Sweet Paradise

26 Jun

Hujan… padahal aku sudah berencana untuk pergi ke imigrasi ambil pasportnya Riku dan Kai. Mumpung Mariko san bisa temani aku. Dia akan datang jam 11, padahal kalau kita mau pergi harus di atas jam 2 jemput Riku dulu. Karena hujan dan dingin… brrr cuma 17 derajat max, aku bolosin Riku (payah nih ibu). Sambil beres-beres, trus masak Rawon dan balado kentang (si Mariko san suka banget pedes), begitu datang aku ajak makan siang dulu lalu sekitar jam 12 siang kita berangkat. Saat itu tidak hujan lagi.

Sesampai di Imigrasi, beli meterai untuk pembayaran pembuatan paspor sebesar 6000 yen /anak. Kemudian langsung ke counter pengambilan. Dicocokkan foto dan pemohon (juga data yang terdapat dalam IC) selesai sudah. Tidak sampai 5 menit untuk 2 anak. Keluar dari Imigrasi itu, Riku minta dibelikan craypas….dan kebetulan di toko itu sedang ada campaign potongan harga 20%. Jadi deh craypas 30 warna seharga 2000 yen (= harga 1 lembar foto dari Laquan tuh) berpindah ke tangan Riku.

Dari lantai 9 kita turun ke lantai 1 untuk beli Krispy kreme…soalnya penasaran banget. Antrinya katanya 25 menit. Begitu masuk antrian ternyata kita diberi semacam keterangan dan semua yang antri diberikan donut yang glaze gratis… wah…bagus juga tuh…. gimana kalau cukup satu donut itu lalu pulang atau beli kopi aja yah hihihi. Terus terang saja, bukan selera aku. terlalu manis. Harga satu donut 180 yen. Jadi aku berdua Mariko beli semua rasa untuk cobain.

Sesudah itu dari sta Tachikawa kita pulang menuju Kichijoji. Lalu tiba-tiba aku teringat ada restoran Cake -all you can eat di Kichijoji. Mumpung sama Mariko bisa ke situ, soalnya my hubby ngga suka manis-manis dan would never go there. Apalagi Riku jejingkrakan begitu denger mau makan cakes. So begitu kita sampai di sta Kichijoji, kita langsung cari toko itu. Namanya Sweet Paradise. Untuk Dewasa 1480 yen, anak-anak 840 yen. Terus terang aku tidak terlalu berharap, soalnya dulu aku pernah makan cakes all-you-can-eat di sebuah hotel di Shinjuku, dan NO WAY…manis banget. Manis dan mahal. Tapi di sini ternyata tidak manis at-all. Selain kue-kue ada ice cream, spaghetti, sandwich and coklat cair yang mengalir dari Fountain. Aku pikir pasti manis deh…eeee ternyata tidak loh. Enak malah. Si Kai juga kenyang makan sandwich satu lembar.

Waduh hari ini makan yang manis-manis, jadi begitu pulang rasanya eneg juga. Udah ngga selera untuk makan malam lagi. Tepat jam 8 malam aku temani Riku bobo, sedangkan Kai sudah pulas dari jam 7.

Oh ya melengkapi yang manis-manis hari ini, beli dagashi (snack jaman dulu) berupa botol dari wafers yang isinya bubuk ramune, dan lolipop untuk Riku. Dulu waktu kita pergi ke Taman Safari di Gunma, Riku lihat lolipop besar, dan dia ingin sekali, tapi aku lupa untuk beli padahal sudah janji. Jadi kemarin lihat lolipop itu (meskipun kecil) dia minta dibelikan.

Ada apa dengan 18

25 Jun

Emang sih kena sama namanya NH18, tapi yang aku mau tulis di sini tentang Riku. Aku heraaaaaan banget deh, dia suka sekali dnegan angka 18.

“mama, si ryo punya lebah 18 ekor loh”

“mama, si hiro giginya ada 18 yang copot…”

“mama, besok beliin coklat ya…18 biji….” dst dst

heraaaaaaaaaan banget deh, lalu tadi aku tanya sama dia,

“Riku kenapa sih kamu suka banget sama juhachi (18)?”

