Ini merupakan salah satu kalimat sapaan yang perlu dipelajari dalam berbahasa Jepang. おつかれさまでした Biasanya disebutkan kepada orang yang pulang dari kerja, atau baru menyelesaikan sebuah tugas yang rumit, selesai ujian atau belajar atau berlatih. Kalau dilihat dari salah satu unsurnya tsukare = capek. Karenanya aku pernah memperkenalkan terjemahan ala Imelda untuk kata ini yaitu “Selamat Capek”. Tapi karena di Indonesia tidak ada sapaan seperti ini, terdengar aneh kan?
Memang orang Jepang itu sopan ya. Mereka selalu mengatakan “otsukaresamadeshita” dengan maksud memberikan perhatian bahwa dia mengetahui bahwa seseorang sudah berusaha/bekerja sungguh-sungguh. Kalau diinggriskan menjadi, “you’ve done your duty/best“. Tapi kadang bukan hanya memberi perhatian, tapi juga di dalamnya mengandung arti “terima kasih atas jerih payahmu”. Sapaan ini bisa disebutkan kepada semua orang dari yang masih anak-anak sampai yang lebih tua dari kita, berlainan dengan kata “gokurosamadeshita” yang kurang lebih artinya sama, yang tidak bisa dipakai untuk orang yang statusnya lebih tinggi dari kita. Aku teringat kata ini karena hari Selasa kemarin, ibu-ibu mengucapkan “otsukaresamadeshita” pada anak-anak yang baru selesai pengambilan foto.
Ya, hari Sabtu lalu tanggal 1 Desember, TKnya Kai mengadakan acara pentas seni akhir tahun, dan kelas Kai membawakan operetta Bremen no Ongakutai seperti yang kutulis di sini. Karena aku sudah menonton pada acara latihan, kupikir aku tidak bisa menonton acara di hari H-nya. Eh ternyata aku mendapatkan tempat strategis di depan panggung, dan Kai sempat melihat aku di deretan penonton. Untung dia tidak grogy, kalau aku di kedudukan dia, pasti ngga mau liat kursi penonton apalagi cari-cari siapa saja yang menonton 😀 Bisa buyar deh semua 😀
Persis seperti latihan, sesudah pertunjukan aku membantu anak-anak itu ganti kostum juga. Tapi pekerjaanku sebagai asisten guru itu belum selesai, karena pada hari Selasanya (Senin mereka libur) aku harus membantu lagi memakaikan kostum karena mereka akan diambil foto oleh fotografer profesional di aula TK. Ini memang kerja sama dari TK dengan fotografer setiap tahun. Karena foto di panggung di hari H biasanya sulit diambil karena gelap dan bergerak, meskipun si fotografer juga ada (dan nanti kami bisa memesan dari mereka). Tapi hari Selasa ini khusus berfoto dengan kostum dengan latar panggung yang sama sekelas dan per kelompok. Dan biasanya ini diperbesar ukurannya, dan mahal 😀 Tapi karena memang dikhususkan untuk pemotretan hasil fotonya akan lebih bagus. Taktik sekolah untuk menyuruh orang tua membeli foto 😀
Hari Selasa itu hujan, sehingga aku datang ke TK bersama Kai dengan berjalan kaki, dan sampai lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Aku berdiri di luar kelas, sambil sesekali duduk di tempat membasuh tangan di lorong. Tapi kehadiranku di situ mengundang perhatian anak-anak yang mengerumuniku. “Mamanya Kai …. kok datang pagi-pagi?” Mamanya Kai memang panggilan semua anak-anak setiap bertemu denganku. Ciri khas anak TK dan SD memanggil obasan (tante) – ibu dari temannya. Karena aku tidak mau mengganggu jalannya pembelajaran (meskipun hari itu tidak sedang belajar), aku pergi ke WC. WC di TK itu terdiri dari 4 bilik dengan WC duduk yang kecil seukuran anak-anak TK, dan di paling ujung bilik tertutup untuk orang dewasa. Kalau kami mau memakai bilik itu, kami harus membuka gerendel pintu dari luar yang terletak di tempat yang tinggu yang tidak bisa dicapai anak-anak dan tidak lupa memasang gerendel kembali sesudah selesai.
WC anak-anak ini tidak terbagi untuk laki-laki dna perempuan, jadi dipakai bersama. Anak laki-laki akan memakai urinoir yang berada di sebelah kanan di depan bilik-bilik yang ada. Nah, saat aku keluar dari bilik WC ada dua anak laki-laki yang sedang akan buang air kecil. Waktu mereka melihatku, salah satunya berkata: “Eh Mamanya Kai…. selamat pagi”. Aku kaget kok dia tahu aku mamanya Kai, karena aku tahu dia tidak sekelas dengan Kai. Yang lucu anak itu kemudian memelukku. Terus terang aku kaget sekali, karena selama ini belum pernah ada anak lelaki Jepang yang memelukku tiba-tiba begitu. Terharu! Kalau anak perempuan bisa dimengerti, tapi lucu sekali anak lelaki ini. Apa karena aku orang asing?
Tiga kali aku datang ke kelas dan membantu mereka berganti kostum, sehingga banyak anak yang menjadi akrab denganku, dan manja 😀 “Mamanya Kai tolong pasangin ini dong…” Ah, anak-anak itu memang polos ya. Dan yang aku juga senang, gurunya juga selalu mengajak murid-muridnya untuk mengucapkan terima kasih kepada 5 ibu yang menolong mereka. Gurunya juga mengucapkan terima kasih karena ternyata memang membantu begitu melelahkan juga yah. BUT, aku rasa kami yang harus mengucapkan terima kasih dan otsukaresamadeshita kepada gurunya Kai ini. Aku bisa bayangkan mengatur 30 anak dalam kegiatan panggung sendirian, berlatih, bahkan membuatkan kostum tambahan. Seperti sayap ayam, gelang, hiasan kepala seperti telinga anjing, keledai dan kucing, dan semuanya itu diberikan kepada murid-murid untuk dibawa pulang. Semua dibuat gurunya setelah waktu belajar selesai, dan semuanya begitu rapih! Yang paling aku kagumi adalah topi hitam untuk pemeran pencuri yang dipakai Kai. Idenya itu loh memberikan hiasan di sisi pinggir dengan mogol (benang yang terbuat dari kawat halus berhiaskan kertas/plastik emas atau perak) sehingga membuat topi itu bagus terlihat dari jauh. Dan topi itu diberikan pada pemeran pencuri untuk dibawa pulang. Rasanya sayang sekali, karena masih bisa dipakai untuk pertunjukan yang mungkin diadakan tahun depan kan?
Well, otsukaresamadeshita untuk Sensei, untuk Kai, untuk guru-guru lain yang membantu panggung dan lampu, juga untuk aku sendiri hehehe. Benar deh capeknya masih terasa sampai hari ini 😀 Ya, kan kerjaanku tidak hanya ke TK saja, banyak urusan lain juga hehehe.
Selamat hari Kamis dari Tokyo yang cerah sekali hari ini.