Tokyo SkyTree

6 Des

Sejak aku menulis tentang pembangunan SkyTree di blog milik mbak Tuti Nonka (wah tulisan tahun 2010 tuh), SkyTree memang ditunggu-tunggu menjadi ikon kota Tokyo. Sayangnya waktu SkyTree diresmikan bulan Mei tahun 2012, waktu itu Jepang masih sedang berkabung karena gempa bumi besar di Tohoku. Aku sendiri pernah merencanakan untuk pergi ke SkyTree ini untuk merayakan ulang tahun kami tahun 2013, tapi gagal karena turun badai salju tepat di hari tersebut. Kami berhasil sampai ke sana, tapi tetap tidak bisa naik dan kami mendapat uang kembalian karcis yang telah kami beli. Setelah itu, kami hanya melihat dari jauh saja, seperti waktu kami pergi ke Sumo Arena.

Nah, hari ini aku dan Kai berduaan saja pergi ke SkyTree. Gen pergi kerja dan Riku sudah kepalang berjanji dengan teman-temannya untuk mengikuti acara mochitsuki taikai (membuat mochi) di SD nya, dan setelah itu harus belajar untuk ujian tryout besok. Kami janjian di SkyTree dengan adikku, sahabat keluarga yang tinggal di Kanagawa dan adik iparku yang sedang datang dari Jakarta untuk dinas ke Tokyo. Karena adik iparku akan kembali ke Jakarta besok, padahal seminggu ini dia sibuk sekali, kesempatannya hanya ada pada hari ini. Jadi sebetulnya kalau adik iparku tidak datang, kami tidak akan sampai ke SkyTree…. 😀

Perjalanan yang jauh dan harus ganti kereta beberapa kali. Kondisi kaki kiriku yang salah urat juga tidak menunjang untuk naik turun tangga. Untung saja Kai tidak mengeluh harus berdiri terus dalam kereta ditambah ganti kereta berapa kali. Alhasil kami sampai di SkyTree mepet dengan jam pesanan tiket kami, jam 1 siang. Tiket memang sudah kupesan online, karena aku tidak mau antri lama-lama di sana. Harga tiket kalau beli pada hari tersebut memang cuma 2060yen (untuk dewasa), sedangkan kalau pesan menjadi 2570 yen. Untuk anak-anak usia SD adalah 1440 yen (930 yen kalau di loket). Tapi karena aku terlanjur membeli tiket untuk Riku, aku sebenarnya aku sudah merelakan jika harus hangus. TAPI ternyata aku hanya terkena denda cancel 500 yen, dan 1440 yennya dikembalikan. Hmmm aku sekaligus tanya, apakah jika ada satu orang tambahan aku bisa minta tambahan langsung? Dan dijawab, TIDAK BISA< harus antri. Jadi….. lebih baik beli saja dulu sejumlah orang-orang yang MUNGKIN bisa pergi, kalau cancel tinggal bayar denda 😀 (Tapi memang buat pihak SkyTree tidak menyarankan seperti itu hehehe)

Kami langsung diantar antri depan lift yang konon puya 4 hiasan dalamnya sesuai 4 musim, dan kami masuk dalam lift Musim Gugur. Kami langsung menuju deck setinggi 350 meter dpl dalam waktu 1 menit. Tidak terasa euy.

menjadi siluet karena cahaya belakangnya terlalu terang

Begitu keluar lift, mata menjadi silau melihat pemandangan yang terhampar. Kacanya bersih tanpa noda, sehingga kami dapat membuat foto dengan bagus, tapi memang harus hati-hati jangan kena bayangan dari kaca yang lain. Aku sendiri sebetulnya ingin membeli tiket masuknya jam 4-an supaya bisa melihat sunset, tapi sudah habis tiketnya. Jadi memang sekitar jam 1 itu sinarnya terlalu terik untuk memotret.

Kai juga ingin memotret sehingga aku memberikan iphoneku untuk dia pakai. Dan menariknya, Dia menemukan saja tempat dan moment yang bagus untuk dipotret. Seperti foto ini: Bayangan SkyTree di atas bangunan-bangunan. Kalau Kai tidak menunjukkan kami, pasti kami juga tidak sadar.

bayangan SkyTree di atas bagunan-bangunan

Karena kami sebetulnya belum makan siang dan sudah lapar, jadi kami memutuskan untuk turun saja. Karena kalau mau naik ke ketinggian 450 meter, kami harus membayar 1030 yen lagi dan harus antri lagi… padahal pemandangannya sama saja kan? heheheh (perut lapar lebih penting daripada pemandangan).

Kai asyik memakai display sentuh yang menunjukkan gambar daerah Tokyo yang terlihat pada bagian itu
Banyak bagian konstruksi yang dilapis busa sehingga kalaupun ada yang menabrak tidak sakit

 

Kami akhirnya turun ke lantai 4 dan masuk ke food courtnya. Di Foodcourt ini ada ramen Ippudo yang konon sudah membuka restorannya juga di Indonesia. Aku sendiri baru makan 2 kali (termasuk hari ini), dan its not my taste deh. Masih banyak ramen lain yang menurutku lebih enak 😀

salah satu dari sekian banyak jembatan di Tokyo

Ada dua hal juga yang kurasa kurang di food court itu. Selain kurang meja dan kursi, pengembalian piring bekas pakai terlalu jauh. Memang orang Jepang terbiasa mengembalikan piringnya sendiri dan tidak meninggalkan piring bekasnya, tapi di food court itu karena luas, jika mendapat tempat duduk terjauh, maka perlu waktu juga untuk mengembalikan piringnya.

warna-warni musim gugur yang terlihat dari atas. Kanan bawah masih terlihat lahan makam yang biasanya dimiliki kuil Buddha

Kami akhirnya kembali ke pelataran pintu masuk SkyTree untuk berfoto dan menikmati toko-toko yang sedang merayakan christmas fair. Karena musim dingin senjanya cukup cepat, kami sempat mendapatkan perubahan senja dan light up yang kali ini berwarna hijau. Setelah adik iparku membeli Tokyo Banana untuk oleh-oleh, kami akhirnya menuju subway untuk pulang. Akupun sampai di rumah jam 7 malam dengan badan dan kaki remuk (redam :D)

Gaya Kai memotret

Bagi mereka yang mau menikmati SkyTree jika berkunjung ke Jepang, bisa melihat websitenya dalam bahasa Inggris di http://www.tokyo-skytree.jp/en/