Samudra dan Dermaga

23 Nov

Ssstt Samudra ini bukan nama restoran loh… tapi benar-benar lautan luas dan dermaga memang berarti tempat untuk melabuhkan perahu dan kapal. Samudra, Dermaga (pelabuhan) dan Biduk atau Bahtera sering dipakai untuk menggambarkan pernikahan. Seorang awak yang “jam layar” (masak pakai istilah jam terbang untuk ABK ya? wong tidak terbang dia hehehe) nya sudah banyak, bisa mengantisipasi gelombang dan mengemudikan bahteranya dengan handal. ABK baru mungkin akan kecut melihat gelombang sedikit besar atau pertama kali menghadapi  badai.

Imelda mau menulis tentang nasehat perkawinan? Ngga lah… kalau mau tahu nasehat-nasehat, lebih baik Anda baca postingnya Mbak Tuti Nonka tentang Passionate & Companionate Love, karena beliau sudah “kawakan” jeh, 24 tahun jadi “ABK” hehehe. Saya mah “baru” 10 tahun ajah.

Kemarin tanggal 22 November adalah hari Pasangan Suami Istri yang baik, bahasa jepangnya Ii Fufu (BUKAN HARI LIBUR, hanya peringatan saja). Perlu diketahui bahwa penulisan tanggal di Jepang terbalik dengan di Indonesia. Kalau di Indonesia mulai tanggal-bulan-tahun, maka di Jepang mulai dengan tahun-bulan- tanggal. Jadi tanggal 5 April akan ditulis sebagai 4/5, bukan 5/4. Nah kita sebagai orang Indonesia harus berhati-hati membaca penulisan tanggal orang Jepang. Jangan sampai 5 April kita baca sebagai 4 Mei!

Nah 11/22 (11-22, November 22) dibaca sebagai Ii fufu, artinya pasutri yangbaik. Bisa baca juga ceritanya di posting tahun lalu di sini. Kemarin di keluarga Miyashita juga merayakan Ii fufu, dengan menjadi pasutri yang baik! Baiknya apa? Ya, saya membiarkan suami saya tidur sampai siang karena dia masih bekerja di hari sabtu (bahkan sampai larut). Lagipula hari Minggu kemarin itu dingiiiin banget. Max 9 derajat, tapi tidak hujan. Saya bisa dibilang “Istri yang baik” kan? 🙂

Lalu Gen juga menjadi suami yang baik kemarin. Apa pasal? Dia mengajak istri (dan anak-anak) yang malas masak (karena lemari es kosong belum belanja) makan di luar! Maunya sih ke “Restoran Samudra” di Jakarta, tapi keburu mati kelaparan, dan jatuhnya muahaaaalll banget soalnya pakai ongkos pesawat (untuk 4 orang lagi!) .

Karena dingin, sebetulnya aku agak malas keluar rumah. Sudah mengeluarkan ide untuk pesan delivery aja, atau masak apa yang ada (kadang aku pikir kalau terpaksa bisa juga ya aku jadi pesulap…. meski di kulkas kosong, masih bisa menyediakan makanan yang “edible” hihihi). Tapi Gen bilang,”Kalau tidak keluar rumah, malah lebih dingin! Harus keluar rumah. Aku juga bosan dengan udara “kaleng” (rumah tertutup dengan udara panas/dingin dari heater/AC)”.

Jadi deh kami berempat belanja dulu di drugstore untuk beli susu Kai, dan menuju tempat makan murah meriah, bernama “Matsuya“. (ssst toko waralaba ini saingannya yoshinoya, yang terlebih dulu terkenal dengan gyudon – nasi irisan sapi- nya).

Maunya sih cari warung di Jepang, tapi biasanya warung yang ada hanya menjual ramen/ Mie,  oden dan yakitori/ sate ayam , buka dekat stasiun dan dipenuhi oleh “ojisan” om-om yang baru pulang minum alkohol. Suasananya ngga deh! Mana mau makan di samping orang mabok :D.

Kedai Matsuya ini memakai sistem pembayaran di muka. Kita membeli karcis jenis makanan Shokken 食券  di depan pintu. Bagusnya di sini ada gambar makanannya di tombolnya, jadi yang tidak bisa membaca huruf kanji juga bisa memilih (kecuali untuk tambahan seperti telur, telur setengah matang, kimchi, acar jepang dll harus lihat di gambar menu yang terpisah)


karcis makanan
karcis makanan, potongan kanan untuk pemasak, potongan kiri sebagai kwitansi

Ada set menu, yang terdiri dari makanan utama (nasi + yakiniku, nasi + hamburger, gyudon dll), sup miso, serta salada. Tapi set menu yang aku mau ada tambahan telur mentahnya… Iiiiih ogah! memang orang Jepang makan telur mentah dicampur pada nasinya, tapi aku belum bisa makan begitu. Paling telur mentah aku pakai kalau makan Sukiyaki aja (karena kalau daging panas dicelup ke telur mentah kan bisa jadi setengah matang hihihi). Jadi deh aku pesan tanpin (satuan) untuk dimakan berdua Kai. Satu set berkisar 550-680 yen. Harga yang tidak bisa didapat di restoran biasa, kecuali “rumah makan” sekolah alias kantin kampus. Benar-benar murah meriah deh….

Pulang ke rumah dengan perut kenyang dan ngantuk! Bisa tidur enak dan molor karena hari Senin, 23 November adalah hari Penghargaan untuk Pekerja/Buruh, kinro kansha no hi 勤労感謝の日….. jadi hari libur. KECUALI Gen karena dia bekerja di universitas, sedangkan kebanyakan universitas di Jepang menyuruh masuk mahasiswa, karena jika libur maka jumlah jam kuliah hari Senin kurang dari target yang 15 kali pertemuan dalam satu semester. (Untung aku tidak punya kelas hari Senin… yey!)