Ini sebetulnya tulisan sebelum “Mengalahkan, Mengalah dan Kalah” (terbit Rabu pagi), persis aku tulis hari Selasa Sore, sebelum pindahan server. Nah, yang lucunya, postingan ini timbul tenggelam di browserku (pakai Firefox, IE dan Opera). Kadang muncul, kadang tidak. Tapi notification bahwa ada yang komentar masuk terus, dan sekarang sudah ada kurang lebih 10 komentar di postingan itu. Tapi aku tak bisa lihat apa-apa hihihi (Sampai Kamis pagi ini urutan postingnya : “And You Were Born”, langsung “Mengalahkan, Mengalah dan Kalah”). Sepertinya memang harus menunggu sampai 3 hari sampai ISP aku bisa membaca semuanya. Jadi sambil menunggu (kalau akhirnya muncul, tak apalah ada dua yang sama), aku re-post kembali postingan itu yah. Thanks to Ata-chan yang meng-copy kan isi posting itu dari komputernya (Ata chan waktu itu tidak bisa baca yang “Mengalahkan, Mengalah dan Kalah”….semoga sekarang bisa :D)
*********************************
Tahu pasti dong, sebuah lagu yang berjudul Gubahanku. Lagu ciptaan Gatot Sunyoto yang dipopulerkan Broery Marantika ini kata Jeunglala adalah lagu kesukaan alm. bapaknya. Keren memang lagunya ya. Kali ini aku ingin menulis tentang lagu di keluarga deMiyashita.
Bukan, kami bukan keluarga pemusik. Satu-satunya anggota keluarga besar Coutrier – Miyashita yang ber-seni (musik) hanya tante Titin, adikku yang bisa main apa saja :D. Dari suling, harmonika sampai gitar dan piano. Tapi judulnya “bisa” loh, bukan “pandai”. (Pas menulis ini aku baru ingat bahwa Opa Johannes Mutter — opa dari mamaku– pandai bermain biola dan Oma Julia Keppel — oma dari mamaku– bermain piano) Aku mentok-mentok bisa menyanyi saja. Gen? Waktu masih kuliah, dia paling malas diajak karaoke, padahal suaranya lumayan bagus loh. Katanya, dia hanya bisa lagu-lagu tertentu saja.
Riku dan Kai bisa menyanyi. Tidak ONCHI おんち音痴 atau fals. Tapi dibandingkan Riku memang Kai yang lebih sering menyanyi, tanpa disuruh. Aku ingat di usia belum satu tahun Kai sudah menggumam ikut aku menyanyikan lagu Somewhere Out There. Sambil menonton televisi sekarang pun dia suka ikut bernyanyi, apa saja. Kalau Riku masih milih-milih lagu dan “malu” untuk menyanyi waktu ada aku.
Nah, Kai ini paling sering menyanyikan lagu ABC. Pasti teman-teman tahu dong, yang lagunya A, B, C, D, E, F, G…. dst. Nah yang paling sulit adalah bagian : L M N O P … ntah kenapa Riku juga tidak bisa nyanyi dengan benar, dna mungkin banyak temannya yang begitu. Sehingga dengan semena-mena mereka mengganti EL EM EN O PI menjadi ERO ME RO DI.…. (hush mana ada sih melody yang eros?) hahaha.
And frankly speaking, aku memang sering dicap sebagai PENGUBAH lagu. Sering aku tidak hafal liriknya sehingga asal saja membuat lirik baru untuk bagian lagu yang aku tidak tahu. Pernah suatu kali aku ditertawakan teman waktu menyanyikan lagunya Tokunaga Hideaki yang berjudul LOVE IS ALL. Lirik pertamanya : Motto namidaga afuretemo…. karena afureru itu artinya penuh, kuganti saja dengan koboretemo hahaha (koboretemo = tumpah).
Ada satu lagi yang baru-baru terjadi di kelas bahasa Indonesia. Aku mau menceritakan bahwa lagu anak-anak Jepang yang kaya. Dan aku menyebutkan “Kambing Biru Aoyagi” padahal dalam lagu “Kambing POS” yang ada hanya kambing putih dan kambing hitam. Kok bisa jadi Kambing Biru ya? aku sendiri jadi bingung. Mungkin karena ada orang yang bernama Aoyagi san ya? hehehe
Jadi tidak heran kan kalau Kai adalah PENGUBAH lagu bukan PENGGUBAH lagu hihihi, wong mamanya aja begitu sih.
Teman-teman pernah jadi pengubah lagu? 😀
*********************************************
tambahan:
Ssst aku pernah kaget loh, dalam misa bahasa Jepang di sini, mereka menyanyikan lagu dalam pernikahan yang di misa Indonesia adalah lagu kematian. Tentu saja kata-katanya lain. Tapi aku cukup kaget. Ntah yang salah yang mana, lagu bahasa Indonesia atau lagu bahasa Jepangnya hehehe. Melodinya boleh saja dipakai, tapi mungkin kita perlu mengetahui aslinya lagu itu sedih atau gembira ya.
Seperti lagu “Ue wo Muite Arukoo” yang dijadikan judul “Sukiyaki” sebetulnya bukanlah lagu gembira. Tapi dijadikan lagu gembira dengan tempo yang dipercepat, ntah oleh siapa…. hehehe.
Satu lagi, lagu Bengawan Solo yang mestinya menceritakan soal sungai Solo, di Jepang ada yang mengatakan bahwa lagu itu menceritakan soal BUNGA. Yah memang maklum saja karena pengucapan BE-ngawan sulit, diucap menjadi BU-nga wan deh. Hayoooo ngaku, siapa yang merasa Bunga (dari) Solo? hehehe