Misa Pertama – 初ミサ

4 Jan

Kalau tanggal 1 saya sudah pergi ke Kuil Shinto dan Buddha, maka tanggal 3 kemarin saya bisa lega juga karena bisa menghadiri misa pertama di tahun 2009 ini. Tadinya sudah khawatir kalau tidak bisa pergi, karena biasanya ada saja yang bisa tiba-tiba menhalangi saya pergi. Maklum saya tidaklah sendirian lagi, punya suami dan anak-anak yang harus diurus. Untung saja sebelum jam 4 sore kita bisa berangkat dari rumah di Nerima menuju Meguro. Untung lagi jalanan sepi sehingga kami bisa sampai on time. Soalnya pastor John sudah wanti-wanti waktu misa Natal kemarin, mulai tahun 2009 akan mulai misa tepat jam 5 sore TENG!. Kan tinggal di Jepang, jadi kudu tepat waktu dong hehhehe. Pastor John bilang, “Ada tidak ada umat, saya akan mulai misa” …dan Imelda serta Kai bisa duduk di tempat duduk paling depan di dalam kapel kecil itu (abis yang tersisa kosong cuman di situ) dan masih bisa cari lagu pembuka hehhehe. Riku tertidur di mobil, dan menggendong Riku yang 27 kg bukan perkara mudah lagi bagi saya dan Gen, sehingga kita biarkan dia tidur di mobil, dengan Gen menemani. Kai? Dia tertidur juga tapi begitu saya bawa masuk dia bersama baby seat nya, dia terbangun sehingga saya terpaksa menggendong dia terus selama misa. But gpp, saya kuat gendong dia satu jam karena sebelumnya sudah duduk terus di mobil.

Kotbah pastor mengenai Tahun Baru cukup panjang dan banyak mengutip renungan dan doa-doa dari orang terkenal. Ada sebuah cerita ttg seseorang terkenal yang tidak mau melihat coretan-komentar gurunya di buku pe-ernya, sehingga dia selalu mengganti halaman baru, supaya halaman yang sudah dikerjakan dan mendapat komentar dari gurunya tidak terlihat. Tapi dia akhirnya sadar, meskipun dia ganti halaman baru terus, jika komentar gurunya tidak dia perhatikan dan dia perbaiki, maka tidak ada gunanya. Sama pula seperti Tahun Baru, kita seperti membuka halaman baru, tapi tanpa menyelesaikan masalah di tahun lalu, sama juga boong… hmmmm.

Satu yang terngiang terus ditelingaku. Yaitu mengenai permintaan akan cahaya. Seorang pengembara berkata kepada Malaikat yang berdiri pada gerbang Tahun Baru:

“Beri aku satu terang-cahaya

Supaya aku bisa berjalan dengan langkah pasti

Memasuki ketidakpastian.

Tetapi Malaikat itu menjawab:

Masuklah ke dalam kegelapan

Dan taruhlah tanganmu ke dalam genggaman tangan Tuhan!

Itu jauh lebih baik daripada suatu cahaya

Dan jauh lebih pasti daripada jalan yang sudah dikenal.

(dari China)

Menyerahkan diri kepada Tuhan adalah yang lebih penting daripada meminta sesuatu apapun. FUKAI II HANASHI 深い いい 話。DALAM sekali maknanya.

Dan semoga aku bisa berdoa seperti Satu doa dari Irlandia yang berbunyi:

Yang kuharapkan

Bukan supaya hidupku bebas dari duka derita

Bukan supaya jalan hidupmu ditaburi bunga mawar

Bukan supaya tak ada air mata membasahi pipimu

Dan tidak ada penyakit yang menyiksamu

Semuanya ini tidak kuharapkan bagimu.

Tapi, yang kuharapkan adalah

Supaya engkau senantiasa mengenangkan

Hari-hari bahagia dalam hidupmu dengan rasa syukur.

Supaya dengan tabah menghadapi segala cobaan,

Juga bila beban hidupmu terasa berat

Juga bila sinar harapan mulai meredup.