“Hmmm kenapa ya…ngga tau kenapa tapi sepertinya angka itu menarik. ada dua angka kan ju (10) hachi (8). Kata papa itu angka beruntung.”

“Mama suka angka 8 dari dulu, tapi delapan bukan delapan belas…. Kalau orang Cina/Jepang suka angka 8 karena kanjinya bagus”

Jadi, sampai sekarang aku pun masih tidak mengerti kenapa Riku suka angka 18. Dia lahir tanggal 25 bukan tgl 18 spt si om kita itu. Yah…setiap orang punya angka keberuntungannya sendiri-sendiri.

Photo Studio

25 Jun

Saya rasa, yang punya foto keluarga yang dipajang di ruang tamu dengan ukuran besar hanya orang Indonesia. Keluarga Indonesia waza-waza (dengan sengaja) akan pergi ke Photo studio untuk mengambil foto keluarga. Ada yang dengan seragam batik, atau kebaya/baju nasional, ada yang dengan baju hitam semua, ada yang dengan baju warna-warni alias bebas. Orang Indonesia boleh dikatakan suka berfoto. Kalau lihat blog orang Indonesia pasti ada isi foto sendiri/keluarga. Berlainan dengan orang Jepang, biasanya isinya foto anjing/kucing kesayangan, makanan, benda, pemandangan. Jarang yang memasukkan foto diri sendiri, foto keluarga, foto teman sekolah dll. Selain bermasalah dengan privacy orang, orang Jepang jarang mengabadikan sesuatu dengan foto. Anak muda Jepang sekarang, dengan adanya fungsi kamera di handphone mulai mengabadikan apa saja, dan mulai menjadi narsis seperti orang Indonesia hehehe.

Orang Jepang biasanya membuat foto di studio pada waktu mempunyai bayi yang berusia sekitar 30-40 hari, sekaligus dengan upacara Omiyamairi (Kunjungan perdana ke Kuil Shinto). Sesudah ke Kuil biasanya orang tua akan membawa bayinya ke foto Studio untuk dipakaikan kimono sewaan, lalu diabadikan. Kadang bersama orang tua + saudara kandung. Setelah upacara Omiyamairi, biasanya mereka akan ke studio lagi pada waktu perayaan shichi-go-san (7-5-3) . perayaan untuk anak perempuan berusia 3 dan 7 tahun, dan bagi laki-laki umur 5 tahun. Anak-anak itu akan memakai kimono, yang biasanya disewakan oleh Photo Studio itu. Setelah upacara7-5-3 itu, tergantung kondisi keluarga itu, ada yang pergi ke studio waktu upacara masuk TK (3 atau 4 th) atau masuk SD (6 th).

Sesudah itu biasanya akan membuat foto lagi pada waktu upacara menjadi dewasa Seijinshiki yaitu waktu usia 20 tahun. Waktu itu, seorang gadis akan memakai kimono yang dinamakan Furisode (lengannya panjang). Orang tua akan membelikan kimono ini untuk anak gadisnya, yang biasanya mahaaaaaaaaaaal sekali. yes, KIMONO is expensive. Ada mantan murid saya yang dibelikan kimono seharga 1.000.000 yen. Katanya, ini adalah pemberian termahal kepada anak perempuan, karena soro-soro (sebentar lagi) akan menikah. Sesudah menikah, furisode miliknya akan dipotong lengannya yang panjang sehingga bisa dipakai lagi dalam kesempatan yang lain. Tapi karena corak kimono untuk usia 20 tahunan biasanya cerah, tidak begitu cocok untuk mereka yang dianggap sudah berstatus ibu. Jadi? bagaimana nasib furisode itu? Ya , mungkin dijual atau menjadi penghuni lemari, dan bisa diberikan pada anak perempuannya kelak.

