Mama’s Jewel

20 Feb

Aku rasa setiap ibu yang menerima telepon dari polisi pasti akan berdebar-debar dadanya. Bahkan sebelum bilang “Hallo”, sudah memikirkan sesuatu yang negatif, misalnya kecelakaan, atau anaknya ditangkap polisi karena berbuat jahat atau kenakalan lainnya. Dan terus terang dalam setahun ini aku sudah berkali-kali mendapat telepon dari polisi.

Ada beberapa kali aku berada di tengah jalan, dan langsung aku tahu itu dari Riku yang pergi ke pos polisi dan pinjam telepon pak polisi untuk menelepon aku karena aku tidak ada di rumah waktu dia pulang sekolah. Memang waktu-waktu itu aku tidak “keburu” sampai di rumah sebelum Riku pulang sekolah. Dan meskipun aku sudah memberikan kunci padanya, dia masih belum berani menunggu aku sendirian di rumah, dan menelepon dari rumah. Saat itu dia pergi ke pos polisi yang terletak 400 meter dari rumahku, dan melaporkan ke pak polisi bahwa mama belum pulang (untung bukan melaporkan mamanya hilang hahaha)

Itu alasan pertama aku mendapat telepon dari nomor “110” , nomor polisi di Jepang. Nah, barusan ini aku mendapat telepon lagi. Memang Riku sedang bermain di taman sendirian sesudah makan siang. Dan aku sempat berpikir, aduh jangan terjadi kecelakaan atau apa. Ternyata yang menelepon adalah pak polisi yang dari suaranya sudah cukup tua. Dia berkata, “Mohon maaf mengganggu, barusan Riku datang membawa uang 5 yen yang dia pungut di jalan. Saya mau menuliskan laporannya, bisa minta waktu sebentar? Maaf merepotkan.”

Lalu aku berkata, “Maaf, saya yang justru harus minta maaf. Uang 5 jen saja dilaporkan oleh Riku. Saya memang bilang padanya kalau uang, dompet atau kunci harus langsung dilaporkan ke polisi… tapi 5 yen…”
“Ya memang harus tetap mengajarkan begitu. Riku anak yang baik, jangan rubah sikap itu. Tidak apa-apa. Saya hanya mau menuliskan prosedurnya dan ijin apakah boleh memberitahukan nama dan nomor telepon jika pemiliknya datang? ”
“Tidak usah. Sebetulnya ini sudah kejadian ke tiga kalinya, dan tidak perlu memberikan nama atau nomor telepon dan kalau bisa diselesaikan di kantor, selesaikan saja”
“Baik kalau begitu, saya akan tulis suratnya”

Aku pernah menuliskan di “Harga Sebuah Kejujuran” tentang Riku pertama kali menemukan uang 10 yen (sekitar 1000 rupiah) dan langsung melaporkan ke pos polisi.  Kira-kira seminggu yang lalu dia melaporkan penemuan sebuah bola ke polisi, sampai petugas polisi telepon aku dan mencatata prosedur yang seperti tadi. Tapi untuk barang, jika pemilik tidak muncul memang bisa menjadi milik Riku, tapi musti ambil di Itabashi, jauh dari rumah kami. Karena itu aku berkata, “Selesaikan saja (baca buang saja) 処分 shobun. ” Dan Gen menasehati, jika menemukan barang seperti itu biarkan saja dulu, jangan langsung bawa ke polisi, karena mungkin si pemilik akan datang mencari ke tempat dia kehilangan. Dan biasanya pemilik tidak akan terpikir untuk mencari “bola atau mainan lain” ke polisi. TAPI KALAU MENEMUKAN UANG, DOMPET ATAU KUNCI harus langsung melaporkan ke polisi.

Tadi memang sempat aku berpikir, duh Riku…. 5 yen saja! Pura-pura saja tidak lihat, karena kalau ambil dan tidak lapor pasti mempunyai “dosa” mencuri. Paling aman “pura-pura tidak lihat”. Tapi untung pak polisi yang baik itu mendukung perbuatan Riku, karena dari kecil harus dibiasakan mengikuti peraturan. Mumpung sifat baik sudah ditanamkan, jangan dirusak.

Kadang memang orang dewasa MALAS untuk berurusan dengan KEADILAN atau KEBENARAN. Toh BUKAN MASALAH SAYA, masalah orang lain, dan pura-pura tidak melihat, mau cuci tangan saja terhadap masalah orang lain, yang sebetulnya mungkin bisa kita bantu. Memang melelahkan jika kita mau CARE/Perhatian terhadap semua masalah, tapi selama masih kita bantu meskipun kecil, meskipun mungkin tindakan kita tidak berarti banyak, apa salahnya kita bantu. Terus terang aku juga akan memilah masalah-masalah (baca sumbangan-sumbangan yang diminta) menurut keperluan dan kepentingannya. Karena bisa-bisa kalau aku bantu semua sumbangan, dalam sebulan aku yang harus minta sumbangan ke semua teman untuk kehidupanku selanjutnya. Prioritas….

Nah kan mulai melantur lagi, tapi hari ini aku mendapat pelajaran lagi dari Riku, permataku, bahwa sekecil apapun perbuatan kita, pasti ada artinya. Dan bahwa kita harus menyegarkan kembali pikiran kita semurni pikiran anak-anak. 陸はママの宝物。 Riku is Mama’s jewel….

Dalam kesempatan ini aku mau memperkenalkan juga sebuah usaha untuk membantu korban lumpur LAPINDO, yang dilakukan teman blogger seperti yang dituliskan di sini, yaitu dengan penjualan T-SHIRT/pernak-pernik. Bisa berkunjung ke websitenya SocioDistro.

Tulisan ini akan kututup dengan sebuah lagu dari acara TV NHK Pendidikan chanel 3, yang sering aku dengar judulnya Mama no takaramono (Mom’s Jewel)

Haru chan suka nakal
selalu menangis cengeng
ini ngga mau itu ngga mau
ngga mau jalan!

tapi aduh manjanya
haruchan haruchan
mama selalu mau peluk kamu

Mama suka sekali, wajah penuh senyum
Main sama mama yuuk, mau main apa? Haru chan
Haru chan … adalah permata mama

Mama sibuk dari pagi
selalu kesal dan marah-marah
nanti ya!! tunggu ya!! Tidak boleh!!
Ayo bereskan!!!!

Tapi kamu seenaknya saja
Haru chan haru chan
tidak pernah capek

Mama suka sekali, wajahmu dalam tidur
Kasih tahu mama kamu mimpi apa, haruchan
Haru chan … adalah permata mama

(translated by Imelda)

はるちゃん いたずら だいすき
いつも ウエンウエン なきむし
あれいや これいや それいや
もうあるけない!

だけど やんちゃな あまえんぼう
はるちゃん はるちゃん
いつでも キュッと だきしめたい

ママはだいすき ニコニコえがお
ママとあそぼう なにしてあそぶ? はるちゃん
はるちゃんは そう ママのたからもの

ママは あさから いそがしい
いつも イライラ ガミガミ
またね こんどね ダメダメ
かたづけなさい!

だけど きみは マイペース
はるちゃん はるちゃん
ちっとも ほーら へこたれない

ママはだいすき スヤスヤねがお
ママにおしえて どんなゆめみる? はるちゃん
はるちゃんは そう ママのたからもの