam berita itu disebut suatu kata ANEH yaitu ARASAA, ditulis dengan katakana. Sekilas saya pikir, wah kok “Al Azhar” masuk tivi Jepang. Tapi ternyata kata itu adalah singkatan dari Around Thirty years old = Around Thirty yang disebut secara japlis aran sa-thi jadi ARASAA. Apa-apaan nih saya pikir, lalu Gen berkomentar…. selain ARASAA ada ARAFOO yang merefer ke Around Forty dan ARAFOO itu adalah kata popoler tahun ini loh! HAH?

Ya setiap tahun memang ada semacam pengumuman Popular Word AWARD (oleh JiyuKokumin-sha, sebuah kantor penerbit Jepang, setiap tahunnya menerbitkan kamus terminologi baru ” 現代用語の基礎知識” ”Pengetahuan Dasar Terminologi Modern” ) yang mengumumkan kata populer yang memasyarakat tahun itu, dan diucapkan pertama kali oleh siapa. Si pencetus akan menerima award itu. Misalnya, pernah ada kata “Inabaw” yang merefer pada gaya juara ice skate Jepang Arakawa Shizuka (2006), atau “metabolic syndrome” (2006). Kalau mencari topik kata populer RYUKOUGO (流行語) di wikipedia Jepang, maka diketahui bahwa kata populer ini memang sifatnya tidak permanen. Bisa saja populer tahun itu, bersamaan dengan kondisi sosial masyrakat dan kemudian hilang begitu saja, menjadi kata mati 死語. Bahkan dalam wikipedia itu, saya bisa tahu kata populer tahun 1920 itu apa. (Dokumentasi Jepang memang HEBAT, karena itu jika mau menjadi peneliti lebih baik tinggal di Jepang deh, segala akses dengan informasi tuh tersedia. Saya saja bisa tulis thesis sejarah tahun 1943 gara-gara dokumentasi yang lengkap di sini….. Benar-benar membuat iri hati. Kapan Indonesia punya dokumentasi lengkap dan AVAILABLE seperti Jepang ya?)

Well, tahun 2008 ini Around40 merupakan kata populer, dan bisa menunjukkan pada kita bahwa wanita yang berusia 40-an lah yang menjadi fokus di Jepang saat ini (AKU….. aku 40 loh hehehhe) Masalah sosial juga, bisa terlihat di dalam suatu kata yang populer. Nah yang menjadi masalah kata ARASAA (around30) kemarin itu adalah semakin banyaknya wanita berusia sekitar 30-an yang belum menikah. Sehingga mereka pergi ke Jinja, berdoa memohon enteng jodoh. Menurut Departemen Dalam Negeri Jepang, jumlah wanita single berusia sekitar 25-29 tahun pada 1980 menempati 25% sedangkan pada tahun 2005 sudah mencapai 59%. Nah… di sini masalahnya memang. Usia menikah wanita bergeser menjadi lebih lambat atau tidak sama sekali. Dan mungkin ini juga sudah mencapai tahap kritis. (meskipun bagi saya, apa salahnya sih being a single woman terus. Keep Fighting WOMAN! ) (akhir-akhir ini, saya sebagai ANEGO –cieeee–, memang banyak mendapat curhat dari adik-adik yang mengalami masalah soal cinta ini…. )

Entah karena kata populer Around40 dan Around30 ini yang menyebabkan topik wanita single pergi ke Jinja aja dibuat berita, atau sebagai promosi Jinja itu supaya lebih banyak yang pergi ke sana, nobody knows. Tapi lah kok timingnya tepat karena sekitar 2 minggu lagi NATAL tiba… hehehhe. Apa hubungannya wanita single dan Natal ya? Tunggu saja di posting berikut berikut deh hihihi. Don’t miss it! (ikut-ikut ucapan siapa ya??)

NB: Menurut Donny kata populer 2008 di Indonesia adalah Mulan Jamidong, bagi saya kata populer kok “lebay” dan “termehek-mehek” sih? saya tahunya juga di blog orang tuh. ketinggalan jaman banget ya?

TUNA

9 Des

Tuna adalah sebuah awalan baru yang berarti rusak, kurang atau tidak memiliki. Dan untuk menyebutkan kelompok manusia yang mempunyai kendala ini, saya akan memakai istilah penyandang cacat. Saya tidak mau pakai kata penderita cacat, karena seakan kita “menetapkan” orang-orang tersebut pasti menderita selamanya, padahal belumlah tentu.

