Setidaknya itu kata Riku di akhir pekan lalu. Pada hari ulang tahunnya, Kamis lalu, dia mengundang 6 orang temannya untuk bermain di rumah. Sengaja bukan aku yang mengundang, karena sebetulnya tidak ada kebiasaan di Jepang untuk membuat pesta ulang tahun. Apalagi membagikan kue-kue bingkisan ulang tahun di sekolah (kebiasaan membagikan “berkat” begitu idi sekolah ternyata masih ada, karena waktu aku pulkam tahun lalu, adikku sempat bingung akan membagikan apa waktu anaknya ultah) sama sekali tidak ada. Well orang Jepang jarang memperingati ulang tahun deh.
Jika aku menuliskan undangan, ibu anak-anak itu akan kewalahan untuk mencari kado. M-E-R-E-P-O-T-K-A-N. Kita orang Indonesia bisa bilang, “Tidak usah bawa apa-apa….datang saja”. Tapi orang Jepang TIDAK AKAN PERNAH BISA DATANG TANPA MEMBAWA APA-APA. Pernah beberapa kali teman Riku main ke rumah, mereka pasti membawa (dibawain ibunya sih) satu bungkus snack untuk dibagi/makan bersama (OMG Riku pernah bermain ke rumah temannya ngga ya? Aku kudu siapkan snack nih untuk membawakan Riku kalau dia bermain ke rumah temannya).
Jadi aku menyuruh Riku memanggil temannya, dan karena aku sedang sibuk mengerjakan terjemahan aku sediakan pizza dan kue ultah dari Baskin aja. Undangan disampaikan hari Senin. Hari Selasa Riku mendapat jawaban bahwa hanya 3 orang yang bisa datang. Lalu aku bilang, biar saja, lebih sedikit kan lebih banyak jatah makannya hihihi (dasar pikirannya makan mulu). Tapi hari Rabunya dia pulang dengan sedih dan berkata bahwa cuma 2 orang yang bisa datang esoknya.
Pas hari H, sesudah pulang sekolah, Riku menjemput temannya ke bawah. Ternyata hanya ada satu orang yang datang, dan ….. mereka bermain di bawah. Temannya ini membawa semacam permainan dengan tali. Tapi mungkin Riku mengikat salah atau bagaimana, tali itu tidak bisa diurai lagi. Oleh temannya itu, Riku harus memperbaiki (mengurai) tali itu dan jika tidak bisa game DS nya untuk dia. Wah Riku kan panik, karena dia tahu DS itu mahal. Akhirnya Riku minta maaf dan lari ke rumah.
Begitu masuk ke dalam rumah, dia menangis. Wah aku kan panik, ada apa nih… Mendengar ceritanya ternyata dia di”ancam” harus memberikan barangnya jika tidak bisa begini begitu. Aku ikut sedih, karena kok anak kelas 1 SD sudah bisa main palak-memalak begini. “Hari ulang tahun aku yang paling buruk!”… Ya kenapa mesti terjadi pas di hari ulang tahun. Kasihan Riku. Untuk sementara aku peluk dia, dan mengajak dia makan Pizza berdua. “Hari Sabtu, Minggu dan Senin kan papa libur, nanti Riku pergi saja sama papa ya. Kasih tahu papa, Riku mau ke mana”
“Cuma mama yang baik sama Riku…”
“LOH Riku… Riku kan anak mama. Masak mama mau jahat sama Riku. Riku nangis ya mama juga ikut nangis dong.”
“Iya ya…. hihihihi”
Setelah Gen pulang kantor (yang lebih cepat dari biasanya yaitu jam 7:30 malam) kami makan pizza dan kue yang tadinya diperuntukkan pesta kecilnya Riku. Padahal tadinya mau makan di luar tuh, soalnya aku ngga ada waktu untuk masak.
Baru hari Sabtunya, Riku pergi bersama papanya untuk membeli kado ulang tahunnya, sementara aku di rumah bersama Kai dan mengerjakan pekerjaan terjemahan yang belum selesai. Sebuah sepeda baru karena sepedanya yang lama sudah “kekecilan”. Anakku sudah bertambah tinggi, sehingga sepeda “masa kanak-kanak”nya sudah terlalu pendek untuk kakinya. Jadi kami sepakat untuk memberikan sepeda dengan jari-jari 22 cm (tadinya 18 cm).
Sepeda yang lama nanti akan diberikan ke Kai kalau dia sudah mau, karena sebetulnya kami masih menyimpan roda bantuan sehingga tinggal dipasang saja lagi. Kasihan si Kai jarang dapet barang yang baru, selalu lungsuran.
Untuk berlatih memakai sepedanya yang baru, Gen mengajak Riku ke stasiun dekat rumah kami. Dan ternyata di pos pemadam api dekat stasiun itu sedang mengadakan “open house”. Jadi deh Riku belajar mematikan api, dipakaikan baju pemadam, diperbolehkan naik mobil pemadam, dan juga belajar tali temali serta pernafasan buatan untuk bayi. wow! Aku melihat foto-fotonya saja jadi iri, dan juga iri untuk Kai karena dia tidak ikut. Tapi Kai juga masih terlalu kecil, bisa-bisa dia nggerecokin saja, Pasti ada waktunya juga untuk Kai.
Well, terobati sudah kekecewaan Riku di hari ulang tahunnya. Memang melewatkan waktu bersama keluarga adalah yang terbaik….