Rabu, Kamis…eh sudah Jumat! Sepertinya tiga hari ini berlalu cepat sekali, sibuk sehingga aku tidak bisa menulis tulisan baru di TE. Tulisan ini hanya sekedar catatan buatku.
Rabu 25 Januari
Aku harus pergi ke Open Schoolnya Riku. Kami bisa melihat kegiatan pembelajaran mereka dari pukul 8:50 sampai 14:00 (kecuali waktu makan siang, kami harus pulang). Aku sendiri datang sekitar pukul 9:20 an setelah mengantar Kai ke TK. Persis 10 menit terakhir pelajaran diskusi antara kelas 3 dan kelas 4 dalam membuat acara kunjungan ke SLB. Jadi mereka diajarkan untuk brainstorming, berdiskusi sampai pada membuat kesimpulan. Good!
Pelajaran sesudah itu adalah Soroban atau swipoa (biasanya sih lebih terkenal dengan sipoa, sempoa, cipoa tapi di KBBI namanya swipoa loh) . Pelajaran menghitung dengan menggunakan alat dari biji-biji bulat. Memang alat ini berasal dari Cina. Tapi oleh orang Jepang dimodifikasi untuk mempercepat penghitungan. Dan pada jam pelajaran berhitung itu selama 2 kali pelajaran datang seorang guru khusus pengajar swipoa itu. Dan waktu kami datang itu merupakan pelajaran pertama, sehingga dijelaskan dari awal, sejarahnya dan perubahannya. Semua dijelaskan dengan mudah sehingga anak-anak kelas 3 SD saja bisa langsung mengerti dan langsung mencoba menghitung. Aku jadinya juga ikut belajar gratis! Menarik euy.
Tapi berdiri terus di belakang kelas membuat aku lemas, soalnya memang aku sedang tidak fit. Tapi waktu aku mau pulang pada pelajaran Bahasa Jepang, Riku memelas supaya aku tetap melihat jalannya pelajaran. OK demi anakku aku tahan-tahanin dan aku pulang 15 menit sebelum pelajaran berakhir. Tidak tahan lagi.
Well, kesempatan melihat jalannya pembelajaran di kelas memang harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh para orang tua. Sayangnya gen tidak bisa cuti untuk datang melihat sendiri. Memang kelasnya Riku yang sekarang agak bermasalah. Anak-anaknya terlalu aktif dan … nakal. Beberapa kali Riku “kena” kenakalan mereka, tapi untung bisa diselesaikan dengan baik. Meskipun Riku memang pernah satu kali tidak mau ke sekolah karena katanya, “Teman-teman rame ma…aku tidak bisa dengar kata guru dan belajar dengan tenang” Waduuuh… Tapi untung akhirnya dia mau juga pergi ke sekolah meskipun terlambat dan aku antar.
Kamis 26 Januari.
Aku mengajar terakhir semester genap dan memberikan ujian. Satu hari ini selama di dalam kereta dan waktu istirahat aku membaca bukunya S. Mara Gd yang berjudul “Misteri Melody yang Terinterupsi” … tidak ada waktu untuk menulis posting 😀 Wong tetap baca terus sambil masak 😀
Jumat 27 Januari.
Hari ini giliran Kai open class. Sankanbi 参観日. Untung tidak satu harian seperti di SD nya Riku. Kami orang tua diundang untuk melihat proses pembelajaran di TKnya selama 1 jam, dari pukul 10 sampai pukul 11. Lima belas menit pertama dipakai menyanyi, grak dan lagu. Doooh anakku itu TIDAK ikut menyanyi dan bergerak! Payah deh… Waktu aku tanya setelah pulang, kenapa sih kamu tidak menyanyi? Dia jawab, “Aku tegang!” haduhhh….
Selain menyanyi, murid-murid TK itu membuat prakarya dengan menggunting dan menempel. Aku melihat Kai cukup telaten waktu menggunting. TAPI aku kaget waktu tiba-tiba dia memindahkan guntingnya ke tangan kiri dan mulai menggunting dengan …cukup sulit, tapi bisa. LOH! kok aneh-aneh saja dia. Setahuku dia tidak kidal, tapi…. entah kenapa dia tiba-tiba mencoba menggunting dengan tangan kiri. Aku musti perhatikan lagi nih di rumah.
Karena waktu berkunjung ke TK itu cuma 1 jam, aku masih sempat berbelanja dan mengurus pembayaran sana sini, sebelum menjemput Kai pulang pukul 2.
Lalu apa hubungannya tulisan ini dengan judul : Hati-hati dengan Wanita?
Well, kita semua tahu bahwa wanita punya power/influence yang kadang menakutkan. Dan sering dikatakan bahwa wanita tukang gosip (KEPO ya istilahnya sekarang :D) serta tidak bisa menjaga rahasia. Padahal sama saja sih wanita atau pria, tergantung orangnya.
Nah aku katakan : Hati-hati kepada Wanita itu tadi kepada Riku.
Dia pulang bermain sekitar pukul 4:30, lalu dia laporan:
“Mama, tadi aku main-main bertiga (laki-laki) dengan salju yang tersisa di rumah teman. Lalu tiba-tiba ada 6 anak perempuan yang lewat. Eeehhh mereka melempar salju ke arah kami. Ya jelas kami balas dong. Ehhh mereka marah dan bilang akan melaporkan ke guru kami. Kami jadi bingung sampai temanku nangis loh. Dia takut dimarahin guru…..”
Hmmm perempuan memang kalau berjumlah banyak, merasa kuat dan merasa bisa menguasai semua, lalu mulai menyerang. Aku ingat kok dulu aku menjadi anggota geng di sekolah SD, kalau tidak salah namanya Tomcat. Ketuanya bernama Catherine dan dia naksir seseorang bernama Tom, jadi dia menamakan gengnya dengan nama itu. Kalau tidak salah kami berlima perempuan waktu itu dan kami mengejar seorang laki-laki yang mengejek si Ketua sampai ke WC laki-laki dan menguasai WC itu. Bahkan sampai keesokan harinya si Cat ini membawa pestol air yang diberi cabe! Mengerikan! Aku cuma bisa berlari-lari di belakang dia sambil ketakutan dan memohon “Cat jangan pakai cabe gitu dong…..” …wong aku anak alim waktu itu (sekarang sudah tidak alim hahaha).
Jadi kesimpulannya, aku beritahu Riku kalau sampai dia bertemu lagi dengan “rombongan” anak-anak cewe dan kelihatan mereka akan mulai sesuatu, lebih baik lari saja. Jangan buat masalah deh. Lalu kata Riku: “Mama tahu karena mama perempuan sih ya?”
HO OH! 😀 😀 😀