Kenapa kok tiba-tiba Imelda berbicara mengenai penyandang cacat? Tentu saja alasannya adalah karena hari ini adalah hari peringatan penyandang cacat di Jepang. Ditetapkannya hari ini karena pada tahun 1975 pertama kali ada Penyataan Hak Penyandang cacat di dalam Sidang Umum PBB. Dan pada tanggal 9 Desember 1981diadakan acara untuk penyandang cacat oleh sekretaris kabinet.

Yang disebut penyandang cacat dibagi menjadi 3 yaitu penyandang cacat tubuh, penyandang cacat intelegensia dan penyandang cacat mental. Bagi penderita cacat tubuh berusia 18 tahun ke atas oleh pemerintah diberikan kartu keterangan penyadang cacat. Selain sebagai keterangan, dengan menunjukkan kartu ini, biasanya diberikan potongan harga untuk pelayanan-pelayanan tertentu. Yang saya pernah baca adalah potongan waktu naik taksi/ bis, sarana transportasi umum.

Saya selalu kagum pada Jepang yang amat memperhatikan kesejahteraan warganya yang menyandang cacat. Seperti telah saya katakan dalam postingan lalu-lalu, hampir di setiap fasilitas umum, gedung, kantor, stasiun dsb (bahkan di calon SDnya Riku saya lihat) disediakan alat bantu bagi penderita cacat, terutama tuna netra, dan mereka yang memakai kursi roda. Pasti ada slope khusus yang bisa dilewati kursi roda, selain dari tangga biasa. Atau ada rel khusus di tangga yang memungkinkan kursi roda untuk naik ke lantai atas, jika tidak ada lift. Saya sering melihat tangga berjalan yang dihentikan pemakaian bagi orang umum, karena dipakai untuk pengguna kursi roda. Satu lagi, disediakannya tempat parkir khusus bagi pengendara cacat tubuh. Di tempat parkir tersebut ditandai dengan lambang kursi roda. Biasanya ditentukan di dekat pintu masuk, dan besar tematnya lebih besar sedikit dari batas untuk mobil biasa. Ini memungkinkan supir yang memakai kursi roda atau menderita cacat tubuh lainnya, dapat turun dengan lebih leluasa.

Lambang yang menunjukkan parkir/sarana bagi penyandang cacat
Lambang yang menunjukkan parkir/sarana bagi penyandang cacat

Di bidang pendidikan ada 3 sebenarnya, yaitu sekolah tuna netra, sekolah tuna rungu dan sekolah cacat intelegensia, tapi pada bulan Arpil 2007 dijadikan satu dengan sebutan Tokubetsu Shien Gakkou (Sekolah Dukungan Khusus. Di dekat rumah saya ada satu sekolah ini, dan saya ingat satu kejadian waktu saya berjalan di depan sekolah itu, 2 tahun yang lalu saat mengantar Riku ke TKnya.

“Mama, nanti Riku kalau besar akan bersekolah di sekolah ini?”
“Hmmm ngga sayang”
“Kok? Kan di sini banyak anak-anak besar”
“ya, tapi Riku tidak bersekolah di sini, nanti mama jelaskan di rumah ya…”
“Riku chan kan sehat, riku lahir dengan sehat tanpa masalah. Jadi tidka perlu ke sekolah itu. Sekolah itu untuk anak-anak yang mempunyai masalah waktu lahir. Makanya mama dan papa sangat berterima kasih sama Tuhan Riku sehat dan tidak bermasalah. (Untung dia tidak tanya masalahnya apa……) Jadi nanti Riku SD sekolahnya di dekat TK nya Riku, bukan yang ini.”

lambang untuk menunjukkan bahwa yang menyetir mobil ini adalah penyandang cacat
lambang untuk menunjukkan bahwa yang menyetir mobil ini adalah penyandang cacat

Bagaimana penyandang cacat dalam mencari pekerjaan? Ternyata dari hasil survey rekrut penyandang cacat th 2006, didapat angka bahwa perusahaan yang mempunyai pegawai berjumlah 5000 orang lebih, rata-rata 1,79 persen adalah penyandang cacat. Dan 5 perusahaan yang mempekerjakan penyandang cacat adalah: Uniqlo (7,42%), Mac Donald Japan (2,94%),  Shimamura (2,83%, Skylark 2,82% dan Panasonic Electronics Device (2,79%).

