Kalau di Indonesia mungkin jika berbicara mengenai Cafe, maka yang terbayang adalah Hard Rock Cafe atau Fashion Cafe, XxXXx Cafe yang kesannya glamor dengan makanan dan minuman tertentu yang bukan hanya kopi tentunya. Padahal yang namanya Cafe seharusnya hanya menjual kopi dan mungkin sedikit snack seperti di Starbuck (saya tidak ingat lagi coffee shop lain). Nah kalau berbicara Cafe di Jepang harap berpikir seperti kedai kopi Starbuck ini.
Orang Jepang memang suka minum kopi. Dan teh hijau tentunya…. Tapi tidak berarti mereka tidak minum teh Ceylon/Jasmine dll. Kedai kopi merupakan tempat yang tepat untuk bertemu. Karena rumah orang Jepang biasanya kecil dan jauh dari pusat kota, biasanya jika mau bertemu maka biasanya akan membuat janji bertemu di kedai kopi kissaten atau restoran. Di sekitar stasiun, atau mall, setiap sudut jalan di Tokyo pasti ada kedai kopi ini. Kadang besar, kadang hanya bisa menampung 10 orang duduk. Ada yang murah, karena chain-store, dengan menjual kopi seharga 170-200 yen secangkir. Seperti Dotour Coffee, Pronto, Veloce dll. Ada yang mahal dengan secangkir kopi seharga 500 yen. Tapi disajikan dalam cangkir-cangkir mewah buatan Wedgwood, Royal Doulton dll. Di lemari dindingnya terpajang beragam jenis cangkir. Kopinya juga memakai kopi yang baru digiling dan dibuat dengan cara tertentu. Di kedai yang dikelola individual seperti ini biasanya diputar lagu-lagu klasik. Dulu waktu masih sering bekerja di banyak tempat, saya beristirahat di kedai kopi ini sambil minum kopi dan baca buku menghabiskan waktu sebelum memulai pekerjaan selanjutnya. Itu kalau mau santai.
Tapi kalau takut tertidur di kedai kopi biasanya saya masuk Net Cafe sambil menggunakan waktu untuk browsing atau chatting atau bahkan mengetik bahan laporan. Net cafe dihitung per-jam biasanya biayanya 400 yen perjam. Dan termasuk minum gratis berbagai jenis minuman seperti kopi, teh, jus, soda dll. Biasanya net cafe juga bergabung dengan peminjaman komik (manga –dibaca mangga) sehingga bernama Manga Cafe. Daripada menghabiskan 2 jam di kedai kopi yang 500-an tadi, lebih baik di net cafe. Seperti warnet di Indonesia, masing-masing tamu mendapat satu komputer dengan sekat antara satu komputer dengan yang lainnya.
Selain manga cafe (komik cafe), saya pernah coba juga masuk Video Cafe. Nah ini benar-benar terpaksa saya masuk ke sana, karena net cafe yang biasanya saya pergi sedang penuh. Satu jamnya seharga 1000 yen tapi bisa meminjam video sebanyak 3 buah. Biasanya yang masuk ke sini adalah salary-man, pekerja yang sedang dinas luar, lalu menghabiskan waktunya di situ. Di sini kita mendapat satu kamar kecil (benar-benar kecil sekitar 1×1) yang dilengkapi dengan display TV layar lebar, untuk menonton video atau memakai internet.Dan enaknya disini kursinya disediakan kursi yang empuk seperti kursi bos-bos. Jadi bisa tidur di sini tanpa menonton atau menyalakan komputer. Nyaman…. Saya pikir lumayan juga kalau tidak ada hotel bisa menginap di sini kalau terpaksa. Karena di atas jam 12 sampai jam 5 pagi mendapat diskon separuh harga. (cocok untuk mereka yang ketinggalan kereta sehingga tidak bisa pulang ke rumah, dan menunggu kereta mulai beroperasi pukul 5 pagi). Dan ternyata, akhir-akhir ini banyak pemuda/i yang minggat dari rumahnya dan menganggap net cafe ini atau yang manga cafe sebagai rumah mereka. (pikir-pikir memang lebih murah daripada harus menyewa rumah). Tapi kayaknya saya tidak akan masuk tempat itu kalau tidak terpaksa sekali. Meskipun bukan tempat maksiat, tapi kebanyakan yang datang memang laki-laki, dan video yang disediakan tentu saja ada yang esek esek (ngga sempat periksa abis takut liatnya hihihi). Bisalah self service jadinya ….. pasang filmnya sendiri gitu heheheh jangan ngeres aja pikirannya padahal sih…. :D.
