Happening

26 Mei

Aku baru tahu pemakaian kata “happening” sejak aku datang ke Jepang. Orang Jepang mengatakan “happening” pada suatu kejadian atau peristiwa yang mendadak, peristiwa yang memalukan/menyebalkan yang tidak direncakan dan tidak bisa dihindari juga (kebanyakan negatif). Well, things happened!

Hari Sabtu ini, sesudah misa di gereja Meguro, akan ada kumpul-kumpul bersama umat, dan sudah pasti kalau ada kumpul-kumpul ada masakan Indonesia dong deh sih :D. Karena pastor Ardy suka makan rendang, aku ingin mencoba membuat rendang. Biasanya aku masak pakai bumbu instant (utamanya) lalu ditambah-tambah sendiri. Tapi aku ingat sahabatku Whita pandai membuat rendang padang yang berwarna hitam dan maknyus punya. Jadi aku tanyakan resepnya padanya.

Baiknya sahabatku ini, dia menawarkan untuk memasakkan dan mengantarkan sampai Meguro keesokan harinya. Ya percakapan via email itu terjadi sudah hari Jumat sore. Duuuh ingin rasanya bermanja padanya. Enak toh kalau tinggal makan saja hehehe. Tapi karena aku tidak yakin bisa tepat waktu waktu menjemput “pesanan” di stasiun Meguro, aku menolak. Kebetulan aku bisa membeli daging Aussie yang cukup bagus dan murah yang bukan frozen di Atre Kichijoji. Saat itu aku belum membaca resepnya, karena tidak bisa membuka attachment lewat HP ku.

Nah, begitu pulang aku baca resepnya, dan tertawa karena aku tidak punya bawang merah! Hmm… bagaimana nih. Tapi sambil aku menyiapkan bumbu-bumbu lain, semua ada hanya tidak ada bawang merah saja. Semua bumbu cukup untuk daging 2 kg, sesuai saran tante Christine (maklum daging kan mengkeret kalau sudah dimasak). Waktu aku laporan pada whita, “Aku tidak ada bawang merah…alamat pakai bumbu instant nih!” lalu dia jawab: “Pakai bawang yang merah besar itu saja”……. Memang ada bawang merah yang besar seperti bawang bombay tapi merah di tukang sayur. Tapi saat itu jam 7 malam, tukang sayurku itu sudah tutup. Adanya bawang bombay. Hmmmm ….. OK aku coba saja pakai bawang bombay!

yes! mulai masak. Aku keluarkan wajan besarku yang disebut Chuka Nabe (Wajan Chinese), dan mengikuti resepnya Whita. Selama 3 jam rumahku berbau rendang deh 😀 Tapi waktu sudah selesai, penampilan sudah OK, berwarna hitam, aku rasa pakai nasi tentunya (setiap kali rasa pakai nasi deh hihihi)…laah kok kurang maknyus ya? Memang kurang pedas karena aku kasian jika banyak yang tidak bisa makan. Tapi aku merasa kurang sedikit garam. Aku memang selalu kasih sedikit garam pada masakan untuk kesehatan, yang cenderung hambar bagi orang lain. Tapi kupikir ya sudah besok saja.

Pas hari Sabtu pagi, aku melihat daging rendang 2kg yang sudah jadi yang sudah dimasukkan ke dalam wadah. Hmmm kok sedikit ya 😀 Yang pasti aku tidak bisa tinggalkan sedikit untuk Gen yang tidak bisa ikut bersama ke gereja karena harus kerja. Pikir punya pikir, sebaiknya aku masak lagi karena aku masih ada daging 1 kg lagi. Dengan bumbu seadanya, aku mulai memasak daging 1 kg terpisah, dengan cabe yang lebih banyak. Nah, waktu itulah “happening”!

Waktu mau menggiling bumbu-bumbu dengan food processorku, eh kok pisaunya tidak mau berputar? Setelah aku perhatikan di bagian tengah ada sumbu pemutar yang dilapis bahan plastik. Nah kepala plastiknya itu pecah. Tanpa kepala itu, pisau tidak bisa berputar. Jadi kupikir ok aku coba ambil patahan plastik itu, dan menempelkannya kembali dengan lem bond.  Sudah selesai menempelkan, aku masukkan mixer bowlnya, dan langsung pasang On. Tapi…. lah kok ngga goyang juga? Terpaksa deh aku keluarkan lagi bumbu yang mau dihaluskan, untuk memeriksa bowlnya. Laaahhhhh nempel! Bowlnya tidak bisa diambil deh, mungkin nempel sama sumbunya. Hahaha. Aku cuma bisa tertawa saja. Sial deh. Sudah pasti tidak bisa diapa-apakan, sudah tidak bisa dipakai dan aku harus buang begitu saja dengan bowl menempel 😀 Things happened!