Jumlah penyandang cacat di Jepang meskipun perlahan semakin bertambah, dari 2.843.000 orang di tahun 1991, pada tahun 2001 mencapai 3.420.000 orang.

Keterangan didapat dari wikipedia Japan.

Kakak Perempuan

6 Des

Kakak perempuan dalam bahasa Jepang disebut dengan onesan atau kalau merefer pada kakak sendiri adalah ANE 姉 (meskipun pada kenyataannya untuk menyebutkan kakak perempuan sendiri banyak yang tetap menyebut onechan).  Hari ini adalah peringatan kakak perempuan, dan ini rupanya merupakan peringatan kelanjutan dari peringatan untuk Kakak laki-laki tanggal 6 Juni (6-6), lalu adik perempuan tanggal 6 September (9-6) dan 3 bulan sesudahnya yaitu hari ini tanggal 6 Desember adalah peringatan untuk kaka perempuan (12-6) . Nah, kalau sudah tahu polanya seperti ini tentu saja, Anda bisa mengira kalau tanggal 6 Maret adalah hari adik laki-laki ya….

  • 姉妹型・兄弟型研究の第一人者、畑田国男6月6日の「兄の日」、9月6日の「妹の日」に次いで提唱した日。

Sebetulnya dulu saya pernah dipanggil sebagai “Anego”, oleh murid-murid bahasa Indonesia yang perempuan waktu kita sering bermain bersama (bermain di sini biasanya dibaca sebagai : makan-makan dan minum-minum bersama). Mungkin ada yang pernah mendengar istilah Anego ini di film-film yakuza, ninja, anime bahasa Jepang. Anego adalah sebuah sebutan hormat untuk onesan, kakak perempuan. Tapi biasanya dipakai untuk suatu komunitas tertentu dan biasanya di komunitas yang “agak hitam” seperti gangster, atau ninja, sebuah organisasi.  Memang kalau mencari artinya, didapatkan bahwa yang disebut Anego itu juga merefer istri dari kepala komplotan, yang “mengasuh” dan memperhatikan kesejahteraan “adik-adik” nya. Waktu saya kasih tahu Gen, bahwa saya dibilang Anego, dia tidak suka…mungkin karena kesannya “kasar”. hehehe tapi saya sih masa bodo aja, dan tetap enjoy dipanggil anego. Apalah artinya sebutan sih …..hehehe.

Yang menarik lagi yang saya temukan waktu mencari arti anego, adalah penulisan kanji nya sebagai 姉御. Bagi yang pernah belajar Kanji, pasti tahu bahwa kanji 御 ini bisa dibaca menjadi tiga, yaitu [o], [go] dan [mi]. Biasanya diletakkan di depan suatu kata untuk mengekspresikan rasa hormat.  Pengucapannya yang tiga itu tergantung dari kata yang dipakai. Mungkin sudah banyak yang tahu bahwa, teh adalah o-cha,  mangkuk adalah o-wan, sumpit o-hashi….. hampir semua kata ‘asli’ Jepang (biasanya ditulis dalam hiragana saja) itu ditempeli kanji 御 di depannya , dan dibaca sebagai o-. Sedangkan kata-kata go-han (nasi),  go-kazoku (keluarga Anda) , go-honnin (Anda sendiri) asalnya merupakan kata “pendatang” dari Cina, yang biasanya bercirikan terdiri dari dua kanji. Saat itu kanji 御 dibaca sebagai go-. Sedangkan untuk mi-kotoba (Sabda) , mi-haha (merefer Bunda Maria) kanji 御 yang diletakkan untuk sesuatu yang suci dibaca sebagai mi-. Nah yang lucu, onesan kan sudah ditempeli 0- didepan kata ane sehingga dibaca onesan お姉さん.  Untuk anego, meskipun go ini adalah penghormatan tidak ditempati di depan kata ane. Pikir-pikir aneh juga kalau membaca go-ane atau go-nee …heheheh, jadi dalam bahasa Jepang juga menganut sistem “di luar teori atau kekecualian” pada kata-kata tertentu. Bukan hanya bahasa Indonesia saja yang mempunyai daftar “kekecualian” yang amat-sangat panjang itu. (maaf paragraf ini agak ilmiah ….. dilihat dari morfologi kata, bagian ilmu linguistik yang sangat saya sukai, terutama jika membahas asal kata)

