Berlipat Ganda

20 Jun

Menurut blogrollku, aku sudah 4 hari tidak menulis posting baru. Sibuk? Ya memang, tapi biasanya aku akan mengusahakan sedikit waktu untuk menulis sedikit tulisan. Tapi rasanya kali ini aku mulai merasa malas. Mengapa?

Sebetulnya yang salah bukan dari diriku, dan ntah aku harus mengatakan siapa atau apa yang salah. Aku tak tahu apakah ada teman lain yang mengalami atau tidak, tapi ini merupakan kali kedua aku merasa kecewa. Kekecewaan pertama aku alami sekitar bulan Juni tahun 2010. Saat itu aku sudah memakai hosting dari Singapura dan harus merasa kesal karena blogku sering di suspend. Bukan karena belum bayar, tapi katanya, “Karena terlalu banyak kunjungan ke blog Anda yang memakai resource kami, sehingga pelanggan lain terganggu, dan kami harus menghentikan website Anda. Anda harus memakai server sendiri sehingga tidak mengganggu pelanggan lain”. Tapi server sendiri itu mahal sekali, sekalipun ada yang murah yaitu dengan VPS (Virtual personal Server)… tapi tetap saja tidak semurah menyewa hosting biasa. Akhirnya waktu itu aku dikenalkan oleh Ray Astho untuk memakai hosting kenalannya yang katanya “Cukup besar, sehingga kapasitasnya jauh lebih besar dan MUNGKIN bisa mentolerir pemakaian resource websitenya mbak Imelda tidak seketat hosting yang lain”.

Jadi aku sudah pakai hosting ini selama 2 tahun lebih. Tentu tanpa kejadian yang berarti, apalagi jika terjadi apa-apa, custumer servicenya standby selama 24 jam, dan langsung tanggap menangani keluhanku. Aku puas dengan pelayanan mereka, sampai sekitar 2 bulan yang lalu. Websiteku sering tidak bisa diakses, eror dsb dsb. Setiap kali aku menghubungi CSnya, dilayani dengan cepat TAPI disarankan untuk menyewa VPS sendiri. Padahal aku tahu untuk mengelola VPS itu tidak mudah, perlu tahu tentang server dan jika mau memakai jasa CS dari hosting yang biasa aku pakai ini, tentu harus membayar setiap transaksi masalah. Apalagi harga sewa VPS di situ berlipat ganda dari biaya hosting yang sekarang kupakai. Padahal kalau lihat dari performance blogku ini jauuuuuh lebih rendah daripada tahun lalu, atau 2 tahun yang lalu. Maksimum aku menulis 11 tulisan sebulan 🙁 Pagerank hanya 3 dan alexa sudah jutaan. Benar-benar masalah hosting ini membuatku malas menulis. Karena setiap aku menulis sesuatu yang baru diperkirakan “banjir” kunjungan dan koit deh. Sepertinya aku akan menutup domain ini, dan mulai lagi dari bawah….jika aku masih ada keinginan yang kuat untuk menulis. Bisa memakai wordpress gratisan yang memang aku sudah punya beberapa seperti  http://coutrier.wordpress.com atau http://twilightexpress.wordpress.com atau http://usagigoya.wordpress.com tentu saja selain Twilight Tasogare yang merupakan blogrollku….loh ternyata banyak juga yang masih aku update ya hehehe. (ssst masih ada sih yang lain yg sedang hiatus).

Well, aku sudahi dulu “kegalauan”ku ini. Dan aku akan bercerita soal “Berlipat Ganda” yang lain.

Seperti sudah kutulis di beberapa tulisan yang lalu, deMiyashita sedang mencoba melaksanakan proyek keluarga untuk mengunjungi 100 Kastil  Terkenal Jepang. Tapi ternyata waktu juga yang membuat proyek ini dalam kondisi “jalan di tempat”. Hanya ada satu kali pada tanggal 2 Juni lalu, waktu aku sedang mengikuti Bazaar di gereja Meguro. Kai dan papanya mengunjungi sebuah situs bekas kastil di dekat rumah mertua di Yokohama. Karena sudah tidak ada bangunannya, Riku malas pergi dan tinggal di rumah.  

kecebong di kolam rumah mertua. bawah kanan : Kai di situs bekas kastil Kozukue, Yokohama