Setelah umur 20 tahun, foto berikutnya waktu lulus sarjana dan menikah. Untuk foto wisuda, mantan mahasiswi itu akan memakai Hakama, seperti kimono laki-laki tapi bercorak bunga. Sudah menikah? Tentu saja yang menjadi pusat perhatian adalah bayi yang baru lahir, dan kembali lagi ke siklus di atas tadi. Jadi foto keluarga biasanya hanya foto Bapak-Ibu-bayi (anak) dari . Dan sekali lagi, tidak semua orang Jepang menjalankan kebiasaan berfoto bersama satu keluarga.

—– hakama (perempuan dan laki-laki) serta furisode.—

Kalau di Jakarta, saya selalu membuat foto keluarga di Yo Photography di jalan Puloraya, dekat SMA ku dulu. Asal semua sudah siap, langsung difoto dan langsung minta cetak ukuran berapa, lalu pilih pigura, selesai. Kayaknya tidak pernah lebih dari satu jam deh. Lalu fotonya sendiri biasanya lebih artistik daripada foto di studio di Jepang. Foto di Jepang kebanyakan latarnya berwarna putih atau pastel. Sedangkan di Indonesia latar biasanya gelap, sehingga lebih menarik. Gaya orang Indonesia juga lebih beragam, lain dengan orang Jepang yang lebih kaku.

But, saya ketemu satu Photo Studio di Tokyo, di daerah Kichijoji, yang hasilnya sama dengan di studio Indonesia. Namanya Laquan Studio. Saya coba pertama kali di situ untuk pemotretan Riku kira-kira seperti Omiyamairinya. Tapi tidak menyewa pakaian dari mereka. Kebetulan ibu mertua berulang tahun ke 60, lalu adik dan adik ipar dari Sendai juga bisa hadir, sehingga kita membuat foto keluarga Miyashita yang pertama (di luar foto perkawinan). Sedangkan foto Riku bayi dengan oma opanya dibuat di Yo, jakarta. Nah anak kedua emang selalu kasihan deh. Kai sudah 11 bulan tapi belum pernah pergi ke photo studio. Lalu, tahun ini Riku berusia 5 tahun, jadi ada perayaan 7-5-3 (biasanya november). Karena mendekati november pasti studio penuh, mumpung masih banyak waktu saya pikir ambil foto sekarang saja. Apalagi kalau fotonya bisa jadi sebelum pergi ke jakarta. Bisa dijadikan hadiah untuk opa-omanya.

Jadi saya buat appointment hari Selasa kemarin jam 3, Riku dengan memakai kimono dan tuxedo, dan Kai memakai Kimono untuk bayi yang namanya odenchi. Wahhhh ternyata Kai nangis terus sehingga tidak sukses foto dengan odenchinya. Jadilah dia difoto hanya dengan pampers. Sedangkan Riku cerewet sekali. Dia sendiri yang pilih kimono dan tuxedo (baju pesta)nya. Waktu aku lihat kok hitam semua. Oi oi kamu masih anak-anak jangan pilih warna dewasa gini dong. Baju pestanya terbuat dari kulit, sehingga memang kita kasih nama baju Rockstar. Aku bilang tukar salah satu dengan yang warna cerah. Jadi dia tukar kimononya dengan yang berwarna biru dengan lukisan tradisional Jepang.

Hasilnya? Bagusan dengan Baju Rockstarnya itu daripada kimono. Mariko san yang menemani kita berkata, “Abis Riku bukan orang Jepang kan…lebih cocok yang Rockstar!” hehehe. Tapi emang benar aku lebih senang gayanya dia dengan baju Rockstar. Tidak sabar untuk menunggu hasil cetakan fotonya. Kemarin sebetulnya sudah pilih 30 lembar foto dari 148 lembar yang ada untuk dicetak. Tapi masih mikir karena mahal bo. Masak ukuran yang terkecil (L) biayanya 2100 yen ( Rp168.000) Kalau aku jadi cetak semua yang dipilih berarti 63.000 yen… wah bisa nangis deh. Memang sih biaya pemotretan, sewa baju semua gratis. Dan kalau dipikir-pikir 30.000 satu anak itu termasuk murah untuk Photo Studio di Jepang. Huhhhh, jadi bisa mengerti ya kenapa orang Jepang jarang berpotret sekeluarga hehehe. Kita akan lihat lagi foto-foto itu hari minggu bersama papanya Riku, dan biar dia tentukan berapa lembar yang akan kita pesan. Nanti kalau sudah jadi saya scan dan kasih liat deh…. ditanggung yang cewe-cewe berebut minta fotonya …hahaha (oyabaka.… arti harafiahnya orang tua bodoh, tapi ungkapan ini diucapkan jika orang tua memuji-muji anaknya sendiri. memuji keluarga sendiri seakan tabu dalam masyarakat Jepang. berlainan dengan masyarakat Indonesia ya…)

Reuni Yuuuk!!