Film Anego...lihat fotonya aja ngeri.... uuuh itu tato hihihi

(ISENG) : 10 syarat disebut sebagai Anego:

  1. lebih sering mendengarkan curhat orang, daripad curhat ke orang lain
  2. cepat dalam memutuskan sesuatu
  3. disukai oleh pria-pria muda
  4. disukai juga oleh wanita-wanita muda
  5. pernah putus hubungan dengan laki-laki dengan cara yang “heboh”
  6. tidak suka hal-hal yang tidak ada dasarnya (harus bisa memberikan alasan)
  7. tidak ada yang tahu bahwa sebetulnya dia pernah selingkuh
  8. sebetulnya amat suka ramalan (ramalan bintang dsb)
  9. pernah merasakan kemewahan-kemewahan masa lalu
  10. biarpun disebut sebagai “loser” (perawan tua dsb) cuek aja…

Nah katanya kalau 8 syarat di atas sudah dipenuhi, maka Anda layak disebut sebagai Anego. heheheh lucu juga syarat-syaratnya. Dan…. saya bisa mengerti kenapa ada orang yang memanggil saya sebagai Anego.

Kaki Telanjang atau Telanjang Kaki?

4 Des

Sepintas artinya sama…memang sama-sama merujuk pada kaki yang tidak beralas. Namun jika melihat penjelasan berdasarkan jenis kata (tata bahasanya), Kaki telanjang itu adalah frase nomina (bisa disisipi kata -yang- ) dan mengacu pada keadaan/kondisi kaki tak beralas. Mungkin karena dia tidak punya, hilang, atau kondisi lain. Tapi telanjang kaki (bertelanjang kaki) adalah frase verba yang mengandung unsur kesengajaan untuk tidak beralas kaki. (Sekali lagi ini hanya pemikiran saya —yang bukan ahli linguistik juga— sehingga mungkin ada yang tidak setuju).

Nah, saya suka sekali bertelanjang kaki. Malas rasanya kalau kaki harus dibungkus oleh kaus kaki dan sepatu.  Jadi kalau di rumah (apalagi di Indonesia) saya selalu bertelanjang kaki. Padahal orang Jepang mempunyai kebiasaan melepas alas kaki di Genkan (pintu masuk) kemudian menggantinya dengan slipper (sandal rumah) . Kemana-mana dalam rumah pakai slipper. Kalau mau ke WC, maka tanggalkan slipper di luar pintu, kemudian pakai slipper khusus untuk WC, yang biasanya terbuat dari plastik. Or, kalau tidak mau pakai slipper, pasti pakai kaus kaki. Hanya di musim panas saja, wanita boleh tidak berkaus-kaki/stocking. Itupun kalau harus bertamu ke rumah orang lain, diharapkan memakai stocking tipis/pendek. Jadi sayapun akan mematuhi peraturan tersebut. (meskipun kadang kalau saya mengajar masih sering membuka sepatu… apalagi kalau kelasnya berkarpet uuuhhh enakan tanpa sepatu  kan(pakai stocking sih)? —-JANGAN DICONTOH!!!)

Ada satu foto yang ingin saya pasang di sini. Yaitu pintu masuk TK nya Riku. Di situ ada rak berkotak-kotak seperti loker, yang isinya sepatu. Pagi hari waktu datang, murid akan menanggalkan sepatunya (yang berdebu/berpasir/bertanah/basah) itu, taruh dalam raknya yang sudah ada nama murid. Lalu memakai sepatu “DALAM” namanya Uwabaki, yang biasanya berwarna putih, seperti sepatu balet/senam/gym. Sepatu Dalam ini tentu saja bersih, dan dipakai untuk kemana-mana di dalam lingkungan sekolah yang berlantai. Kalau sampai harus keluar sekolah dan menginjak tanah, maka harus mengambil sepatu “LUAR” tadi.

