Pertemuan

7 Agu

Syukurilah setiap anugerah perjumpaan karena setiap perjumpaan memberi perubahan dalam diri kita. Doakanlah setiap pribadi yang dijumpai karena melalui merekalah kasih Tuhan menjadi nyata dalam hidup kita.

Itu adalah status dari salah seorang Friend di Facebook saya, Robert Agung Suryanto OFM, seorang misionaris di Jawa Barat. Aku sendiri belum pernah bertemu dengan Pastor  Robert tapi melalui rangkaian pertemanan yang lain, bisa menjadi friendnya. Dan pagi itu aku merasa sejuk dengan status itu, karena sesungguhnya aku pun merasakan hal itu.

Jika teman-teman membaca posting-posting teman-teman blogger akhir-akhir ini memang dipenuhi oleh nuansa kopdar dan ramadhan. . Kopdar itu sendiri merupakan kata khusus yang dipakai di kalangan blogger, singkatan dari kopi darat. Teman-teman maya bertemu di kenyataan = kopdar =pertemuan. Dan selama 2 minggu aku berada di tempat kelahiranku ini, hampir setiap hari kupenuhi dengan kopdar dan pertemuan.Dan laporan mengenai kopdar-kopdar  itu belum sempat aku tulis di TE. Bagaimana bisa menulis kalau setiap hari jadwal padat? Atau jika ada waktu di rumahpun koneksi internet tidak memungkinkan? Benar-benar keteteran.

Kenapa sih aku begitu “getol” kopdar? Pernah kutuliskan dalam posting sang inyiak nya Putri di sini, sbb:

“It takes two to tango” kalau salah satu tidak mau tidak bisa terjadi sebuah rangkaian tarian indah.

Mas, aku senang kalau bisa mempertemukan sahabat-sahabat blogger, aku senang dia senang semua senang…apa lagi coba yang dicari. Apalagi kalau belum pernah ketemu. AKu ingin bisa bertemu semua kenalan, blogger, sahabat…at least sebelum semuanya terlambat dan Imelda hanya tinggal nama :D

Ada juga kok setelah bertemu malah menjauh dan bermusuhan, tapi yang penting aku sudah berusaha membuat jaring laba-laba yang kuat.

Kesempatanku hanya sekali setahun, karena aku jauh… Mungkin jika aku tinggal di Jakarta juga tidak akan segetol ini ingin bertemu teman :)

Hari Senin tanggal 25 Juli (aduh udah lama sekali berlalu ya?) itu aku melakukan dua pertemuan. Satu berupa kopdar dengan Uda Vizon dan satu berupa pertemuan dengan tokoh di dunia penulisan yaitu Mas Gola Gong. Keduanya orang yang saya hormati dan saya hargai karena kesederhanaannya sekaligus sepak terjangnya.

Memang sehari sebelumnya aku sempat kopdar dadakan dengan Uda Vizon, tapi saat itu boleh dikatakan aku tidak sempat bertukar sapa dengan Uda. Jadi pada pertemuan hari Senin itu aku mempunyai banyak waktu untuk bercakap-cakap dengannya.

Aku mengenal Uda Vizon melalui blog om-pak-mas Ordinary Trainer (memang dia makelar blog sejak aku mengenalnya th 2008). Kami mulai menjadi akrab sejak aku merencanakan kunjungan ke Kweni untuk bertemu bocah-bocah yatim di sana, Maret 2009. Jadi kopdar pertama kami adalah tanggal 5 Maret 2009 di hotel Rumah Mertua Yogyakarta. Bukan saja di kopdar pertama saja, tapi sejak aku chatting persiapan kunjungan, aku banyak belajar mengenai muslim dan agama islam  pada ustad bersahaja ini.

Setelah 2 tahun berselang, baru kami bertemu lagi kali ini di Jakarta. Tapi…rasanya kami sudah sering berjumpa, sampai aku kaget sendiri menemukan kenyataan bahwa aku dan Uda baru dua kali bertemu fisik. Rasanya aku cukup tahu tentang Uda dan keluarganya melalui blog, dan akhir-akhir ini melalui facebook.

