Rahasia Arrietty

23 Nov

Meskipun aku bukan fans film, aku penyuka film-film dari Studio Ghibli, pembuat film animasi. Tapi di blog  TE ini aku baru menulis tentang Ponyo. Padahal banyak sekali yang aku suka loh, seperti Totoro Howl dan Majo no Takkyubin (Kiki Delivery Service).

Akhir pekan lalu kami meminjam DVD yang berjudul Karigurashi no Arrietty, yang kalau diterjemahkan menjadi The Borrower Arrietty atau The Secret World of Arrietty. Ini merupakan film terbaru dari Ghibli, yang diputar di bioskop musim panas tahun 2010 lalu.

poster film Ghibli: Karigurashi no Arrietty

Film ini dibuat berdasarkan novel dari Mary Norton yang berjudul “The Borrower” yang mendapatkan Carnegie Medal tahun 1953.  Rupanya Miyazaki Hayao memendam obsesi untuk membuat film animasi ini selama 40 tahun, dan akhirnya bisa selesai tahun lalu. Seperti Ponyo, warna-warna yang dipakai dalam film ini memang kaya dan penuh detil-detil yang mengagumkan untuk film animasi. Jika ada kesempatan menonton, coba perhatikan tetes hujan yang begitu real. Cuma aku merasa karakter manusia yang keluar dalam film-film Ghibli ini hampir sama semua mukanya. Ya memang sulit untuk menciptakan perbedaan yang mencolok dalam wajah wanita dan pria dalam film animasi. Yang pasti mata mereka besar dan bagus, seperti idaman semua orang Jepang untuk memiliki mata yang besar dan bagus.

Cerita dimulai dengan kedatangan pemuda Sho ke rumah tante ibunya (selanjutnya aku sebut Sadako) . Kabarnya setting rumah ini di Koganei, daerah barat Tokyo, yang cukup dekat dengan rumahku. Sho menderita penyakit jantung bawaan dan akan dioperasi. Orangtuanya sudah bercerai, dan ibunya adalah seorang diplomat yang sering pergi ke luar negeri. Bagi Sho, hubungan keluarga sangat tipis dan dia merasa dia akan mati dalam operasi nantinya. Waktu Sho datang, dia melihat kucingnya mengejar sesuatu, dan dia merasa seperti melihat seorang  “mini” yang mungkin hanya setinggi 10 cm. Sho sering mendengar dari ibunya bahwa di rumah itu, rumah tempat ibunya dibesarkan, terdapat manusia kecil seperti liliput.

Arrietty tinggal di bawah lantai rumah nenek Sadako, bersama ibu dan bapaknya. Ibunya bernama Homily dan bapaknya bernama Tod. Waktu Sho datang, Arrietty sedang mencari dedaunan dan bunga untuk ibunya. Mereka adalah “borrower” karigurashi, yang “meminjam” barang-barang dan makanan dari manusia untuk bertahan hidup. Padahal menurut manusia, mereka adalah “pengambil” titik. Nah malam itu Arrietty ikut dengan bapaknya untuk “berburu” makanan dan barang. Homily minta mereka mengambilkan gula cube dan tissue. Bagi seorang liliput yang hanya setinggi 10 cm, perjalanan mengambil barang-barang itu merupakan petualangan yang berbahaya. Kecoak menjadi binatang yang berbahaya buat mereka.

Setelah berhasil mengambil gula cube,  mereka mengambil tissue yang berada di atas meja sebelah tempat tidur Sho. Sho terbangun dan melihat Arrietty. Mereka bertatapan, dan Arrietty menjatuhkan gula waktu melarikan diri bersama bapaknya. Ya, keberadaan mereka tidak boleh diketahui manusia. Begitu ada manusia yang tahu, mereka harus pindah rumah. Padahal Sho hanya ingin berteman dengan Arrietty dan membuktikan cerita ibunya tentang liliput ini. Sho juga iri pada Arrietty yang tinggal bersama kedua orang tuanya.

Tetapi di rumah itu selain Sadako, tinggal juga seorang pembantu bernama Haru, yang ingin sekali menangkap liliput ini. Dia berhasil menangkap Homily dan memanggil “pasukan” pembasmi tikus. Sho membantu Arrietty membebaskan ibunya yang ditaruh dalam stoples dalam gudang.

Perpisahan Sho dan Arrietty mengharukan tapi menjadikan titik awal kehidupan mereka yang baru. Sho bersemangat untuk sembuh, sedangkan Arrietty bersama keluarganya pindah ke tempat yang baru. Durasi film ini 94 menit, tapi dari segi isi cerita aku merasa ada yang kurang, terasa biasa saja. Tapi tentu saja aku menikmati gambar dan warna yang bagus, bagaikan di surga (ntah surga seperti itu atau bukan hehehe). Silakan menilai sendiri film ini jika ada kesempatan untuk menontonnya.

Kamar Arrietty yang berada di bawah lantai rumah manusia. Warnanya keren kan...