Nah itu adalah cafe yang saya tahu, dan pernah masuki. Tetapi ternyata ada banyak jenis cafe di Jepang. Ada beberapa yang saya baru tahu keberadaanya setelah membaca sebuah survey yang diadakan situs goo, berbahasa Jepang, mengenai jenis cafe khusus yang ingin sekali dicoba kalau sempat. Saya tulis berdasarkan ranking ya. (ada 20 jenis)
Pertama: Kyushoku Cafe. Kyushoku itu artinya makanan yang disediakan di sekolah untuk makan bersama. Biasanya tidak enak (katanya) karena harus memenuhi gizi tapi harus murah semurah-murahnya. Tapi meskipun tidak enak kesannya, ada beberapa makanan yang membuat kita teringat kembali masa sekolah. Kursi dan meja yang disediakan juga kursi dan meja sekolah, lalu memakai peralatan makan ala sekolah seperti nampan dari besi, dan sendok rangkap garpu. Mungkin sulit untuk dibayangkan orang Indonesia, karena kita tidak pernah mengalaminya. Tapi bagi orang jepang dewasa mungkin untuk pergi ke sini bisa membangkitkan memory masa lalu. Karena itu cafe ini menjadi pilihan pertama cafe khusus yang ingin dikunjungi.
(contoh kyushoku)
Yang kedua adalah Book Cafe. Kalau ini sudah jelas, jadi tidak usah dijelaskan lagi ya.
Yang ketiga adalah Dagashiya Cafe. Dagashi adalah makanan kecil jaman baheula. Mungkin masih ada yang ingat biskuit dengan gula bentuk monas berwarna warni (putih, kuning, pink kalau tidak salah ingat), atau permen bubuk yang terdapat di dalam botol plastik kecil yang dilengkapi sedotan kecil, atau gulali yang diapit dua lembar kerupuk, dll makanan kecil yang biasa dijual di warung jaman dulu. Nah Cafe itu menyediakan snack itu selain menjual kopi dan teh. Jadi anak-anak pun bisa enjoy jika datang ke sini.
Yang keempat adalah Animal Cafe. Sesuai dengan namanya, kita bisa minum kopi/teh di situ sambil memandang binatang atau membelainya. Yang terkenal adalah Cafe Anjing, Cafe Kucing dan Cafe Kelinci. (Untung tidka ada Cafe buaya ya hihihi).
Yang kelima adalah Cafe Bahasa Asing. Jadi yang berkunjung ke sini bisa bercakap-cakap memakai bahasa asing (Baca Inggris).
Yang keenam Cafe Onigiri. Biasanya di kedai kopi disediakan roti atau kue, tapi di sini disediakan onigiri (nasi kepal….bayangkan lemper deh)
Yang ketujuh Diet Cafe, mungkin disini menyediakan minuman yang berkhasiat diet atau makanan berkalori rendah.
Yang kedelapan Cafe Ramalan. Datang ke sini dan minta diramal….dengan tarot atau yang lainnya.
Yang ke sembilan Maid Cafe. Maid =pembantu. Kenapa kok jadi Cafe pembantu? memang yang datang pembantu-pembantu? hihihi… Kalau menyebut kata Maid, Anda harus membayangkan pelayan wanita dengan pakaian hitam berenda putih dan bertopi khusus yang melayani kastil-kastil. Nah pelayan di sini memakai baju seperti itui, sehingga tamu pria yang datang merasa puas seakan dia adalah bangsawan yang dilayani oleh pembantu jaman dulu. Waktu datang tamu akan disambut dengan “Welcome home Sir” ….