Saya pikir pertamanya, alangkah repotnya! Tapi itu adalah kebiasaan orang Jepang untuk mengganti sepatu dengan slipper di rumah, dan di sekolah diganti dengan sepatu (bisa bayangkan kalau pakai slipper di sekolah? pasti itu sandal sudah kemana-mana dipakai main tendang-tendangan, nemplok muka orang… chaos) Untuk kelangsungan kebiasaan yang ada di rumah itu bagus sekali. Dan setelah saya pikir-pikir, bagus pula untuk KEBERSIHAN. Tidak perlu mengepel kelas yang bertanah kalau becek, tidak perlu sering-sering menyapu, karena otomatis kondisi lantainya bersih dari debu (meskipun pasti ada yang membersihkan sekolah sekali sehari). Dan karena sepatu “Dalam” itu berwarna putih dengan model yang hampir sama, maka tidak ada anak yang sempat memamerkan merek sepatu yang dipakainya, dengan warna-warni mentereng, atau kelap-kelip lampu, atau bahkan ada yang memakai roda di bagian solnya. SERAGAM semua. (Ya saya tahu ada sekolah swasta di Indonesia yang mewajibkan sepatu hitam, seragam…. tapi kalau pikir masalah kebersihan masih lebih baik cara Jepang ini, dengan membedakan sepatu luar dan sepatu dalam).

Yang saya tahu, di SD juga pakai sistem Uwabaki (sepatu dalam) ini, karena waktu saya pergi ke calon  SDnya Riku, saya melihatnya. SMP dan  SMA pun masih memakai sistem ini. Suatu kebiasaan yang mungkin bagus untuk ditiru di masa datang (100 tahun lagi kali) , meskipun banyak kendalanya.

Kartu “celengan” a.k.a kartu fans

21 Nov

Dompet saya penuh Kartu!!! Uh sampai sulit ditutup. Kalau penuh duit sih seneng sekali, tapi ini KARTU, dan bukan kartu kredit juga atau Kartu ATM. Akhirnya terpaksa saya pindahkan semua ke dalam satu plastik kecil. Kartu ini namanya Point Card, Kartu untuk menyimpan point. Misalnya setiap 100 yen mendapat 1 point, Jika berbelanja 1000 yen, maka akan mendapat 10 point. Jika sudah terkumpul point sampai jumlah tertentu yang ditentukan oleh si Toko, maka kita bisa mendapatkan gift card, yang bisa ditukarkan dengan uang yang akan dikurangkan pada pembelian waktu itu. Sebetulnya sama saja sistemnya dengan diskon sekian persen, tapi diskon itu dipending dulu sampai waktu tertentu. Sehingga mau tidak mau, kita juga “dipaksa” menjadi fans untuk berbelanja lagi di toko itu.

Hampir setiap toko di Tokyo mengeluarkan Point Card semacam ini. Nah kalau kita suka ganti-ganti toko ya pasti kita mempunyai banyak Kartu seperti ini. Ada yang cuma terisi sedikit, karena ternyata kita tidak “kembali” lagi berbelanja di toko itu. Tapi ada pula yang sudah berapa kali ganti kartu, karena “tabungan” kita sudah terpakai dari point yang kita kumpulkan. Secara psikologis memang senang sekali waktu kita mendapat potongan harga dari apa yang sudah kita tabung sebelumnya. Saya sendiri belum melihat sistem ini dipakai di Indonesia (atau sudah ya?)  Selain hitungan persen dari jumlah belanja kita hari itu, mungkin bisa juga diterapkan penyimpanan uang kembali “recehan” yang selalu menjadi masalah di Indonesia, gara-gara dibayar dengan permen. Kalau bisa ditabung dalam kartu itu kan suatu waktu bisa mendapat uang yang lebih banyak yang sebetulnya uang titipan kita sendiri.

Memang sulit juga sih untuk memulai sistem kartu ini, karena perlu alat khusus atau program komputer. Meskipun ada juga toko yang mengeluarkan kartu sederhana dengan sistem cap…sekian banyak cap akan mendapat sekian yen. Saya sendiri tidak tahu berapa besar budget untuk pembuatan kartu-kartu  ini, tapi untuk menarik pembeli dan pemasaran jangka panjang, bagus juga mungkin ya?

Bisakah orang asing disebut pahlawan?

12 Nov

Saya sekaligus mau menjawab komentar teman-teman atas tulisan saya yang Sebutan Itu…. Memang definisi pahlawan itu amat rancu, mulai dari yang paling sempit yaitu mereka yang angkat senjata dan berperang demi kemerdekaan, sampai pada orang-orang dekat kita yang berjasa dalam kehidupan kita. Kebetulan saya pernah membca tentang berita ini, dan kemarin Gen juga memberikan pada saya datanya.

