Aku mau cerita tentang doa malam yang kami doakan tadi malam. Sebetulnya mau kutulis langsung, tapi ah, mungkin lebih baik aku menulisnya dalam keadaan “segar” daripada mengantuk.
Jadi, seperti biasanya, aku berdoa (tentu dalam bahasa Jepang) bersama anak-anak setiap malam sebelum tidur. Diawali dengan doa Bapa Kami dan Salam Maria, lalu kami mengucap syukur untuk satu hari itu, dan menyerahkan kekhawatiran hari esok dalam doa. Biasanya Kai akan berdoa supaya dia bisa menjadi petugas kelas esoknya, atau bisa menyelesaikan test besoknya, supaya jangan takut dll. Tapi tadi malam, dia berdoa dan maaf Tuhan….. aku tak tahan untuk tidak tertawa 😀 (dame desu ne)
Ya Kai berkata begini: “Tuhan jangan buat mama mati ya. Supaya mama bisa hidup terus. Karena kalau mama mati, aku juga mau mati….”
Aku sela, “Kai tidak boleh berdoa begitu…. Kalau mama hidup terus, lalu kamu yang mati duluan, mama kan sedih…”
Jadi dia sambung berdoa, “Tuhan semoga mama dan aku hidup terus….”
Aku sela lagi, “Kakak Riku dan papa bagaimana?”
Kai, “Ah iya aku lupa. Maaf ya Riku… Tuhan semoga mama, aku, Riku dan papa bisa hidup terus bersama”
Karena nanti jadi polemik dalam doa, aku lanjutkan saja, “Tuhan lindungi kami semua, beri kami kesehatan dan semoga besok cerah. Amin”
Setelah doa aku peluk Kai, dan kupikir sudahlah nanti saja aku ingatkan dia bahwa manusia tidak bisa hidup selamanya. Dia juga sudah tahu itu, tapi ya dia pikir kalau memohon pada Tuhan, ada kemungkinan dikabulkan. Jadi meskipun sudah tahu itu impossible, tetap saja mendoakan hal itu.
Kadang kita orang dewasa pun seperti itu, selalu memohon keajaiban dari Tuhan. Padahal kita semua tahu, bahwa mungkin kematian adalah cara yang terbaik. Bagaimana kita bisa melihat manusia yang hidup “antara ada dan tiada” alias sekarat terus? Amat sangat menderita. Bukannya kita semestinya berdoa semoga Tuhan memberikan keringanan pada si sakit? Mengangkatnya dari penderitaan? Karena itu kita juga tidak akan kaget, bahkan bersyukur jika mendengar seseorang yang kita cintai, meninggal waktu tidur, tidak melalui sakit?
Seperti cerita seorang sahabatku, kakak kelas di sastra Jepang yang menceritakan bahwa ibunya “hilang” di sofa tempat duduk sambil melihat semua anak dan cucunya berkumpul di depannya dalam liburan Paskah… Bukankah berbahagia meninggal dengan cara itu?
Karenanya aku juga selalu berdoa (dan berusaha berdoa), “berikanlah dan jadilah yang terbaik menurutMu”. Sama seperti teladan ibu Maria: “Terjadilah padaku menurut perkataanMu”. Menyerahkan semua hidup kita pada kehendakNya.
Dan sekarang aku menyerahkan hari yang baru yang akan kulewati ini ke dalam tanganMu.
================================================================
Catatan untuk yang mau tahu doa-doa Katolik dalam bahasa Jepang:
Bapa Kami (Shu no inori)
Ten ni orareru watashitachi no chichi yo,
Mina ga Seitosaremasuyouni.Mikuniga kimasuyouni.
Mikokoroga Ten ni okonawarerutouriChi nimo okonawaremasuyouni.
Watashitachino higoto no kate woKyou mo oataekudasai.
Watashitachino tsumi wo oyurushikudasai.Watashitachimo hito wo yurushimasu.Watashitachiwo yuuwakuni ochiirasezu,
Aku kara osukuikudasai.Amen
Salam Maria (Ave Maria)
Ave Maria, megumi ni michita kata,
Shu wa anatatotomoni oraremasu.
atanawa onna no uchi de shukufukusare,
Gotainaino onko Iesu mo shukufukusareteimasu.
Kami no haha sei Maria, watashitachi tsumibitono tameni,
Ima mo, shi wo mukaerutokimo, oinorikudasai.
Amen
Kemuliaan (Eishou)
Eikou wa chichi to ko to seireini.
Hajimeno youni imamo itsumo yoyoni.
Amen