Sebetulnya baju maid ini juga merupakan bagian dari Cosplay (Costume Player, memakai baju seperti tokoh-tokoh dalam buku/komik). Membayangkan Maid Cafe ini, saya jadi teringat pada cafe dengan bunny girl yang menjadi lambang majalah playboy. Awal-awal saya datang ke Jepang, saya memang sering pergi dengan bos-bos eksekutif atau manager-manager perusahaan dalam rangka membuat jadwal, atau menerjemah, atau merencanakan kunjungan ayah saya atau orang lain yang akan datang ke Tokyo untuk urusan dinas. Meeting ringan seperti itu biasanya dilakukan sambil makan di restoran mewah dan setelah itu kadang-kadang diajak minum kopi. (Waktu itu masih alim jadi tidak bisa minum alkohol). Nah suatu kesempatan saya diajak pergi ke club eksekutif untuk minum cafe di lantai teratas sebuah gedung tinggi wilayah perkantoran. Yang membuat saya kaget ya itu…pelayannya semua perempuan dengan baju bunny girl itu. Duh, begitu masuk saya sempat takut, tempat apaan ini…tapi saya lihat banyak ladies juga…so aku tidak perlu khawatir. Dan tempatnya indah, tidak temaram dan pemandangan night-view ke luar begitu indah. Sambil menikmati kopi yang saya pikir harganya pasti mahal, saya menikmati pemandangan di luar juga pemandangan gadis cantik berpakaian minim …si kelinci jadian itu. sambil berpikir wahhh yang kerja di sini harus punya body bagus dan keberanian. Yang membuat saya heran juga, tidak ada yang kurang ajar misalnya dengan memegang pantat (maaf) si gadis. Benar-benar cafe eksklusif deh. Tapi itu pengalaman saya pertama dan terakhir. Sayang juga tidak bawa kamera waktu itu sehingga tidak bisa berfoto dengan kelinci cantik hihihi.
((Foto kiri : Kabarnya sudah ada Maid Cafe di Singapore loh…)
Yang kesepuluh Cafe Musik dengan pertunjukan musik life.
Nomor 11 adalah Dekamori Cafe. Nah loh kasih nama apa kalau bahasa Inggrisnya ya? Extra-ordinary Trainer ehhh Cafe? hihihi Memang sih Cafe ini Extraordinary, lain dari yang lain. Tapi mungkin paling cocok kasih nama Gigantic Cafe. Deka itu dari dekai artinya besar, Mori arti asalnya hutan rimba, tapi kalau dipakai untuk makanan artinya big size. Nah , kalau besar + big size bisa kebayang nggak? Memang Cafe ini menyajikan segala sesuatunya extra large.
Waktu saya cari fotonya di internet ketemu deh sebuah cafe di daerah Nagoya, foto itu adalah coffee-float pakai whipping cream, dan whipping cream nya itu tidak tanggung-tanggung banyaknya. Ada lagi foto Nasi Kare ukuran S, tapi mungkin kalau perempuan bisa makan berdua atau bertiga. Bagaimana kalau pesan yang L ya? Untuk yang suka makan banyak boleh juga pergi ke sini ya… Kalau saya sih pasti sebelum habis sudah bosan. Biarpun badan saya seperti Gajah, saya kalau makan tidak banyak…tapi sering dan harus bervariasi. Soalnya cepet bosan (tapi kalau sama suami tidak cepat bosan loh hihihi …ne Gen ….)
Nomor 12 adalah Shitsuji Cafe…. or Buttler Cafe or Swallowtail cafe. Pasti semua tahu ya arti Buttler, yang biasa diterjemahkan menjadi kepala pelayan. Dengan pakaian jas hitam seperti penguin hihihi, baju putih berdasi kupu-kupu dan gayanya yang gentlemen agak sombong tapi menggunakan kata sopan. Cafe ini saingannya Maid cafe, dan banyak dikunjungi oleh wanita-wanita. Tetamu disambut dengan “Welcome home My Lady…おかえりなさいお嬢様”. Tapi waktu membaca keterangan tentang Cafe ini, saya jadi teringat yang namanya Host Club sejenis kelab malam di Jepang yang khusus
untuk wanita saja. Host (hostes kan wanita, ini pria) nya menyajikan minuman bagi si tamu, menghibur dia dengan bercakap-cakap bersama dan menemani si wanita itu minum, layaknya yang dilakukan seorang pramuria kelab malam. Mungkin bedanya Butler Cafe dengan Host Club dari imagenya ya. Kalo Butler kan kesannya sophisticated hihihi.
Kalo Buttlernya seperti foto di kanan begini, pasti rame ya kedai kopinya…. Katanya ini di London…pantes bodynya okeh wokeh punya hihihi….
Nomor 13 ialah Tera Cafe. Tadinya saya sempat berpikir Tera itu singkatan dari Terrace, kan kalau musim panas banyak timbul Teras Cafe, memakai trotoar Jalan. Tapi ternyata Tera ini benar-benar sesuai dengan Kanjinya adalah Kuil Buddha. Walahhh bagaimana tuh?
