Wah ternyata sudah seminggu aku kembali ke rumah. Tepat pagi ini Jumat minggu lalu aku sampai di Narita. Selama seminggu itu rasanya sibuuuk sekali, bukan karena bongkar koper tapi karena pergi terus 😀 kebetulan Gen ambil cuti dua hari juga, sehingga kami berkesempatan pergi berlibur bersama keluarga.
Hari Sabtu kami langsung pergi ke rumah mertua di Yokohama untuk membawa oleh-oleh dan ngobrol. Selama aku dan anak-anak pergi ke Indonesia, Gen dan orang tua sering pergi bersama. Satu kali sampai ke Wakayama prefecture karena ada om yang meninggal. Kemudian mereka juga pergi berlibur dengan mobil ke daerah Sendai dan utara Jepang. Pernah akan menginap di Morioka tapi terhadang hujan lebat yang berpotensi banjir, sehingga cepat-cepat kembali ke Sendai. Jadi kami bertukar cerita malam itu, tentu sambil mencoba sake asli Yamagata.
Minggu pagi kami terbangun oleh hujan. Setelah sarapan kami bermalas-malasan tapi kupikir sayang sekali waktu terbuang begitu saja, jadi aku menyarankan untuk pergi ke Cup Noodles Museum di Yokohama. Ibu mertuaku juga mau ikut, sehingga kami berlima naik mobil menuju daerah kota Yokohama.
Mendekati museum itu, kami melihat begitu banyak orang yang masuk museum. Hmm tidak enak juga jika kami harus antri lama-lama hanya untuk mencoba membuat cup noodles sendiri. Lagipula waktu kami mau parkir di situ, sudah penuh dan harus mencari tempat parkir yang lain. Jadi kami terus menuju ke Akarenga Soko (Redbrick Warehouse – Gudang Batubata) yang merupakan salah satu tempat wisata juga di Yokohama. Tempat parkirnya mahal, dan waktu kami ke situ memang ada tanda mansha 満車 (sudah penuh) tapi hanya ada 3 mobil yang sedang antri. Kami memutuskan untuk antri saja, karena begitu ada 3 mobil yang keluar, pasti kami bisa masuk. Masalahnya berapa lama? hehehe
Tapi kami sudah memutuskan untuk tidak jadi ke Cup Noodles Museum dan melihat di pelataran Gudang Batubata itu banyak mobil pemadam kebakaran, ambulans dan tenda-tenda, seperti ada festival. Dan tidak sampai 10 menit ternyata ada 3 mobil yang keluar lapangan parkir, sehingga kami bisa memarkirkan mobil kami di situ. Yatta! Horreeee.
Kami langsung keliling, dan Kai yang melesat sendirian ke mana-mana sehingga terpaksa aku harus mengawasi dia. Pertama dia naik sepeda motor dari grup NTT telepon, yang konon dipakai untuk memeriksa jaringan. lalu sesudah itu dia ingin coba pakai baju dengan masker anti gas. Ada dua tempat yang menarik hatinya yaitu masker dari Japan Coast Guard (Pengawas Pantai) dan dari dinas pemadam kebakaran. Waktu mau mencoba, Riku ikut bergabung sehingga aku bisa memotret keduanya dengan seragam Japan Coast Guard. Di sini kami mendapat penjelasan bagaimana cara mengangkat lapisan minyak di permukaan laut dengan bahan khusus.
Di ajungan perusahaan Gas Jepang, kami mengisi kuiz yang kemudian bisa memutar undi untuk mendapatkan hadiah. Di situ kami baru tahu bahwa tanggal 31 Oktober adalah hari gas 😀 . Yang lucu Kai ingin berkali-kali memutar undi jadi dia bolak balik ikut kuiz itu.
Dari petugas Japan Coast Guard kami mengetahui bahwa kapal patroli Izu dibuka untuk umum. Kapal Patroli ini sangat membantu pencarian korban waktu terjadi tsunami di Tohoku. Jadi kami langsung ke tempat kapal patroli itu ditambatkan dan masuk ke dalam. Dari situ kami bisa melihat pemandangan sekitar dari atas kapal. Ada pula demonstrasi penyelamatan orang di laut. Salah satunya Riku mencoba ditarik dengan crane cukup tinggi.
Saking sukanya Riku dengan Japan Coast Guard ini, dia membeli vest dengan uangnya sendiri.
Sesudah dari kapal, kami juga melihat museum kapal pengintai Korea Utara yang ditangkap Japan Coast Guard dan kolam renang tempat mereka berlatih. Aku sempat bercerita pada salah satu staf, bahwa aku pernah lihat acara di TV bahwa anggota Japan Coast Guard itu harus berlatih untuk bisa menahan nafas sampai 30 detik. Dan kata staf itu memang ada latihan seperti itu terutama untuk mereka yang bertugas di laut langsung.
Tapi memang acara seperti ini selalu ramah terhadap anak-anak. Mereka menyediakan baju kapten ukuran anak-anak untuk dicoba. Riku sudah harus memakai ukuran dewasa, sehingga kadang tidak bisa ikut memakai kostum.
Setelah dari kapal pengintai itu, kami menuju Gudang Batubara lagi untuk mencari makan. Padahal Riku sebetulnya ingin sekali melihat latihan dengan helikopter. Sesudah makan kami kembali lagi ke beberapa stand yang belum dikunjungi seperti Palang Merah, Pasukan bela diri, mobil pemadam kebakaran dengan tangga dan mobil pemadam bahan kimia. Ada pula mobil simulasi gempa bumi.