24 Jun

pengen dateng….kebetulan di jakarta…. ahhh kangen deh …tapi pergi sama sapa. Sabtu -minggu lagi….ngebayang macetnya aja deh. Ayoooo sapa mau jadi supir… C’mon HIMAJA 86 (Himpunan Mahasiswa Japanologi) sekalian reuni deh.

Hisashiburi – its been a long time

23 Jun

Kemarin hari minggu, tidak bisa posting….. sibuk deh urus anak dari pagi. Aku terbangun jam 4 dan tidak lanjtutin tidur lagi. Hari hujan…. Kabarnya mulai hari ini sampai seminggu hujan terus. Karena itu aku kemarin cuci baju-baju sampai 2 kali. Yah namanya juga TSUYU 梅雨, musim hujan. Aku tidak suka musim hujan di sini karena hujannya nanggung, sedikit lebih deras dari gerimis tapi seharian penuh… Kayaknya enakan di Indonesia, kalau hujan langsung byuuur yang deras lalu berhenti. Tapi indahnya tsuyu di sini adalah bunga Hydrangea. Bahasa Jepangnya AJISAI アジサイ. Warnanya beragam dari putih, pink, biru, ungu atau perpaduan dari itu. Aku pernah naik sepeda dan menemukan ajisai berwarna ungu tua …mendekati kehitaman. Sayang aku tidak bawa kamera jadi tidak bisa foto.

Sekitar jam 7 pagi aku pergi ke toko konbini (convinience store) Circle K dekat rumah. Ceritanya mau beli roti, telur dan snacks. Bete juga haru sabtu kemarin tidak ada snack… “Mama …nanika tabemono nai? amai mono toka….” Duh ditanyain terus sama Riku, ngga ada makanan kecil ya?. So sesudah beli keperluan +snack aku kembali ke rumah. Ternyata begitu buka pintu, Riku lari menghampiri, dan begitu liat kantong plastik belanjaan dia bilang…

“Mama…. aitakatta (kangen)…aku pikir mama pergi ke mana… aku cari-cari… beli apa?…. Riku tadi nangis loh pikir mama pergi sendiri tidak kembali.”

“Mama kan ngga bakal tinggalin kamu dan Kai sendiri”, Sambil aku lihat ternyata my hubby juga sudah bangun, abis merokok di balkon rumah. dia bilang ,”Ohh dari kombini ya…aku bobo lagi ya…”

Baru malamnya aku diceritakan bahwa Riku bangunkan dia sambil nangis, bilang mama ngga ada…udah cari di wc, di kamar sebelah, di balkon….. ngga ada. Lalu Gen temani Riku di kamar makan …ya sampai aku pulang  tadi. Kasihan juga anakku, gara-gara aku suka ancam aku pulang ke jakarta sendiri kalau dia nakal.

Setelah kejadian itu, Riku jadi baik sepanjang hari… apa-apa terserah mama…  Dan aku jaga ke dua anak sambil nonton tv. dan menelepon ke sana kemari urusan rapat mendatang. Dari pagi ada saja yang telepon. Papanya bangun jam 1…setelah itu makan pagi. Tadinya mau bawa mobil ke bengkel, tapi waktu aku telpon bengkelnya, bisa dibawa minggu depan aja. Soalnya seminggu ini suamiku tidak bisa kerja tanpa mobil.