Karena itu waktu kami melewati waktu dengan brunch sushi  di Sushi Tei Plaza Senayan, kami tidak lagi bertanya “Bagaimana kabar keluargamu” tapi sudah langsung berbicara mengenai pemikiran-pemikiran dan cerita-cerita lain yang belum diketahui dari blog masing-masing. Tentang gempa di Tohoku, tentang PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) seorang anak di Padang yang menyebabkan bapaknya pindah kerja, pindah kota. Suatu cerita yang sama yang dialami oleh adik iparku pasca gempa, meskipun penyelesaiannya berbeda. Mengenai kuliner Jepang karena kami makan sushi, mengenai pendidikan di Jepang dan lain-lain. Silakan baca juga tulisan Uda tentang kopdar kami di sini.

Satu tambahan cerita seperti yang juga sudah dituliskan Uda yaitu waktu kami keluar dari restoran sushi kami berpapasan dengan 4-5 orang murid SMA berseragam. Kami menyatakan keheranan kami dengan berpandangan, dan membandingkan situasinya dengan kami di jaman dulu. Mau traktir makan bakso saja susah, ehhh ini ke restoran sushi yang sudah pasti jauuuh lebih mahal, dan … yah bukanlah tempat makan yang cocok untuk pelajar. Mewah!

Tapi ternyata aku baru mengetahui  dari Apin sempai bahwa sekarang ada trend, kecenderungan di kalangan remaja untuk berlomba-lomba makan sushi. Seakan sushi itu menjadi “standar pergaulan”. Belum asyik rasanya kalau remaja sekarang tidak bisa makan sushi. Sehingga katanya banyak orang tua yang “terpaksa” mengantar anaknya makan sushi dan menraktir anak-anak di restoran sushi, sedangkan dia si orang tua sendiri tidak makan, HANYA SUPAYA ANAKNYA TIDAK KETINGGALAN JAMAN, dan tidak dikucilkan. Waaah suatu pendidikan yang salah. Jika alasannya untuk kesehatan (karena sushi itu memang termasuk makanan sehat) OK deh. Tapi untuk memenuhi standar pergaulan? Salah besar tuh. Turut prihatin atas kecenderungan ini. Di satu pihak aku memang senang bahwa semakin banyak orang Indonesia bisa makan dan mengetahui kuliner Jepang, tapi jika hanya untuk menjadi GAUL… tunggu dulu deh. Kerja dulu, cari uang sendiri dulu baru boleh makan makanan yang mahal. Tentu saja aku tidak menentang jika orang tua membelikan makanan mahal pada anaknya SESEKALI, karena aku juga selalu berusaha memberikan kesempatan pada anak-anakku untuk makan yang mewah dalam kondisi tertentu seperti peringatan/selamatan, tapi jangan jadikan kebiasaan. Memang benar “duit gue ini“, tapi pikirkan dampak negatifnya juga terutama di masa depan.

Terima kasih atas pertemuannya Uda. Semoga kita dapat bertemu lagi.

 

 

 

 

 

 

Through the years

14 Agu

Mungkin jika aku ditanya, masa apa yang paling kamu sukai, maka aku akan menjawab, masa SMP. Bagiku masa SMP adalah masa yang paling indah, dan sekaligus paling menyulitkan. Di masa itu aku juga seperti lahir kembali, menjadi manusia baru (baca 13tahun). Karena itu juga mungkin yang menyebabkan aku ingin berjumpa dengan teman-teman SMP setiap aku pulang kampung bin mudik. Dan kalaupun aku pulang diam-diam seperti kali ini, mereka pasti akan mendesak aku mengatur pertemuan reuni SMP.