Adalah seorang Endang Arifin yang menjadi pahlawan di Jepang. Tepatnya di prefektur Miyasaki. Ia meninggal tanggal 11 Agustus 2007 diseret ombak karena akan menolong dua murid SMP Jepang yang hanyut. Endang Arifin waktu itu adalah pemagang perikanan dan sedang berlibur di pantai itu. Meskipun dia tidak bisa berenang, dia langsung terjun ke laut dengan maksud untuk menyelamatkan ke dua anak tersebut. Keberanian Endang dihargai masyarakat di sana, dan untuk mengenangnya dibuatlah film yang berjudul “Mas Endang” yang telah diputar di Jakarta dan beberapa kota, dan akan diputar di Osaka dan 4 kota di Kyushu.

Anda bisa baca beritanya di sini.

Saya juga masih ingat sebuah peristiwa kecelakaan kereta api yang terjadi pada seorang mahasiswa Korea dan seorang kameraman. Mereka berdua turun ke rel kereta di stasiun untuk menolong seorang pemabuk yang jatuh. Sayangnya mereka terlambat naik kembali ke peron seletelah menyelamatkan orang ini, sehingga mereka tersambar kereta yang lewat. Mahasiswa Korea ini menjadi pahlawan bagi orang Jepang, dan setiap tahun dikenang peristiwa itu.

Pahlawan sebutan untuk orang yang meninggal? Ya biasanya memang begitu. Sepertinya janggal jika kita menyebutkan seseorang yang masih hidup sebagai pahlawan.  Penilaian orang memang berbeda-beda untuk menentukan seseorang itu layak disebut pahlawan atau tidak. Misalnya ada yang bertanya, lah kalau tidak bisa berenang, kenapa mau sok-sokan terjun ke laut untuk tolong orang segala? Yang pasti kalau ada seseorang yang mau mengorbankan nyawanya untuk orang lain tanpa pandang bulu, bisalah kita anggap dia sebagai pahlawan. Tidak perlu kita lihat apa kewarganegaraannya sehingga seorang warga Indonesia pun bisa menjadi pahlawan di negara lain.

Waktunya sudah dekat

11 Nov

Waktu saya ganti pesawat di Changi Airport yang keren itu, Riku bertanya,

“Ma? kok udah natal? Halloween mana?”
“Ya Riku, Halloween sudah lewat dan sekarang sudah bulan November. Jadi semua orang persiapkan Natal”
“Asyiiiiikk, Besok Natal? Aku mau minta …. bla bla bla untuk kado natal”
“Eh… bukan besok dong. Masih lama kok. Tapi memang sudah banyak hiasan Natal di sini ya”
“Nanti pulang ke rumah kita pasang pohon Natal ya?”
“Hmmmm belum. Nanti kalau sudah desember ya!”
“Aku mau kado Natal ke Disneyland ya…..”
” Nanti tanya papa….”

Well, memang di Changi sudah banyak hiasan ornament Natal. Di toko-toko buku sudah banyak dijual kartu Natal. Iklan-iklan kado Natal … Untungnya belum terdengar lagu Natal. No…please jangan dulu dong. Sebetulnya masa Adven saja yang merupakan satu bulan persiapan untuk Natal saja belum mulai, jadi sebetulnya tidak “pantas” menghias tempat-tempat dengan dekorasi Natal. Tapi memang komersialisme sudah menguasai event-event religious sehingga rasanya semakin lama semakin dini event religious itu dimulai.

Waktu saya berbelanja di suatu mall hari Kamis lalu, telinga saya menangkap musik yang ramah di telinga. OMG lagu Natal….. please dong…. belum waktunya. Bagaimana mau dreaming of White Christmas, kalau coat saja belum dipakai. Apalgi kalau putar lagu O Holy Night…. aduhhhhh masih 1,5 bulan lagi loh mas, mbak, bang, bu, pak sapa saja deh yang menyuruh pegawainya putar lagu Natal. Memang orang Jepang yang boleh dikatakan “tidak beragama” itu mungkin tidak mengerti arti lagu-lagu bahasa Inggris itu, atau tidak memperhatikan unsur religi di dalamnya. Tapi jangan dong…..  Well, THIS IS JAPAN imelda…. you have to accept it.