Sempat terpikir untuk membatalkan masaknya, tapi karena aku masih punya juicer, keluarkan juicer dan coba pakai. Bisa! Masak diteruskan. Aku bahkan masih sempat mengembalikan semua rendang 2 kg yang sudah jadi dan menambahkan garam serta santan sehingga rasanya bisa maknyus. Selain itu aku masih sempat membuat puding coklat dan ….kue black forrest. Aku sengaja tidak memberitahukan tentang black forrest ini, karena aku takut waktunya tidak cukup untuk membuatnya. Ternyata bisa.

Aku, Riku dan Kai bernagkat dari rumah pukul 4 sore (misa mulai jam 5) naik mobil (pinjam mobilnya papa Gen). Yah perkiraanku giri-giri alias mefet jam 5 sampai. Tapiiiii ternyata di Meguro Dori, 4 menit lagi dari gereja, ada kecelakaan yang menewaskan orang (sepertinya dua orang), jadi ada gemba kensho (on-site investigation) yang membbuat polisi menutup 2 jalur dari 3 jalur yang ada. Akibatnya muaceeeet. Jadi aku sudah di jarak 4 menit dari gereja, tapi tak bisa maju-maju selama 20 menit 😀 One kind of happening juga. 😀

Rendang hasil karya mama Imelda. Kedua anakku tak malu-malu mengambil makanan ...hihihi

Setelah selesai misa (yang kami terlambat), kami makan-makan untuk merayakan 5 orang yang berulang tahun di bulan Mei, permandian Kai dan penyambutan pastor Ardy yang kembali dari Akita. Yummy deh makan banyak :D. Dan setelah selesai acara, aku mengajak pastor pulang naik mobil karena memang kami satu arah. Apalagi anak-anak senang sekali dengan pastornya bisa bercakap-cakap di mobil juga. Daaaan satu lagi happening dalam perjalanan pulang.

Kue black forrest dadakan 😀

Sekitar 10 menit sebelum sampai di gereja Kichijouji, tempat pastor Ardy bermukim, Kai mengeluh sakit perut 🙁 Aku tanya, kenapa? “Mau unchi….. (b.a.b)….” Kasihan dia tidak bisa tahan lagi, jadi begitu aku melihat ada family restoran, aku berhenti,memarkirkan mobil dan sambil kami pesan makanan membantu Kai di WC. Jadi kami yang sudah kenyang itu terpaksa minum untuk meminjam toilet 😀 Well, tidak apa-apa….aku memang sering impulse begitu, daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (kalau Kai b.a.b di mobil kan parah). TAPIIIII ternyata happeningnya bukan kasus toilet saja. Karena setelah Kai makan es krim, dia batuk-batuk, lalu m*ntah! Masuk ke tempat sendok yang terbuat dari anyaman. dan banyak…. Pastor dan aku panik, karena tissue di meja juga tidak ada. Aku yang biasanya bawa plastik kresek juga tidak bawa. Ya terpaksa deh …… Dan kemudian pelayan datang, langsung aku minta maaf, minta tissue. Si pelayang dengan ramahnya mengambil tempat sendok, dan mengambilkan tissue. Duh hospitality restoran Jonathan ini memang patut diacungkan jempol deh. (Kebanyakan restoran memang begitu, mungkin karena banyak kejadian ya)

Sebelum kejadian m*ntah di resto Jonathan jadi masih sempat berfoto 😀

Setelah Kai redaan batuknya, kami meninggalkan restoran dengan membayar 1.700 yen 😀 untuk minuman dan parkir. Tapi yah cukup murah lah karena Kai keluarkan atas bawah 😀 dan merepotkan pelayan di sana.

Well, things happened. Dan untung aku masih bisa tertawa menghadapinya 😀 Sambil teringat pada hari yang sama aku memecahkan teko teh waktu mencuci piring dan wajan, juga beberapa hari yang lalu aku memecahkan 4 piring sekaligus karena tumpukan piring terlalu berat waktu mau memasukkan ke dalam lemari….. Memang sudah waktunya diganti 😀
Happening oh happening… semoga tidak sering-sering datang ya 😀

Have a nice sunday 😉

(Berhubung mau ke gereja antar Riku Sekolah Minggu, foto-foto menyusul ya 😉 )