Kai tentu tidak lupa membawa jaring kupu-kupunya, TAPI karena sudah siang tidak banyak kupu-kupu yang terbang. Kebetulan saat itu mereka berdua bertemu dengan sukarelawan yang bekerja di sekitar situs tersebut. Sukarelawan itu heran juga melihat bapak anak ini mengunjungi tempat yang “tidak ada apa-apanya”. Lalu dia tanya pada Kai, “Kamu suka kumbang badak kabutomushi? Dan tentu Kai jawab suka. Lalu Kai diajak pergi mengambil larva kabutomushi dan mendapat satu karung penuh, kira-kira 50 larva. Duh duh duh waktu Gen bercerita begitu aku sudah bergidik membayangkannya, sedangkan Kai dengan “cool” nya mengambil satu dan memperlihatkan padaku… hiiii. Kata Gen dia mau membawa ke sekolah dan tanya guru-guru apakah mau menjadikan sebagai proyek monitoring murid-murid. Ternyata karena terlalu banyak, pihak sekolah juga tidak mau bertanggung jawab, sehingga terpaksa kami yang harus memelihara 50 larva itu. Kata Gen proses larva menjadi kumbang itu cukup menarik untuk diamati. Sedangkan setelah itu dia bisa saja bawa ke hutan dan buang.

OK, aku memang takut pada kumbang, tapi kok kasihan juga pada “bayi” kumbang ini. Jadi sekalipun ada beberapa larva pernah “lari”, dan aku pernah menginjak salah satunya…aku masih bisa sabar dan tahan. Sambil nyengir aku bilang, “Rasanya seperti menginjak udang :D”. Jadi aku selalu harus berhati-hati waktu menjemur pakaian di beranda, supaya jangan menginjak “bayi-bayi” itu 😀

Kai dengan satu kantong berisi sekitar 50 larva kumbang badak 😀

Tapi sebenarnya kami hanya memelihara 40 larva karena 10 yang lain diambil oleh teman-temannya Riku untuk dipelihara di rumah masing-masing. Dan ada satu temannya Riku yang mengambil 2 larva sambil membawa lobak, ketimun dan zucchini, hasil kebun dari ibunya. Nah waktu itulah gen mengatakan “Seperti Warashibe Chouja saja”. Eh, apa itu Warashibe Chouja?
“Kalian tidak tahu? Itu cerita rakyat Jepang loh”. Sehingga kami mencari cerita itu di net.

Dahulu kala ada seorang pemuda yang hidupnya selalu jujur tapi tidak beruntung. Teruuuus bekerja tapi tidak beruntung dan hidupnya miskin terus. Sampai pada suatu hari, dia berpuasa lalu berdoa kepada dewa. Menjelang senja, Dewa tampil di hadapannya dan berkata, “Keluar dari kuil ini, kamu akan jatuh dan memegang sesuatu. Bawalah itu pergi ke arah barat.”

Memang waktu si pemuda keluar kuil, dia jatuh dan memegang sebatang jerami. Dia pikir, apa sih gunanya jerami… tapi dia bawa itu terus ke arah barat. Kemudian ada seekor lebah terbang dan hinggap di jerami itu. Waktu sampai di kota, ada seorang bayi yang menangis terus, tapi begitu melihat jerami dan lebah, dia berhenti menangis. Ibu sang bayi kemudian memberikan 3 buah jeruk pada si pemuda. 

Pemuda itu kemudian membawa 3 jeruk ke arah barat dan bertemu dengan seorang gadis yang sedang kehausan. Si pemuda memberikan 3 buah jeruk dan sebagai gantinya dia menerima sehelai kain sutra. Waktu berjalan terus, dia bertemu dengan samurai dengan seekor kuda yang lesu. Begitu melihat sutra itu, samurai memberikan kudanya dan membawa sutra itu pergi. Pemuda kemudian merawat kuda itu dan kuda itu menjadi sehat. Bersama kuda itu dia pergi dan sampai pada sebuah rumah besar. Ternyata pemilik rumah itu hendak pergi menyepi dan menukar rumahnya dengan kuda si pemuda. Jadilah pemuda mempunyai rumah besar dan terkenal sebagai Warashibe Chouja. (Bagian akhir ada beberapa versi seperti si pemuda bertemu dengan orang kaya yang ternyata ayah dari si gadis pemberi jeruk, sehingga dinikahkan)

Intinya si pemuda menerima berlipat ganda dari apa yang dia berikan awalnya. Dari sebatang jerami menjadi sebuah rumah besar. Tuhan selalu membalas berlipat ganda. Dan yang dimaksud dengan Gen adalah Riku memberikan 2 larva kumbang, dan menerima jauuuuh lebih banyak : lobak, ketimun dan zucchini. Jadi seperti Warashibe Chouja.

TAPI untungnya 40 larva kumbang TIDAK AKAN berlipat ganda menjadi 80 kumbang ya… kalau berlipat ganda, bisa bisa aku tidak bisa tidur tenang terus deh hehehe.

Ada pembaca yang mau memelihara kumbang badak (seperti kumbang kelapa) ? 😀 Nanti aku kirim deh larvanya dengan EMS 😀