Tapi memang untuk menyambut hari suci itu, kita perlu mempersiapkan diri. Sama seperti umat Islam yang berpuasa dalam Ramadhan, umat kristen juga mempunyai masa Advent, selama sebulan, untuk mempersiapkan hati menyambut kedatangan bayi Yesus (yang sebtulnya hari ultahnya tidak harus tgl 25 desember sih) . Jika mungkin teman-teman pernah memperhatikan hiasan berbentuk lingkaran (biasanya terbuat dari kayu, daun atau yang modern dari lampu) dipasang di pintu rumah.  (Christmas Wreaths atau bahasa pak Grandis “couronne de bienvenue” atau “couronnes de Noël”) Ini adalah tanda bahwa kita sudah memasuki masa Advent. (Meskipun begitu saya melihat ada rumah di Jepang yang pasang wreaths atau bahasa Japlishnya RIISU ini sepanjang tahun). Dan berbicara mengenai persiapan,  KMKI yang merupakan singkatan dari Keluarga Masyarakat Kristen Indonesia sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan sebuah acara natal dengan artis dari Indonesia. Sudah 3 tahun, kami di sini merayakan Natal yang amat sangat sederhana, tanpa dihibur artis. Sebelumnya sudah hadir penyanyi kaliber “kakap” seperti Ruth Sahanaya, Glenn Fredly, Katon Bagaskara, Grace Simon, dsb. Dan kali ini panitia akan “mendatangkan” penyanyi Rio Febrian untuk bernyanyi dalam acara perayaan Natal. Tahun ini pula pertama kalinya kami tidak memakai Aula Sekolah Republik Indonesia, karena konon kabarnya gedung tersebut akan diperbaiki. Acara Natal KMKI 2008 ini akan diadakan tanggal 13 Desember 2008, dan untuk keterangan bisa klik di website KMKI (http://kmki-jepang.com). Panitia sedang berusaha keras untuk membuat memorable christmas, untuk warga Indonesia yang tinggal di Tokyo dan sekitarnya. Saya sendiri kali ini absen dalam kepanitiaan karena ternyata sulit sekali membawa dua balita menghadiri rapat-rapat. Jadi bantunya jarak jauh deh (internet dan doa heheheh).

Jadi untuk yang punya teman-teman yang tinggal di sekitar Kanto (Tokyo, Chiba, Yokohama, Saitama dan sekitarnya) bersiaplah untuk datang jauh-jauh hari. Kita akan KOPDAR di sana juga ya hehehe.

Sebutan itu….

10 Nov

Pahlawan adalah sebuah sebutan yang ditujukan pada orang-orang yang berjasa dalam merebut kemerdekaan. Benarkah itu? Tentu saja benar, tapi mungkin artinya bisa lebih luas lagi. Kita lihat KKBI,

pah·la·wan n orang yg menonjol krn keberanian dan pengorbanannya dl membela kebenaran; pejuang yg gagah berani; ke·pah·la·wan·an n perihal sifat pahlawan (spt keberanian, keperkasaan, kerelaan berkorban, dan kekesatriaan)

Waktu saya ingin menulis sesuatu untuk menyambut hari Pahlawan, terus terang saya merasa sulit. Apa yang akan saya tulis? Meskipun saya suka sejarah, ternyata sejarah yang saya kuasai lebih banyak sejarah Jepang daripada sejarah Indonesia. Atau saya merasa “kurang informasi” mengenai sejarah pahlawan Indonesia sendiri. Putar otak dan memanfaatkan internet saya malah membaca bermacam-macam fakta yang membuat kening saya berkerut. Sampai Gen, suami saya berkata,”Mel, dengan muka kamu yang berlipat begitu, pasti tulisan kamu tidak akan menarik!”. Betul sekali… muka saya memang tidak pantas dilihat saat itu.

Berapa sih sebetulnya jumlah pahlawan Indonesia? seratus sekian? Dan lebih terkesiap jika Anda membaca komentar Daniel Mahendra di posting saya yang ini: Ajakan Merayakan Hari Pahlawan

Dan tahukah, Bung Tomo baru akan diberi gelar Pahlawan Nasional itu besok, pada 10 November 2008.

See?

Aduh…. benar-benar aduh! Saya cari di wikipedia tentang Pahlawan dan mencari dengan kata kunci Pahlawan. Terdapat daftar nama Pahlawan Indonesia, yang 138 orang, per 2006. Memang tidak ada nama Bung Tomo. Padahal? Ditetapkan tanggal 10 November itu apa coba dong alasannya? kok… loh… dong … dechhh ….. sih ……

cuma itu yang saya bisa katakan, sambil menahan emosi.

