Kelas Bergerak

17 Sep

Ini adalah terjemahannya bahasa Jepang Idou Kyoushitsu 移動教室 yang harafiahnya memang Idou = bergerak, Kyoushitsu= kelas. Tapi maksudnya sebenarnya pindah kelas…. hmmm tapi bukan orangnya yang pindah kelas, tapi kelasnya yang berpindah. Bingung kan 😀 Jadi kelasnya berpindah bukan di sekolah tapi di luar sekolah. Mungkin seperti istilah Camp di sekolah-sekolah Amerika, atau “karyawisata dengan menginap” ke luar daerah/negara untuk sekolah di Indonesia (ntah masih ada atau tidak :D) .

Jumat siang aku mengikuti pertemuan penjelasan untuk “karyawisata” kelas 5 SD di sekolahnya Riku. Aku tidak tahu sebelumnya bahwa acara yang dinamakan Idou Kyoushitsu itu akan menginap. Kupikir hanya belajar di luar kelas saja, seperti yang mereka lakukan waktu kelas 4 pergi ke Pusat Penjernihan Air, atau ke Taman di dekat daerah kami dengan berjalan kaki 20 menit. Baru aku mengerti setelah mendengar dari Riku bahwa hampir semua anak membicarakan karyawisata bersama itu sejak mulai masuk sekolah kembali setelah liburan musim panas. Dan untung aku membaca kertas pengumuman bulanan kelasnya sehingga aku bisa menghadiri pertemuan penjelasan dari pihak sekolah kepada orang tua hari Jumat yang lalu.

Tapi aku kagum dengan semua persiapan yang telah dilakukan oleh guru-guru, 3 guru kelas 5 dan guru kesehatan, termasuk juga ada 3 orang warga setempat yang selalu mendampingi murid-murid waktu pergi berkarya wisata, jadi sudah ahli. Rupanya setiap tahun sudah pasti tempat tujuannya, hanya isi acaranya yang berbeda. Tempat menginapnya merupakan tempat milik kelurahan Nerima yang biasa disewakan murah untuk warga Nerima. Tentu karena SD nya Riku adalah SD milik pemda, tidak perlu membayar penginapan, hanya untuk makan saja. Sehingga orang tua cukup membayar 6000 yen yang sudah jelas untuk apa saja, misalnya untuk api unggun (membeli kayu dan asuransi jika terjadi sesuatu) lalu ada acara memetik apel yang boleh dimakan di tempat seberapa banyaknya (katanya untuk oleh-oleh 1 anak boleh bawa pulang 2 buah), juga ada biaya untuk es krim 300 yen. Selain itu kami diberitahukan untuk memasukkan uang ke dalam amplop terpisah untuk membeli oleh-oleh tapi tidak boleh lebih dari 2000 yen, sehingga semua seragam, tidak ada yang membawa banyak uang. Amplop uang hadiah (dengan nama) itu dikumpulkan kepada gurunya, untuk kemudian gurunya akan memberikan sebelum acara belanja-belanja (biasanya hari terakhir), sehingga kemungkinan hilang atau dicuri selama menginap akan terhindari.

Ah aku membayangkan anak-anak ini pergi menginap bersama teman-teman, lalu bermain bersama, mendaki memasuki hutan bersama, memetik apel bersama, kemudian ada acara memotong pohon dan membuat coaster bersama, ada acara kimodameshi (menakut-nakuti seperti mapram gitu), dan ditutup dengan api unggun. Kata salah satu gurunya biasanya diatur pergi kimodameshi berpasangan (laki-perempuan dengan undian) dan biasanya pergi bergandengan tangan ( wah gurunya mau nyomblangin juga nih hahahaha). Sebuah kenangan yang pasti tidak bisa terlupakan untuk anak-anak berusia 10 tahun ini. Belum lagi mereka akan membeli hadiah oleh-oleh untuk orang rumah, juga bisa menulis kartu pos dan kirim ke orang tua atau kakek-neneknya.

Tapi untuk merencanakan acara ini, kami orang tua juga cukup repot karena selama seminggu sebelum berangkat harus memonitor kesehatan anak-anak. Mengambil suhu badan dan mencatat jam berapa tidur dan jam berapa bangun. Harus menulis apa alergi anaknya, dan kebiasaan anak misalnya apakah anaknya suka mabok darat, atau perlu minum obat secara rutin. Setiap hari kami harus mengisi kartu laporan kesehatan untuk dilihat hoken no sensei (guru kesehatan). Lumayan juga guru itu memonitor 88 orang anak yang akan ikut (88 murid kelas 5). Kami juga harus menyertakan fotokopi kartu asuransi jika diperlukan waktu pergi menginap untuk diantar ke RS. Jika sakit parah tentu kami sebagai orang tua akan ditelepon dan menjemput anaknya di sana. Tempatnya cukup jauh sih di Karuizawa, tempat yang terkenal dengan villa-villa orang kaya 😀

Yang aku rasa menarik juga, orang tua murid perempuan harus membawakan sanitary napkin untuk anak-anaknya, meskipun mungkin  belum dapat HAID pertama. Konon ada beberapa anak yang mendapat pertama waktu pergi bersama dengan teman-temannya, jadi seperti ketularan. Hmm susah ya punya anak perempuan :D. Ada juga orang tua yang bertanya bagaimana mandinya, apakah perlu bawa handuk untuk gosok atau shampo dsb. Lalu gurunya bilang, “Semua ada di sana, tinggal bawa handuk saja. Waktu mandi sejak buka baju sampai pakai baju hanya 15 menit saja, jadi tidak ada waktu berlama-lama” Dan kelihatan sekali orang tua murid perempuan itu khawatir…wah kalau aku sih dua anak laki-laki sudah biasa kalau harus mandi 5 menit hahahaha.

Apakah aku khawatir? Memang mungkin sebagian orang tua akan parno, bagaimana jika anaknya tidak bisa makan, tidak bisa jalan jauh ini itu… atau mengkhawatirkan busnya. Tapi aku sih tidak khawatir karena kalau kita percaya ditambah berdoa untuk perlindungan Tuhan, pasti anak-anak juga akan enjoy dan mendapatkan kenangan yang tak terlupakan. Tunggu saja cerita Riku….. Perginya kapan? Tgl 9 Oktober selama 3 hari 2 malam! tanoshimi

Aku sendiri selain camping pramuka, pergi menginap cuma untuk acara retret sehingga rohani melulu, tidak pernah punya pengalaman yang menyenangkan begini. Kalau kamu?