Kamu ingin bertemu tokoh? Ingin berfoto dengannya? Siapa dia? Penyanyi, pemain film atau bahkan presiden negara adikuasa yang baru datang itu?
Aku terus terang tidak punya keinginan untuk berfoto dengan tokoh semacam itu. Meskipun karena urusan kerjaan dulu sebagai DJ Radio punya kesempatan untuk berfoto dengan penyanyi/ musisi dan bahkan mantan-mantan presiden yang pernah datang ke KBRI Tokyo. Tapi sebetulnya aku tidak punya “idola” yang sampai aku ingin mengejar-ngejar untuk berfoto atau minta tanda tangan segala. Kalau bisa ya syukur, kalau tidak, juga tidak ngoyo hehehe. (Aku pernah menolak Gen yang mau memotret aku dengan penyanyi R.S. yang datang ke Tokyo. Padahal ngga sampai 5 langkah jaraknya loh, karena aku jadi MC. Malas hehehe)
Tapi hari Sabtu lalu (6 November 2010) aku berkesempatan bertemu seorang “tokoh” di Jepang. Tokoh berkewarganegaraan Vietnam itu adalah tamu pembicara di Universitas tempat Gen bekerja. Gen yang menjadi penanggung jawab mendatangkan dia dari Vietnam. Kata Gen, semua orang Jepang tahu tentang tokoh dari Vietnam ini. Tapi…orang Indonesia pasti tidak tahu, bahkan katanya orang Vietnam pun belum tentu tahu.
Dia dikenal dengan nama Doku-san (Nguyen Duc, 29 th ) dan menjadi tokoh dalam sebuah Picture Book yang berjudul, “Surat dari Beto-chan dan Doku-chan”, ベトちゃんドクちゃんからのてがみ karangan Matsutani Miyoko, gambar Iguchi Bunshuu (Doshinsha/1991).
Duc dilahirkan sebagai kembar siam tanggal 25 Februari 1981 (ulang tahunnya sama dengan Riku). Dia hidup “bersatu” di bagian perut bersama kakaknya Nguyen Viet sampai dipisahkan dengan operasi tahun 1988.
Kami lahir di sebuah desa dataran tinggi bagian tengah Vietnam. Ayah dan ibu kami pindah ke desa itu segera setelah perang dengan Amerika selesai. Kami lahir beberapa tahun setelah itu.
Waktu melihat dua anaknya menjadi satu badan, ibu kami pingsan. Kami memang tidak tahu tapi ternyata waktu itu di seluruh Vietnam banyak sekali bayi yang lahir dengan badan cacat. Tanpa tangan dan kaki, tanpa otak, buta dan bayi-bayi seperti kami.
Kenapa bisa tahu?
10 tahun setelah 1961… tidak… mungkin lebih lama lagi. Amerika menghujani racun yang disebut Agent Orange ke seluruh Vietnam, dengan pesawat. Seperti hujan, seperti embun, membasahi seluruh Vietnam. Juga manusia.
Eh, kenapa? Kenapa mereka melakukan hal itu?
Ya jika hutan, ladang dan sawah semua kering, maka Vietnam akan menyerah… mereka pikir.
Kalau menyebarkan Agent Orange (karehazai 枯葉剤 harafiah dari bahasa Jepang adalah obat membuat daun layu) , pohon dan rumput di hutan akan kering dan menjadi dunia kematian. Macan pun tidak bisa hidup. Kelinci pun tidak bisa hidup.
Agent Orange itu menakutkan! Dan diantara Agent Orange ada racun yang bernama Dioksin. Katanya 85 gram dioksin dalam membunuh 1o juta orang!
Tapi… ibu dan ayah kami tidak tahu hal itu…
mengolah tanah yang sudah dikotori dioksin,
minum air yang dusah dikotori dioksin,
membakar pohon yang mengandung dioksin…
kemudian….. anak seperti kami lahir.
Bukan hanya kami, tapi di seluruh Vietnam
Bayi-bayi cacat lahir, tapi kebanyakan mereka langsung mati….
Kami beruntung dirawat di rumah sakit, sehingga bisa hidup terus. (dari Picture book hal 3-10, diterjemahkan oleh Imelda)
Ya, Duc dan Viet dirawat di Rumah Sakit bernama Viet-Duc Hospital sejak berusia 1 tahun, sehingga diberi nama Duc yang berarti Jerman, dan Viet yang berarti Vietnam. RS itu adalah RS persahabatan Vietnam dan Jerman. Di sanalah mereka hidup terus, bahkan sampai Viet meninggal tahun 2007 dan sekarang Duc tetap bekerja di RS itu. Duc sendiri sudah menikah th 2006, dan bulan Oktober tahun lalu menjadi ayah bagi sepasang bayi laki-laki dan perempuan kembar, yang dia namakan Fuji dan Sakura.
Memang Duc (masih) beruntung karena mereka mendapat bantuan dari Jepang dan negara lain sehingga dapat menjalani operasi pemisahan dan dapat terus hidup. Tapi masih banyak anak-anak lain yang cacat sebagai korban pemakaian senjata kimia. Itulah sebabnya nama Duc tidak terkenal di Vietnam, karena dia sebetulnya hanyalah salah satu dari sekian banyak korban. Duc juga bisa menjadi “tokoh” di Jepang karena “kemurahan” hati orang Jepang yang membantu pembiayaan sampai keperluan medis. Dan orang Jepang kalau sudah melakukan satu kegiatan biasanya akan terus dimonitor (ingat saja dengan perkumpulan Gesang, perkumpulan orang Jepang ini terus-terus memperhatikan Gesang, bahkan sampai sesudah meninggalnya) , tidak “panas-panas tahi ayam”. Tapi memang dalam picture book itu juga disebutkan kenapa orang Jepang mau menolong, tidak lain karena ada rasa bersalah waktu perang, serdadu Jepang menyerang dan mengambil beras yang mengakibatkan 2 juta orang mati kelaparan.(p.22)
PERANG yang menyebabkan semuanya. Duc sudah sering datang ke Jepang, tak kurang dari 30 kali, dan setiap kali juga membawa pesan perdamaian. Jangan sampai ada bayi-bayi yang lahir seperti dia….
NB: Sebetulnya Gen mengatakan bahwa Duc datang ke universitasnya bukan dalam misi perdamaian, tapi ingin menggalang kerjasama internasional di bidang keperawatan/medis karena memang universitasnya memang bidang hospitality. Tapi aku juga yakin apapun tujuan Duc datang ke Jepang atau ke mana saja di dunia ini, dia menjadi semacam “cermin” keganasan perang, dan perlunya perdamaian internasional. Sulit dielakkan bahwa orang biasanya baru “melek” jika ada contoh nyata.