Sutomo (lahir di Surabaya 3 Oktober 1920, meninggal di Makkah, 7 Oktober 1981) lebih dikenal dengan sapaan akrab oleh rakyat sebagai Bung Tomo, adalah pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA, yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Banyak yang ingin saya tulis…tapi daripada jadi ngalor ngidul saya hanya mau tanya tentang kata pahlawan itu sendiri. Siapa sih yang menentukan seseorang berhak dipanggil pahlawan? Apakah memang butuh waktu sekian lama untuk menentukan seseorang seperti Bung Tomo menyandang “gelar” Pahlawan (Yang tentunya bagi Bung Tomo sendiri gelar itu sendiri sekarang TIDAK penting!!!!). Dan mengapa kita sendiri bisa mengumbar sebutan pahlawan untuk siapa saja di sekitar kita, tetapi untuk mengakui orang yang benar-benar berjasa saja butuh waktu sekian lama? Saya tidak mempertanyakan keabsahan sebutan itu tapi kalau kita bisa menyebutkan orang tua kita sendiri sebagai pahlawan kita, (lihat posting mascayo )  atau kita bisa menyebut guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, atau yang paling aneh menurut saya Tenaga Kerja (Wanita) yang bekerja di luar negeri sebagai pahlawan devisa, masak sih masih banyak orang yang benar-benar berjuang di medan perang, tidak bisa kita panggil sebagai pahlawan? OK, saya mengerti bahwa kalau semua orang dinyatakan sebagai pahlawan akan penuh TMP kita…. tapi selayaknya kita, bangsa Indonesia, memikirkan tentang PAHLAWAN lebih dalam, jangan asal sebut saja, sehingga makna kata Pahlawan itu menjadi kabur. (meskipun dalam KBBI sendiri artinya amat sangat luas sekali).

Ilustrasi percakapan saya dan Gen di pagi hari tanggal 10 November ini:

“Gen …. Yasukuni Jinja itu tempat pahlawan Jepang?”
“Bukan…”
“Tapi kan selalu jadi polemik jika petinggi negara pergi ke sana”
“Kita diajarkan untuk tidak menganggap orang-orang yang di”kubur” di situ sebagai pahlawan”
“Loh… Jadi Pahlawan Jepang itu siapa?!
sambil tertawa, “Ichiro… (pemain base ball)”
“hmmm lalu orang-orang yang tergambar di uang kertas Jepang apakah bukan pahlawan?”
“Ya mereka Pahlawan….. Tapi bagi Jepang sekarang orang-orang yang aktif di dunia internasional sekarang adalah pahlawan”

Natsume Soseki (Satrawan), Fukuzawa Yukichi (Bapak Pendidikan), Shotoku Taishi (Pangeran yang membuat peraturan Jepang pertama kali di abad ke 7) dll.

“OK. Bisa dimengerti…. BTW Indonesia hari ini memperingati hari pahlawan. You know what? TKI aja dibilang pahlawan devisa”

“Understandable!. Indonesia perlu legenda. Sebanyak mungkin memberikan gelar pahlawan atau menyebut seseorang pahlawan untuk menyatukan negeri. Dan memang begitu kondisinya kan. Jepang dari awal tidak perlu pahlawan karena kita menganggap Jepang adalah negara kesatuan dari dulu (yang menurut saya tidaklah 100% benar). Tidak perlu ada istilah pahlawan. Tapi Indonesia perlu. Pahlawan sekarang justru yang sedang berkecimpung di dunia internasional dan mendapat pengakuan luar negeri.”

Hmmmm emang lain ya cara berpikirnya. Tapi soal pahlawan “sekarang” adalah orang-orang yang aktif mengharumkan nama negara di dunia internasional, itu saya amat sangat setuju. Jadi mari…kita berusaha menjadi pahlawan dengan mengharumkan nama bangsa kita. Maju!!!!! jangan melulu tinggal pada romantisme masa lalu. Baca posting pak Oemar tentang Yogi. Selayaknyalah kita berusaha memajukan Indonesia lewat bidang masing-masing. Atau paling sedikit menulis lewat blog Indonesia, seperti komentar DM.