Membicarakan wisata kuliner memang tidak ada habisnya, sebuah topik yang menarik karena makin lama manusia mencari makanan bukan hanya untuk mengenyangkan perut, tapi juga menyehatkan badan dan menghibur mata. Tentu banyak pembaca yang sudah mengetahui bahwa kuliner Jepang memang relatif rendah kalori. Apalagi kalau makan makanan mentah seperti sashimi, masakan yang direbus nabemono atau shabu-shabu atau masakan yang dibakar yakisakana dsb.
Untuk wisata kuliner masakan Jepang kali ini saya ingin memperkenalkan dua makanan yang rendah kalori dan sehat tapi dipadukan dengan begitu indah tapi sederhana yang bahannya tentu pembaca TE sudah tahu semua. Tahu.
Tahu Jepang atau yang dikenal dengan tahu Sutera di Indonesia lembut tapi tetap terjaga bentuknya. Dan sebetulnya kalau mau melihat lebih jauh lagi, kita bisa menemukan banyak jenis tahu yang dijual Jepang. Masing-masing dengan rasa dan tekstur yang berbeda, padahal bahan dasarnya sama yaitu kedelai. Nah, jika Anda menyukai masakan tahu, saya sarankan mencoba Restoran yang bernama Ume no Hana.
Pertama kali saya makan di restoran khusus tahu ini di Kichijoji, bersama dua mantan murid bahasa Indonesia. Kebetulan waktu itu ibu saya datang dari Jakarta, dan mereka ingin menjamu masakan khas Jepang. Kami menempati sebuah ruangan khusus yang bisa dipesan sebelumnya, dengan interior Jepang asli. Bahkan memasuki ruanganpun seperti memasuki rumah untuk upacara minum teh. Masing-masing ruangan diberi nama daerah penghasil keramik di Jepang. Jadi sajian makanan juga ditata dalam piring-piring keramik dengan corak khas daerah tersebut.
Masakan disajikan secara bertahap kaiseki, dari pembuka sampai pencuci mulut, dan sebagian besar terbuat dari tahu. Memang tidak semua, karena untuk masakan utama mereka masih memakai ikan, udang atau daging sapi. Dan salah satu yang juga menarik di sini adalah rebusan kembang tahu. “Susu kedelai” yang direbus itu menghasilkan lapisan kembang tahu yang dimakan bersama shoyu atau kecap asin. Sedangkan susu sisanya diminum seperti sup.
Harganya memang cukup membuat kita berpikir, yaitu sekitar 3000 yen saja. Apalagi untuk para pria, set menu itu terasa kurang mengenyangkan. Tapi bagi wanita yang amat memperhatikan asupan kalori dan kesehatan, restoran ini patut dipertimbangkan. Sayangnya restoran ini belum membuka cabang di Jakarta atau kota besar di Indonesia, sehingga belum bisa menjadi salah satu tujuan wisata kuliner di Indonesia. Semoga dalam waktu dekat mereka memikirkannya 🙂
Tulisan ini diikutsertakan dalam ADUK yang diselenggarakan komandan blogCamp.