Mama, Jangan Tidur!

30 Jun

“Iya nak… mama juga tidak akan tidur, jika tidak capek sekali.
Atau jika mama khawatir.
Justru kalau mama tidak khawatir, mama bisa tidur.
Mama sama sekali tidak khawatir tentang Kai, karena Kai bisa memperhatikan banyak hal.”

Lalu disambut Kai, “Mama capek ya? Nanti kalau sampai di rumah Kai pijat ya….”

Kai bobo di mobil… enak banget deh 😀

Sabtu kemarin, aku pergi ke gereja sore bersama Kai saja. Karena Riku ingin pergi sendiri ke rumah kakek neneknya di Yokohama. Ya, sendirian dari rumah naik bus ke stasiun terdekat lalu naik kereta ke stasiun terdekat rumah mertuaku. Untung hanya satu kereta tanpa mesti berganti kereta, dan itu selama 71 menit karena local train yang berhenti di setiap stasiun. Ada berapa stasiun yang dilewati? Ntahlah aku tak menghitungnya. Tapi selain biaya kereta, aku bekali dia 20 keping uang 10 yen untuk menelepon dari telepon umum, jika ada apa-apa. Aku belum mau membelikan dia HP karena kupikir belum perlu benar. Kemudian kertas bertuliskan jadwal kereta dan nama stasiun yang harus dilewati, karena meskipun satu kereta, jalur yang dipakai itu sebenarnya ada 3, Seibu Ikebukuro Line (private), Tokyo Metro (subway) dan Minato Mirai line (private).

Parno? Tidak! Aku tidak mau melepas anakku untuk petualangan pertamanya dengan kekhawatiran berlebih. Karena aku tahu Riku itu bagaimana sifatnya. Dia tidak segan bertanya jika merasa ragu, dan itu sudah sejak usia 3 tahun! Dan jika dia sudah yakin bisa, biasanya aku lepaskan. Sama seperti waktu aku memberikan pilihan mau belajar di Kumon, dia mau. Meksipun akhirnya dia bosan (aku juga) dengan cara-cara Kumon. Kemudian dia mau ikut bimbel, dan aku carikan, dan sekarang dengan (cukup) rajin pergi ke bimbel yang lumayan jauh dari rumah kami. Dia harus naik sepeda 20 menit untuk sampai tempat itu.

Jadi waktu dia telepon dari stasiun dan mengatakan bahwa dia tinggal menunggu kereta datang, aku lupakan Riku sejenak. Aku konsentrasi membuat kue cake ulang tahun yang akan kubawa ke gereja. Kemarin aku masih “rajin” untuk membuat rainbow cake. Meskipun sambil membuat kue itu aku pikir bawah rainbow cake itu kan sebetulnya yang HEBOH hanya warnanya. Rasanya sama sekali BIASA hehehe. Aku lebih memilih cake yang rasanya enak deh :D. Dan tahu-tahu pukul 14:15 ada email dari ibu mertuaku, bahwa dia sudah bertemu Riku di stasiun. LEGA deh.

“rainbow cake” ala WarNer 😀

Memang aku harus menahan kantuk yang sangat malam kemarin di dalam bus. Capek sekali seminggu ini, dan lebih ke capek batin. Hari Selasa, Riku mogok ke sekolah karena dia diejek-ejek teman sekelasnya. Untung selasa itu Gen libur sehingga bisa ikut follow up, dan aku bersyukur karena suamiku bisa mengerti kondisi batin anaknya 😀 Cukup kaget aku waktu Gen bilang, “Kamu tidak mau ke sekolah karena tidak mau bertemu anak itu kan? Bukan karena pelajarannya kan? Dan kamu yakin bisa belajar sendiri? Kalau begitu ya sudah libur saja!” hahahaha… aku sih sebetulnya sama seperti pemikiran Gen, cuma karena aku tahu dia dulu itu disiplin (mamanya) sekali soal pelajaran sekolah (selalu nomor satu), jadi kupikir aku juga harus disiplin pada Riku. Jadi deh Riku “bolos” sehari, dan esoknya dengan senyum bisa ke sekolah. Daripada kami paksa ke sekolah dan trauma terus setiap hari… kasih waktu istirahat untuk batinnya. We all need that! So, aku menyetujui “Bolos” jenis begini 😀

Soal Riku selesai, meskipun waktu kutanya sesudah itu temannya masih terus mengejeknya. Dia sudah bisa “cuekin” perkataan temannya. Bukan itu saja, pada hari Kamis dia pergi ke bimbelnya untuk belajar sendiri, atas kemauan dia sendiri. Memang bimbelnya hanya setiap hari Jumat, tapi murid-murid bisa pakai gedung itu untuk belajar mandiri, dan setiap saat bisa bertanya pada guru yang kebetulan ada di situ. Tak percuma aku membayar mahal untuk bimbel itu. Mungkin Riku terngiang kata papanya, “Kamu harus punya satu kelebihan yang bisa kamu pakai sebagai senjata menghadapi anak-anak yang suka mengejekmu. Kamu tahu, SAKIT, benar-benar sakit hati loh jika kamu dibilang BODOH oleh orang yang pintar. Karena berarti kata bodoh itu bukan hanya ejekan, tapi kenyataan. Dulu papa berusaha sekuat tenaga supaya jangan mengatakan bodoh kepada teman yang memang bodoh. MAKA jadilah PINTAR supaya bisa mempunyai tameng hati, yaitu kata bodoh yang telak. Meskipun tidak perlu kamu gunakan jika tidak perlu. Yang pasti kamu bisa berpikir, ahhh biar saja dia ejek aku, dia bodoh ini…. :D”