Ada Tera Cafe yang berada di dalam gedung perkantoran bernuansakan Jepang, dan di pintu masuk sudah disambut dengan bau dupa. Pelayannya sendiri adalah pendeta Buddha, dan banyak hiasan bernuansakan agama Buddha. Atau ada pula yang memang memakai ruang di samping Kuil Budhha dengan pemandangan taman Jepang. Yang menarik di Tera Cafe, ada yang tidak mencantumkan harga untuk minuman dan makanan yang disediakan, tergantung dari sumbangan yang diberikan saja. Yang pasti memasuki Cafe seperti ini mendapatkan ketenangan hati dan memang salah satu tujuan dari adanya Tera Cafe ini untuk bisa mendiskusikan agama Buddha dengan pendeta Buddha di sana dan syukur kalau akhir-akhirnya bisa membawa perhatian anak-anak muda kepada Kuil Buddha.
Nomor 14 adalah Knitt Cafe. Sesuai dengan namanya di Cafe ini Anda bisa merajut sambil minum kopi. Waaah kok cocok untuk oma-oma ya? Tapi jangan salah di sini bukan hanya oma-oma yang suka merajut. Karena biasanya pemudi-pemudi akan mencoba merajut sendiri sebuah sweater untuk diberikan pada pacarnya di Hari Valentine. Saya dulu juga pernah coba merajut belajar pada adik saya, Kimiyo. Beli semua peralatan dan benang…Tapi baru jadi bagian muka sudah malas untuk dilanjutkan. Sampai sekarang masih ada dalam plastik di sudut lemari.
Nomor 15 adalah Kagaku Cafe atau Science Cafe. Kalau lihat judulnya seperti boring ya. Dan waktu cari fotonya juga adanya foto sekelompok orang yang mungkin sedang membicarakan science di sebuah kantin. Mungkin seperti itu ya? Saya membayangkan masuk cafe yang dekorasinya seperti laboratorium dan disuguhkan kopi dari tabung praktikum hehehe.
Nomor 16 adalah Tetsu Cafe atau Railway Cafe. Sesuai judulnya di dalam cafe ini disediakan pramodel kereta api dengan diorama pemandangan yang dilewati oleh kereta api tertentu. Cocok untuk penggemar kereta api.
Nomor 17 adalah Danshiko Cafe atau High School Boy’s Cafe. Nahhhh kalau ini saya mau berkunjung hehehe kan enak melihat wajah-wajah segar pemuda-pemuda harapan bangsa…taelah (pasti ada yang bilang duh Imelda sukanya daun muda hehehe…abis kalau daun tua kan pahit dan banyak seratnya, siapa sih yang tidak suka daun muda. Istilah daun muda dalam bahasa Jepangnya adalah wakai tsubame ## tambahan untuk yang sedang belajar nihonggo hihihi)
Nomor 18 adalah Cosme Cafe. Cafe ini menyajikan produk-produk terbaru kosmetik dari berbagai mereka. Katanya setiap minggu ganti produk. Jadi yang mau beli kosmetik boleh ke sini. Mungkin Neng3 mau ke sini? nanti saya antar hehehe.
Nomor 19 Shoken Cafe (trading Cafe)or Stock Exchange Cafe. Nah untuk yang suka bisnis dan main stock dan valas bisa pergi ke sini. Sambil ngopi aja mata tak lepas dari monitor harga saham…. duhhh kapan istirahatnya ya?
Nomor terakhir adalah Utagoe Cafe. Utagoe secara harafiah adalah lagu mungkin Cafe ini bisa diterjemahkan menjadi Choir Cafe. Si pemimpin menyanyi dan diikuti oleh pengunjung cafe yang lain. Katanya Cafe jenis ini pernah marak di tahun 1955 an. Jadi bisa latihan paduan suara sambil minum kopi mungkin ya? Dan untuk mengenang kembali memori masa lalu, akhir-akhir ini timbul kembali Cafe jenis ini. Kata suami saya, bapaknya dulu sering pergi ke Cafe jenis ini.
Jadi kalau Anda, ingin mencoba pergi kemana?