Apalagi jika ada anggota alumni yang tinggal di luar negeri datang, menjadi suatu kesempatan atau alasan untuk   berkumpul. Dan ternyata waktu aku ada di Jakarta ini pula, seorang teman Sarah Akib yang tinggal di China, tepatnya di Guangzhou, mudik juga. Jadilah buru-buru mengadakan pertemuan pada tanggal 3o Juli, di Cafe Amor (di sini enak soalnya serasa rumah sendiri, meskipun makanannya kurang hehehe). Karena diadakan hari Kamis maka banyak yang tidak bisa datang, hanya sekitar 15 orang yang bisa berkumpul dan ngobrol bersama. Yah memang bukan reuni sih, karena kalau reuni tentu harus direncanakan jauh-jauh hari, dan kudu di hari yang terbanyak orang bisa datang. Oleh Sarah, pertemuan kami ini masuk dalam kategori “Batavia Connection”. Kereeen…. (kata baru dalam kamus Riku, selain banget, doang, dong)

ex tar583

Sarah Yana temanku ini bekerja di Saatchi&Saatchi, dan di waktu senggangnya dia membuat design kalung, dan anting-anting. Jadi deh cewek-cewek “ngiler” melihat kreasi dia dan buru-buru melihat dompet nya apakah bisa membeli, karena tentunya kurs sono. Yang lucu, Sarah selalu memberi harga dengan angka delapan…. (kayak aku angka keberuntungannya 8). Mau lihat contoh desainnya? silakan buka web pribadinya di  Yana Yana Jewelry.

Sayangnya, seorang teman kami Xenia Leon, yang juga bermukim di New York, tidak bisa hadir waktu kami mengadakan acara kumpul-kumpul ini. Padahal kami pernah mempunyai keinginan untuk bisa bertemu bulan Agustus tahun ini. Tapi memang Tuhan itu Ajaib, ternyata yang tadinya pas kita mengadakan acara kumpul-kumpul ini, Xenia hanya bisa melihat foto-fotonya saja…. Tak lama dia menghubungiku di fesbuk, bahwa dia berhasil mendapatkan tiket dan akan berada di Jakarta dari tanggal 7 sampai 14 Agustus.

at Dhamawangsa Square, 10 Agustus 2009

Waktu yang mepet, dan tidak adanya “hari-hari weekends” yang bisa dipakai, menyebabkan tidak banyak teman yang bisa hadir, pada tanggal 10 Agustus lalu, di Gelato Bar, Dharmawangsa Square. Tapi aku senang sekali bisa bertemu dengan Xenia, yang merupakan sahabat karibku di SMP. Kami bisa bertemu kembali, otomatis setelah 25 tahunan. Xenia pernah mendorongku untuk belajar gitar (dia piawai sekali bermain gitar, maklum masih sodaraan dengan Ully Sigar dan Paramitha Rusady) . Gitar dibeli, tapi apa daya emang aku ngga berbakat bermain alat musik…. jadilah gitar itu dipakai Tina, adikku. Semoga Xenia dan Pastor Daniel suaminya, bisa sukses dan bijaksana terus memimpin umatnya di gereja City Blessing, NY.

lunch dengan teman-teman ex IPA Tarki, 27 Juli 2009 di Plaza Senayan
lunch dengan teman-teman ex IPA Tarki, 27 Juli 2009 di Plaza Senayan

Lalu apakah aku hanya bertemu dengan teman-teman SMP? Hmmm tidak, meskipun tidak beramai-ramai, aku sempat “nyempil” di acara makan siang teman-teman SMA, yang berkumpul di Plaza Senayan, tanggal 27 Juli lalu. Itu gara-gara status di fesbuk, sehingga akhirnya aku bisa bertemu teman-teman kelas IPA SMA, setelah 23 tahun tidak bertemu.Jadi menulis status di FB kadang kala membantu juga dalam meniti kenangan.

