Setelah hari pertama di Surabaya kami menginap di hotel yang masih baru bernama MidTown, malam kedua kami pindah hotel. Pindahnya ke hotel yang konon “fenomenal”. Karena setiap teman yang kuberitahu bahwa kami akan menginap di hotel Majapahit, pasti bertanya, “Kok di situ sih mel?”
Jadi ceritanya, waktu aku merencanakan pergi ke Surabaya, aku tentu cari-cari hotel di Surabaya dong. Maklum aku memang suka mencoba-coba hotel, jadi biasanya tidak pernah berlama-lama di satu hotel saja. Nah, aku cari deh nama hotel di Surabaya melalui situs Agoda. Dan aku melihat foto Hotel Majapahit! Wow… bagus, senada dengan hotel Raffles di Singapore. Tarifnya mahal (menurutku) tapi tidak semahal hotel-hotel chain yang terkenal. Apalagi waktu kucari itu Agoda sedang memberikan diskon cukup banyak, dengan syarat tidak boleh diganti/dibatalkan. Biasanya aku sih tanpa pikir panjang memesan saja, tapi….. tanya-tanya dulu ah!
Orang pertama yang kutanya mengatakan, “Kamu berani tidur di situ?”
“Loh emang kenapa?”
“Hmmm kan……. Tapi kalau kamu mau sih boleh saja”
ayashiii…. mengherankan. Dan membuatku jadi ingin mengetahui tentang hotel itu. Kenapa dan ada apa?
Menurut wikipedia, Hotel Majapahit didirikan tahun 1910 dan awalnya bernama LMS, kemudian menjadi hotel Oranje, lalu berubah nama menjadi Hotel Yamato, Hoteru dan sekarang namanya menjadi Hotel Majapahit.
Begitu membaca nama hotel Oranje itu aku teringat… Ooooh ini hotel yang tempat insiden perobekan bendera Belanda menjadi Merah Putih. Tapi…. emang ada apa ya?
Ternyata biang keladi hotel itu dianggap angker yaitu karena hotel itu setelah menjadi hotel Yamato, pernah dipakai sebagai penjara dan RAPWI (Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees: Bantuan Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan Interniran). Jadi deh banyak cerita seramnya.
Tapi waktu aku cerita ke Kang Yayat dia bilang “katanya sih, tapi ada teman fotografer yang sengaja ke sana, cari dan tidak menemukan apa-apa….” (Mungkin karena dicari ya hehehe).
Karena waktu mendesak, aku akhirnya memutuskan untuk memesan satu hari saja tapi ambil kamar suite (tadinya sih mau dua hari, tapi Yanz temanku bilang… jangan dua hari, seandainya ada apa-apa jadi tidak kelamaan :D), dan menguatkan diri untuk pergi. Padahal sih sempat juga kepikiran dan mau membatalkan saja 😀
Jadi setelah kami selesai makan es krim di Zangardi, kami menuju ke hotel Majapahit dan cek in. Memang hotelnya bagus, bersih, terang (karena berwarna putih…warna kesukaanku untuk bangunan), pelayanannya bagus dan tamannya juga bagus. Tak disangka aku mendapat kamar persis menghadap Presidential Suite, jadi indah!
Anak-anak kaget melihat kamar sebagus itu, dan langsung deh terjun ke tempat tidurnya 😀 Norak bener.
Sedangkan aku bersama Kang Yayat sekeluarga + Yuni berfoto di taman tengah. Karena kami merencanakan mengadakan kopdar blogger jam 6, jadi semua bubar dulu untuk istirahat.
Aku sendiri tidak istirahat karena menerima kedatangan dua orang kohai, junior dari sastra Jepang yang menjadi dosen di Surabaya. Padahal aku belum pernah tatap muka dengan mereka, tapi berkat FB kami bisa saling berkomunikasi.
Setelah mandi dan bersiap kami meninggalkan kamar hotel untuk pergi ke Dapur Sunda, tempat kopdar malam itu.
Lalu pertanyaan semua orang, “Bagaimana hotel itu?”
Kujawab, “Baik, bagus….. aku tidak melihat apa-apa. Tapi karena sudah diinput cerita macam-macam sebelumnya, jadi aku sulit tidur. Itu saja. Anak-anak sih lelap, karena mereka tidak tahu cerita-cerita itu kan? ”
“Mau nginap lagi lain kali?”
“Ya! ASAL berdua dengan suamiku. TIDAK jika harus sendiri. Aku justru mau jalan-jalan malam hari berdua, hunting :D” (Gelo ah!)
Keesokan harinya tgl 13 Agustus, kami bagun pukul 5 dan sarapan pukul 6 pagi karena kami harus pergi ke stasiun. Ya, kami akan melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta dengan kereta api! Makan paginya enak-enak , tapi sayang anak-anak tidak berselera makan karena masih kepagian. Sebelum cek out, kami sempatkan berfoto di luar, di bawah tempat bersejarah.
Tambahan : Waktu aku mengupload foto hotel ini, seorang saudaraku bercerita di FB bahwa oma Dodo, omaku yang di Belanda yang berusia 94 tahun dan kutemui bulan November lalu di Makassar, rupanya pernah bekerja di sini. Dan waktu kejadian ramai-ramai itu, dia diungsikan lewat belakang hotel… ah sayang aku lupa menanyakannya waktu bertemu. Padahal aku ingin tahu ceritanya, cerita bersejarah, bahwa salah seorang keluargaku pernah menjadi saksi sejarah.
Arman… ini tulisannya untuk kamu loh 😉