(Berhubung ada permintaan dari Bang Hery, Mas Asep dan Mas Ikhwan, saya edit dan lengkapi posting mengenai Cafe Jepang ini, dan saya tambahkan dengan foto-foto yang berhasil saya cari berkat bantuan Mas Gugle. Mungkin bisa menjadi masukan untuk teman-teman yang ingin membuka kedai kopi yang unik, yang lain dari yang lain. )
Lanjut dong 😛
Jadi sementara ini saya tahu nanti kalau ada kesempatan berkunjung je Jepang, paling tidak harus mampir ke Maid Cafe, dan kalo lagi kepepet gak bisa bayar hotel/hostel bisa nginep di Manga/Video cafe 😛
Yahhh kalo kepepet tidur di stasiun atau di taman aja…tapi ati-ati ketangkap polisi. Dan jangan sampai salah baca masuk Rabu Hotel ya… Liat spanduknya murah, padahal itu harga per-2 jam. Kalaupun mau stay juga dianggap orang gila kalau masuk bawa koper….apalagi kalau berdua/bertiga sesama jenis hihihihi
lanjut bu…boleh juga nich untuk ide bikin cafe di indo…
sudah saya lanjutkan tuh…silakan dan kalau sudah jadi cafenya kasih kabar ke saya ya…
Lanjut dong…….
Banyak banget variasi cafe di Jepang. Semakin lama, semakin segmented kali ye? Konsumen barangkali tidak lagi bisa dipuaskan oleh cafe yang umum seperti starbuck dan konco-konconya.
Betul sekali. Masyarakat jepang cepat jenuh/bosan sehingga terus menciptakan sesuatu yang baru/unik. Dan ini merupakan dasar untuk menjadi pencipta…rasa bosan, rasa tidak puas sehingga selalu membuat yang baru…. Tinggal respons masyarakat saja. Tapi begitu masuk TV/media biasanya akan laku, paling tidak untuk sementara waktu.
Jadi pengen nyobain cafe Jepang … Selama ini kalau ke Jepang cuma jadi TKI jadi cuma ngopi di lab. biar irit dan bisa bawa pulang Yen banyak, he he he …
Wah, lain kali silakan coba pak. Yang pasti kopi di cafe-cafe ini lebih murah daripada kopi di Imperial Hotel misalnya…(kan banyak petinggi Indonesia yang menginap di Imperial). Terutama coba Maid-Cafe ya pak hehehe. (suami saya ngajakin pergi…tapi saya bilang doohh masak ke Maid Cafe bawa bayi. Maidnya jelas jelas tidak bisa urus bayi. Bisanya urus bayi gede hehehe)
wah hebat.. sialnya mpe skr blum bisa mampir ke cafe-cafe itu. paling banter ke kisaten… wah nasib jadi kenshuu memang gini, di rumah miskin,eh ternyata di jepangpun jadi orang miskin.
Btw kalau kebanyakan masyrkt jepang kalau chatt pake apa ya ? kok di yahoomessenger sepi?
ragilt´s last blog post..The Letter (Tegami) j-movie (eng subs)
Wahh Imel, nulis Cafenya serius banget (beda dengan tulisanku hehehehe…)
Menjamurnya cafe di Indonesia menolong bagi orang yang bekerja seperti saya, pergi dari satu tempat ke tempat lain…mampir di cafe sambil menyiapkan untuk pertemuan berikutnya
Aku pernah tidur di video cafe di kyoto. Kalau lewat jam 10 malam hingga jam 10 pagi harganya cuma 1400 yen, ada shower juga di dalam box kamar. Lumayan hemat kalau lagi jalan2 backpacking, daripada ke hostel atau hotel kapsul.
Mbak imel benar tuh, hampir 80 persen video-nya konten pornografi melulu. Yang non porno film2 lama semua. Tapi di depan cafe emang ditulis “Men Only”. Tadinya aku penasaran, walau akhirnya ngerti jg kenapa cm buat cowok. 😛
yang mw ku kunjungin Danshiko Cafe atau High School Boy’s Cafe, Dekamori Cafe, dan izakaya :)) list ku panjang dech mom :))
wah sudah lama ga mampir sini Mel, tapi karena tulisnya berbau “kedai kopi” jadi belok deh….pengen nyoba Dagashiya Cafe, Knitt Cafe, Onigiri Cafe….ah semuanya pasti enak2 ya kopinya
Aduhhh jadi semangat pengen ke sanaaaa hahahaha XD
Semoga bisa! Amin