Dan…. dia ingin sekali makan di restoran Indonesia. Aku sendiri agak malas karena…sudah tahu rasanya dan lagi dalam program penghematan. Aku bilang kalau kamu mau makan masakan Indonesia, aku masakin deh…. Trus dia bilang gini “Iya, kamu enak sebentar lagi ke jakarta, aku kan ngga” Aku jadi kasihan…. So hisashiburini kita pergi ke Restoran Cabe di Meguro. Jalanan cukup macet karena hujan, kita sampai sekitar jam 5:30 di sana. Sup buntut, nasi soto, sate mix, gado-gado dan untuk gen nasi goreng terasi. Pulang sekitar pukul 9 malam sampai rumah dan semua langsung gelepar tidur (kecuali aku masih harus beresin mainannya Riku dan tulis email undangan rapat untuk sabtu besok.)

Hotto shita = Lega deh!!

16 Jun

Saya rasa mulai kemarin dosen pembimbing saya boleh lega. Atau keluarga dari Nakamura san, dan yang paling lega mustinya Nakamura san sendiri. Siapa sih si Nakamura san ini?

Dia adalah mahasiswa (katanya sih hampir DO) dari Yokohama National University yang ditawan kelompok bersenjata di Iran selama hampir 8 bulan. Kok bisa sampai sana? Tidak Jelas juga, karena tadinya dia ada di Pakistan untuk kegiatan sukarela. Nah dia ini kebetulan sebelum cuti kuliah, terdaftar di seminar (jurusan) nya mantan dosen pembimbing saya. Karena ada kejadian ini, pada awalnya banyak wartawan yang haus berita menunggu di depan kantornya dosen saya ini. Padahal kita punya kebiasaan untuk bertemu 6 bulan sekali pas ada festival universitas. Karena kondisi ini kamipun tidak bisa leluasa berkunjung ke kantor sang dosen. Padahal tadinya saya sudah rencana mau ajak Kai dan Riku tentunya berkunjung di awal bulan juni kemarin, tapi acara pertemuannya batal. Dengan adanya berita dibebaskannya Nakamura san ini, yang pasti pertama kali dosen saya bisa tidur lelap tanpa diganggu nyamuk pers. Dan semoga saya bisa mengikuti reunian lagi dalam waktu dekat (biasanya bulan Juni dan November).

So, buat mahasiswa-mahasiswa hati-hati ya kalau bekerja sukarela atau kalau mau ber-backpacker hati-hati kalau pergi ke daerah rawan seperti Iran, Iraq dll.

Hari Ayah

16 Jun

Mungkin di Indonesia hari Ayah tidak diperingati, tapi di Amerika dan Jepang, kami memperingati Hari Ayah dan Hari Ibu. Kalau hari Ibu adalah hari Minggu di minggu kedua bulan Mei, Hari Ayah adalah hari Minggu di minggu kedua bulan Juni. Karena tanggal 1 Juni jatuh pada hari Minggu, maka ditetapkan hari Ayah itu tanggal 15 Juni, berarti kemarin ya. Karena kemarin saya sibuk mencuci baju, tirai, selimut dan sprei sampai 4 kali pakai mesin cuci, jadi tidak ada waktu untuk posting.

Di Jepang, panggilan ayah ada beberapa macam. Otosan お父さん(おとうさん)biasanya untuk ayahnya orang lain (hint= semua yang pakai san bukan untuk diri-sendiri). Jadi untuk ayah sendiri pakai chichi 父 (ちち). Tentu saja pengaruh dari luar bisa juga memanggil papa パパ。 Nah kalau anak kecil biasanya panggil papa, tapi kalau sudah menjadi remaja biasanya memanggil ayahnya dengan Oyaji (kalau panggil papanya langsung) atau chichioya jika membicarakan ayahnya pada orang lain 親父 (おやじ) (ちちおや).

Nah, ada sebuah survey yang menanyakan kapan seorang anak laki-laki berhenti memanggil ayahnya dengan papa dan berubah menjadi Oyaji. Ternyata perubahan itu terjadi waktu SMP dengan jawaban 33%. Alasannya, malu memanggil “papa” , atau karena lingkungan sekitar semua memanggil begitu, atau mulai SMP itu ingin berbicara pada ayahnya secara man-to-man. Nah, jadi bagi ayah yang tiba-tiba mendengar dirinya dipanggil sebagai oyaji oleh anak laki-lakinya, berarti anaknya sudah menjadi dewasa dan ingin diperlakukan sebagai laki-laki dewasa juga.