Kemudian tanggal 11 Agustus (Selasa), pagi-pagi teman SMA ku, Diajeng mengirim sms….”Mel,  siang hari ini kamu ada acr di mana? Mungkin aku bs say ‘hi’ sm kamu bntar…atau kalo waktunya mnkin bs ngobrol….” Well, hari ini kau masih kosong, so jadilah kami janjian bertemu untuk makan siang. Dan entah kenapa saat itu aku sedang terngiang-ngiang lagunya “Kenny Rogers” yang berjudul “Through the Years”. Sebuah lagu yang sebetulnya cocok untuk dikirimkan bagi mereka yang sedang merayakan ulang tahun pernikahan…

I can’t remember when you weren’t there
When I didn’t care for anyone but you
I swear we’ve been through everything there is
Can’t imagine anything we’ve missed
Can’t imagine anything the two of us can’t do

Through the years, you’ve never let me down
You turned my life around, the sweetest days I’ve found
I’ve found with you … Through the years
I’ve never been afraid, I’ve loved the life we’ve made
And I’m so glad I’ve stayed, right here with you
Through the years

I can’t remember what I used to do
Who I trusted, who I listened to before
I swear you taught me everything I know
Can’t imagine needing someone so
But through the years it seems to me
I need you more and more

Through the years, through all the good and bad
I KNOW how much we had, I’ve always been so glad
To be with you … Through the years
It’s better every day, you’ve kissed my tears away
As long as it’s okay, I’ll stay with you
Through the years

Through the years, when everything went wrong
Together we were strong, I know that I belong
Right here with you … Through the years
I never had a doubt, we’d always work things out
I’ve learned what life’s about, by loving you
Through the years

Well, aku memang penggemar music country, dan penggemar Kenny Rogers, dan aku pernah mendengar ada restoran yang bernama Kenny Rogers. Nah, mengikuti kata hatiku, aku minta Diajeng untuk bertemu di Kenny Rogers, yang ada di Pasific Place, LG. Hanya karena nama yang sama! Aku ngotot banget untuk ke sana. Dan setelah sampai di sana baru tahu bahwa resto KR ini hanya berupa space terbuka di bagian Kem Chick lantai LG, bukan restoran tertutup. Masakannya ayam panggang. But enak! Memang enak. Banyak bulebule yang makan di situ pada siang hari itu.

ayam panggang Kenny Rogers

Diajeng adalah temanku waktu SMA, sama-sama IPA juga tapi beda kelas. Kami sering bertemu pada kegiatan ekskul Science Club, tapi karena tidak sekelas ya jadinya tidak akrab. Kami baru akrab setelah ada facebook, dan Diajeng mulai mengunjungi blog TE ini. Sekarang dia sudah punya blog sendiri dan bahkan sudah menuliskan perjumpaan kami dengan lengkap. Terima kasih untuk lunch yang berkesan ya jeng.

Melengkapi rangkaian “meniti kenangan” tahun ini, aku juga bertemu dengan teman akrab di masa SMA. Brahmantyo datang bersama Rina, istrinya dan menikmati masakan Jepang di Sushi Tei, Senayan City 12 Agustus 2009. Aku berkenalan dengan Brahm di suatu retret di Wisma Samadi, Klender, saat ada retret gabungan 4 sekolah katolik Jakarta, yaitu Tarakanita, Pangudi Luhur, Theresia dan Canisius. Brahm dari Canisius, tapi sebelumnya dia bersekolah di sekolahannya DV di De Britto, Yogyakarta. Jadilah kami bercakap-cakap mengejar ketinggalan bertahun-tahun dengan informasi keluarga dan teman-teman.

Well, kalau mau dihitung, dalam 28 hari aku melewati liburan di Jakarta (dan sebentar lagi berakhir) , aku memang banyak bertemu dengan teman-teman. Baik lama maupun baru, baik kopdar maupun reuni. Sehingga ingin aku menamakan liburan summer 2009 ini dengan “Silaturahmi bersama KOALA”. Koalanya itu si Kai, karena dia memang nempel terus padaku, sehingga hampir semua pertemuan dia pasti ikut. hihihi. So, Gajah (aku), Riku dan Koala sangat menikmati liburan kali ini, dan harus mulai mengepak barang-barang kembali ke dalam koper, untuk menghadapi kenyataan bahwa hidup itu terus berjalan (dan mungkin berlari) ….