Yang kuharapkan bagimu adalah

Semoga dalam susah dan senang

Senyum kerahiman Allah

Senantiasa menuntunmu

Ya Tuhan, aku menyerahkan semua kehidupanku dan kehidupan keluargaku ke dalam tanganMU saja. Amin

Tulisan dan Belanja Pertama

4 Jan

Pada tanggal 2 Januari ada bermacam hal yang dilaksanakan sehubungan dengan tahun baru. Segala sesuatu yang “Pertama” kali di lakukan tahun itu, diharapkan bisa menjadi awal yang bagus untuk selanjutnya, sampai kemudian tahun itu ditutup nantinya.

Kakizome adalah Menulis Kaligrafi Jepang pertama kali. Biasanya anak-anak SD berpakaian kimono akan menulis Kanji yang disukainya dalam selembar kertas panjang. Kemarin di TV saya melihat ada anak yang menulis [元気] Genki — sehat dan [気合] Kiai — semangat. Dia berkata, “Saya mau melewati tahun 2009 dengan sehat dan bersemangat” Hmmm memang mungkin dua hal itu saja yang bisa diharapkan tahun ini karena krisis di mana-mana. Kalau kata-kata itu merupakan pilihan anak itu sendiri, then, rasanya anak itu bijaksana sekali.

Kakizome ini di beberapa tempat juga disebut sebagai 吉書(きっしょ) Kisho、試筆(しひつ) Shitsuji、初硯(はつすずり) Hatsusuzuri. Mulanya merupakan upacara dalam kuil shinto, yaitu membuat tinta dengan Wakamizu (air pertama di tahun baru) kemudian menuliskan puisi-puisi kuno. Namun dari kuil, kebudayaan ini menyebar ke penduduk biasa terutama pada jaman Edo/ Tokugawa (1600 an~1867). Ya saya ingat waktu menulis skripsi mengenai Terakoya ada lukisan mengenai anak-anak menulis Kakizome.

Selain Kakizome, tanggal 2 juga ditandai dengan segala yang baru, Mimpi baru (Hatsu yume)… waktu terbangun tanggal 2 pagi, mengingat kembali mimpi pertamanya, dan mencari mimpi itu pertanda apa…. (ah ada-ada saja). Kemudian juga hatsuuri (penjualan pertama). Ada beberapa toko yang buka dan berdagang untuk pertama kalinya di Tahun baru, dengan menjual Fukubukuro. Hmm agak sulit saya menerjemahkan fukubukuro ini ke dalam bahasa Indonesia. Secara harafiah artinya kantong (fukuro) keberuntungan (fuku) . Fukubukuro adalah sebuah kantong berisi macam-macam barang yang dijual dengan harga tertentu, misalnya 5000 yen, tapi biasanya isinya berharga lebih dari 5000 yen, bahkan mungkin berkali lipat. Termasuk mengadu keberuntungan juga, sambil berharap membuka kantong (seperti kantong ajaibnya doraemon kali yah) mengeluarkan barang yang mungkin bisa memenuhi harapan kita, atau bahkan lebih… (mungkin juga malah mengecewakan, tapi memang fukubukuro ini harus nya untuk “untung-untungan” bukan untuk “berjudi”). Karena saya termasuk orang yang pragmatis, maka saya tidak pernah mau membeli fukubukuro, meskipun pernah tergoda (sebelum tahun baru, waktu natal, saya sempat tergoda untuk membeli fukubukuro seharga 2000 yen berisi kosmetik dari Revlon yang katanya isinya seharga 10.000 yen lebih…. tapi tentu saja Imelda berhasil mengalahkan godaan itu heheheh).

Kebiasaan menjual Fukubukuro di awal tahun  ini konon dimulai oleh departemen store tertua di Jepang, Daimaru, pada jaman Edo/Tokugawa (tidak diketahui persis kapan). Kemudian pada tahun 1907, cikal bakal Departemen Store Matsuya juga tercatat menjual fukubukuro. Jadi Fukubukuro ini sejarahnya juga sudah cukup lama. Hmmm mungkin ini strategi marketing yang cukup berhasil. (Dan untung orang Jepang yang terkenal pelit itu tidak pelit untuk mengeluarkan uangnya untuk membeli Fukubukuro) Harga fukubukuro memang bervariasi, ada yang maksimum 5000 yen, tapi ada pula yang sampai 100.000 yen. Wow…

Bisa ngga ya fukubukuro diterapkan di Indonesia?