Kalau dalam bahasa Indonesia, saya rasa tidak ada perubahan panggilan terhadap ayahnya sendiri. Jika dari kecil panggil papa, mustinya sih tidak akan berubah. Lagipula panggilan ayah berbeda menurut daerahnya. Mungkin ada yang memanggil Babe, Abah, Ayah, Daddy (hihihi ogah ah saya panggil daddy kayaknya kok foreign banget ya), Papa, Papi….dsb. Kalau saya memanggil ayah saya dengan “papa”, bagaimana Anda memanggil ayah Anda?

小さい頃は「お父さん」や「パパ」と呼んでいたのに、いつの頃からか「親父」と呼び方が変わっていることに気が付く男性は多いのでは? そこでオリコンで は、現在「親父」と呼んでいる、中・高校生~40代の男性を対象に『いつ頃から父親のことを“親父”と呼ぶようになったか?』について調査。その結果、全 世代に渡って【中学生の頃から】(33.0%)が最も多いという結果となった。男の子が「親父」へと呼び変えるターニングポイントは、どうやら“中学時 代”が一般的のようだ。

その理由を探ってみると、「それまで“パパ”と呼んでいたが、中学生頃になって急に恥ずかしくなったから」(静岡県/中・高校生)、「周囲がそ う呼び出したので」(大阪府/40代)といった意見が多く、ちょうど思春期を迎えるこの年頃になると、今までの呼び方では照れくさくなるのが男の常のよう だ。また、「中学生くらいになると、父親と対等に話したいと思うようになったから」(静岡県/20代社会人)というコメントからも男心が感じられる。

【中学生の頃から】に続いて票数が多かったのは、順に【高校生の頃から】(27.7%)、【19~20歳の頃から】(12.8%)、【21~25歳の頃】(11.7%)という結果に。最近、息子から急に「親父」と呼ばれるようになったお父さんがいたら、それは子供の成長の証といえるかもしれません!

(5月23日~5月27日、自社アンケート・パネル【オリコン・モニターリサーチ】会員の中で、現在父親のことを「親父」と呼んでいる、中・高校生、専門・大学生、20代社会人、30代、40代の男性、103人にインターネット調査したもの)

@ dibaca apa sih?

11 Jun

Eh aku ketemu artikel ini…. tanda @ yang sering dipakai di email itu dibaca apa? Kalau di sini dibaca atmark. Katanya sih hanya Jepang saja yang baca atmark. Bahasa Inggris at-sign. Bahasa jerman (ekor monyet), di bahasa Italia (keong), Bahasa Rusia (anjing kecil), bahasa Finlandia (cinnamon roll) 、bahasa cheko (roll ikan herring dll. Tanda @ dipakai untuk email address sejak tahun 1971 dan dipelopori oleh Ray Tomlinson. Kalau dipikir-pikir bahasa Indonesia mustinya sebut apa ya? masak siput hihihi.

メールアドレスで使われる「@」(アットマーク)。日常生活でなじみ深い記号ですが、この「アットマーク」という呼び名、実は日本でしか通用しない言葉ら しいのです。ほかの国の人は一体どんな読みなのか、ちょっと気になる! ってことで、ウェブ関係の著書を多く持つ松永英明さんにお話を伺ってみました。

Continue reading

Gendong Istri

25 Mei

Minggu siang…. santai sambil jaga Kai yang sedang pilek dan batuk parah. Browsing dan ketemu artikel\foto ini ….Perlombaan menggendong Istri di Rusia. Untung sudah lewat soalnya waktu saya kasih

tahu Gen, dia bilang “Saya mau Ikut!!”…

“No way…. pasti kamu jatuh gendong Gajah sebesar ini”

SO? Apakah Anda berani ikut pertandingan ini tahun depan? (Mungkin Gajah ini harus diet supaya bisa jadi tikus ya….hihihi)