Capek batin kedua kualami hari Jumat. Hari jumat itu aku harus mengajar satu jam pelajaran saja, karena jam ke3 diliburkan pihak universitas untuk persiapan festival universitas. Dan memang minggu lalu aku sudah berikan tugas yang harus diselesaikan sebagai bahan hari jumat ini. Aku perlu datang ke sekolah untuk menjawab jika ada pertanyaan dari mahasiswa, atau kalau ada yang tidak tahu tentang tugas itu. TAPI waktu aku antar Kai ke TK, tiba-tiba kulihat mata Kai merah sekali. Sambil aku membatalkan perpanjangan kelas Usagi di kantor kepsek, aku akhirnya sekaligus memberitahukan bahwa Kai kubawa pulang saja. Matanya meragukan. Dan aku terpaksa mengajak Kai ke universitasku.

Kami pulang ke rumah sekitar pukul 3, dan sempat bertemu rombongan murid yang dipimpin satu guru pulang bersama menurut wilayah tempat tinggal mereka. Aku sempat heran, tapi kupikir itu karena hari Jumat, biasanya memang ada latihan “mengungsi dalam keadaan bencana 避難訓練”. Jadi aku juga tahu bahwa Riku pasti sudah di rumah. Aku cepat-cepat pulang, dan mendapatkan Riku di dalam apartemen kami dengan seorang anak kelas 3 yang rumahnya beda dua apt di lantai yang sama.

“Mama aku mengajak dia masuk karena ibunya belum pulang dan dia tidak ada kunci”
“Oh tidak apa-apa kok…”
“Soalnya kami disuruh pulang dan tidak boleh keluar sementara. Kan ada peristiwa kejahatan terhadap murid SD di Oizumigakuen -Nerima-ku. Ada di berita TV loh….”
What????” langsung aku menyalakan TV.

Jadi rupanya sekitar jam 2, di sekolah dekat stasiun rumahku (ada banyak sekolah SD memang di daerahku), murid kelas 1 SD pulang lebih cepat. Waktu menunggu akan menyeberang, tiba-tiba seorang lelaki membawa pisau mendatangi kerumunan anak-anak itu dan… menyabet senjatanya. Ada 3 anak menjadi korban, 2 anak terkena di bagian leher dan luka ringan, sedangkan satu anak di bagian siku dan luka berat. Semua anak panik, dan petugas penyeberang yang berada 5 meter dari lokai mendatangi anak-anak dan memukulkan tongkat ke arah lelaki bersenjata itu. Kejadiannya sangat cepat, setelah 3 menit, lelaki itu masuk ke mobilnya dan lari….. Kemudian dalam 40 menit tertangkap dan kebetulan letaknya dekat dengan kantor Gen.

Aku sama sekali tidak tahu ada peristiwa itu, tapi begitu melihat tayangan TV menjadi tahu, dan bersyukur bahwa kejadian itu bukan di SD Riku. Bersyukur bahwa SD Riku dekat rumah dan di dekat rumah ada pos polisi. Bersyukur aku sudah berada di rumah waktu mendengar berita itu (kalau masih di jalan pasti akan panik sekali). Sekaligus khawatir jika ada kejadian serupa terjadi lagi, waktu Kai masuk SD tahun depan. Ah… kekhawatiran yang tidak perlu dibesar-besarkan, karena aku tahu pasti anak-anakku tahu harus berbuat apa jika sampai ada kejadian yang sama. Sekaligus aku tahu bahwa Tuhan juga akan melindungi anak-anakku. Berserah kepadaNya memang yang terbaik. Tuhan tidak akan Tidur!

Seminggu yang melelahkan batin dan pikiran, sehingga aku memang sempat sih tertidur 3 menit dalam bus, dan dibangunkan Kai…

“Mama Jangan Tidur….”

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

(kelelahan seminggu juga sebagian disebabkan hosting yang amburadul, dan kemudian perpindahan hosting dengan bantuan kang Yayat yang cukup makan waktu. Terima kasih ya Kang Yayat. Sekarang sudah di hosting baru sehingga semestinya blog Twilight Express ini sudah bisa diakses dengan lancar. Blog mirror akan saya biarkan untuk dokumentasi atau jika TE sulit diakses. Dua tulisan baru yang aku tulis di mirror site yaitu Ketika Cinta (Blogging) Harus Memilih dan Menikmati Kopi dan Omong Kosong sudah aku pindahkan juga ke sini.)