Boleh dikatakan semua anjungan yang ada itu merupakan perwakilan dari “elite” di daerah Yokohama, yang pasti amat berperan jika terjadi bencana baik di Yokohama maupun di tempat lain. Ada perusahaan lifeline : gas, listrik, telepon dan layanan darurat: Palang Merah, pemadam kebakaran, Pengawas pantai dan pasukan bela diri. Merupaka kesempatan langka untuk anak-anak melihat semua perusahaan itu di satu tempat apalagi bisa berfoto bersama baik dengan baju seragam mereka maupun dengan sarana-sarana mereka. Baru kami ketahui setelah pulang ke rumah bahwa festival/fair itu adalah festival Penanggulangan Bencana Yokohama yang diadakan pemda Yokohama. Memang setiap tahun pada tanggal 1 September selalu diadakan peringatan Penanggulangan Bencana, dan rupanya festival ini sehubungan dengan hari peringatan tersebut. Dan sudah waktunya juga aku mengecek persiapan deMiyashita dalam menghadapi bencana.
Kami sama sekali menyangka bahwa rencana kunjungan ke museum Cup Noodles bisa menjadi pengalaman yang begitu menarik bagi anak-anak dengan adanya Festival Penanggulangan Bencana Yokohama ini. Kalau hari biasa dan tanpa festival ini kami tidak akan bisa masuk atau mencobai bermacam-macam hal.
Ah DeMiyashita memang terbiasa dengan perjalanan tanpa rencana. Nariyuki. Tanpa festival ini, mana bisa mereka mencoba memakai seragam macam-macam 🙂
wah, hebat deh Mbak Imelda. begitu sampai jepang, langsung jalan-jalan. aduuuh, nggak kebayang capeknya. kalau aku kayaknya mesti pakai acara leyeh-leyeh dulu di rumah agak lama deh. hihi.
nariyuki yg menyenangkan….
festival seperti ini memang cocok banget buat anak laki2 ya, bisa cobain segala macam peralatan…
Riku beraninya ditarik pakai crane … serem ..
Seru sekali mbaaakk.. dan banyak bener ternyata perwakilannya.. kalau dipontianak rasanya cuma ada ambulans sama pemadam kebakaran deh.
Lucu, inspiratif…
waw keren keren sekali ya ??
Salam dari tasikmalaya
lucu banget pamerannya… kai yang jadi kapten lucu banget! 🙂
riku mungkin ntar gedenya bisa jadi coast guard juga ya.. 🙂
ah Riku ganti-ganti terus cita-citanya 😀 Awalnya mau jadi diplomat, lalu mau jadi arsitek. hehehe
Udah balik ya Mbak? he he..tadinya pengen ketemu saat Mbak Imelda di Jakarta..
Iya mbak aku juga pengen ketemu, Tapi ternyata kondisi tidak ada pembantu membatasi gerakku di Jakarta. Tau-tau udah musti balik ke Tokyo. Semoga tahun depan bisa ketemu ya
Ini bener-bener pasukan Elite nih …
Salut juga Riku berani di “crane” seperti itu …
Salam saya EM
(BTW itu benar latihannya menahan nafas selama 30 detik ?)(saya rasa ini sebentar … apa mungkin lebih ya ?)
Ini latihan yg basic kali om….mungkin pastinya lebih banyak deh…eh lebih lama maksudnya hehehe
Bener2 ga ada capeknya nih mbak sekeluarga….perasaan tuh kalau udh travelling dan sampai rumah maunya leyeh2 doank…
asli keren festivalnya…mereka itu sangat menekankan pendidikan kepada anak2 yah….top markotob…mudah2an indonesia…bisa meniru yg positif dari kegiatan seperti ini
Saya kira Riku naik motor dari NTT, Nusa Tenggara Timur, ternyata yang dimaksud adalah
dari grup NTT telepon.
Klo di Jakarta anak-anak bisa berpakaian dang melakukan kegiatan Palang Merah, Pemadam Kebakaran dll hanya di Kidzania, bayarnya mahal…
Klo Riku berani diangkat dengan crane, tapi klo Kapten Kai Mayashita namanya kereen…..:)
Riku dan Kai begitu menikmati acara pameran ya mBak EM, dan juga sangat pemberani mencoba aneka kostum dan peralatan. Salam
sudah kembali ke Jepang ya mbak, maaf aku baru bisa berkunjung. Sayang banget kit gak bisa ketemuan ya mbak, mudah2an gak bosan ya mengajak bertemu lain kali. Oh ya sabtu setelah mbak Imelda mengajak ketemuan aku sakit mbak dan sempat di opname
Wah, lihat Riku dan Kai memakai bermacam seragam dinas jadi kepengen ikutan nyoba deh 🙂 本当に嬉しそう ^_^
Waw.. Riku berani ditarik crane seperti itu? Keren banget tuh anak..
Pengalaman yang tidak diduga seperti ini memang tidak terlupakan ya Nechan.. Suka banget melihat ekspresi Riku dan Kai mengenakan aneka seragam itu.. 🙂
Wahhh, keren banget ya Mbak. Anak2 pasti nggak bakalan bosen kalau diajak maen ke tempat kayak gitu
Imel….bagus sekali….
Senang lihat anak-anak gembira, syukurlah nggak sakit ya, padahal baru saja dari Jakarta.
Kapten Kai kereeen sekali…dan Riku nggak takut ya ditarik oleh crane?