Lucky I was born: Ponyo

17 Nov

Sahabatku Eka bertanya padaku waktu aku menulis “Ponyo” sebagai status di YM,    “Mbak EM, ponyo itu penyu ya?. Lalu saya jawab bahwa Ponyo adalah nama karakter di sebuah film kartun karya Studio Ghibli, yang saya tonton hari Minggu yang lalu di rumah mertua dari DVD.  Dan saya berjanji untuk menuliskan tentang film ini.

Judul film yang lengkap adalah “Gake no Ue no Ponyo” atau terjemahan resmi bahasa Inggrisnya Ponyo on the Cliff by the Sea.  Ponyo di atas bukit. Well, Ponyo yang menjadi primadona cerita ini adalah seekor ikan, yang kalau dilihat ya seperti ikan mas koki.

Ponyo, anak ikan yang terdampar dan berkenalan dengan Sosuke, anak berusia 5 tahun
Ponyo, anak ikan yang terdampar dan berkenalan dengan Sosuke, anak berusia 5 tahun

Nah, si Ponyo ini terdampar di pantai di bawah rumah Sosuke, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun. Sosuke ini tinggal di sebuah rumah di atas bukit bersama Risa, ibunya dan Kouichi, ayahnya. Ayahnya seorang pelaut sedangkan ibunya, Risa bekerja sebagai perawat/ pramu rukti untuk panti jompo.

Waktu Sosuke menemukan Ponyo, anak ikan ini berada dalam tabung gelas, sehingga Sosuke harus memecahkannya supaya dapat memindahkan Ponyo ke dalam ember. Saat itu Sosuke terluka dan dijilat oleh Ponyo. Ini kemudian yang membuat Ponyo bisa berubah menjadi manusia.

Sosuke, bocah laki-laki berusia 5 tahun yang menolong Ponyo
Sosuke, bocah laki-laki berusia 5 tahun yang menolong Ponyo

Sosuke menamakan ikan yang dia temukan dengan Ponyo, dan berjanji melindungi Ponyo. Karena dia harus pergi ke Penitipan waktu ibunya bekerja, dia juga harus membawa Ponyo bersamanya. Setiap kali ibunya bekerja di Panti Jompo, maka Sosuke pergi ke penitipan yang berada di dekatnya. Yang mengherankan memang anak seusia 5 tahun itu turun di tempat kerja ibunya, lalu pergi ke penitipan sendiri. Kalau dalam kenyataan tentu tidak bisa.

Sebetulnya Ponyo bernama “Brunhilda”, anak dari Manusia Jejadian bernama Fujimoto dengan Dewi Laut Granmammare yang amat cantik. Tapi Ponyo setelah bertemu dengan Sosuke, ingin menjadi manusia. Dengan kemauan yang kuat, dia bisa memunculkan kaki dan tangan seperti manusia. Memang Ponyo sebenarnya mempunyai kekuatan magis. Dia juga memecahkan sumur berisi “air kehidupan” yang akhirnya menimbulkan tsunami di dunia.

Granmammare, sang dewi laut, ibu dari Ponyo
Granmammare, sang dewi laut, ibu dari Ponyo

Di tengah-tengah badai besar yang terjadi, Ponyo telah berubah menjadi gadis kecil seusia Sosuke, berlari di atas air mencari Sosuke. Sosuke langsung mengenali Ponyo yang sudah berubah menjadi anak perempuan itu. Maka untuk malam itu, Ponyo tinggal bersama Sosuke di rumah atas bukit. Mereka tinggal berdua karena ibu Sosuke, Risa kembali ke panti jompo karena mengkhawatirkan kondisi para nenek di sana.

Sosuke dan Ponyo terbangun di pagi hari dan melihat sekeliling mereka sudah tergenang air. Melalui pengalaman-pengalaman menakjubkan seperti menaiki perahu Sosuke yang menjadi besar guna mencari ibu Sosuke, beberapa kali Ponyo berubah menjadi setengah ikan setengah manusia. Ini merupakan ujian yang diberikan oleh ibu Ponyo, yang bersedia mengabulkan keinginan Ponyo untuk menjadi manusia… jika Sosuke bersedia menerima Ponyo apa adanya. Dan memang akhirnya Sosuke menjawab, dia menyukai Ponyo dalam bentuk ikan, setengah ikan setengah manusia dan bentuk manusia. Endingnya memang seperti dipaksakan mengikuti cerita Disney yaitu Sosuke harus mencium Ponyo supaya “sihir” bisa dimusnahkan.

gambar poster film Ponyo
gambar poster film Ponyo

Menonton karya Ghibli buat saya, merupakan salah satu hiburan yang bisa didapat dengan murah. Warna-warna yang dipakai amat sangat berbeda dengan animasi disney atau pixar. Warna-warnanya lebih kaya dan lembut. Saya selalu menyukai film animasi dari Ghibli ini, meskipun untuk film Ponyo ini, saya merasa anti klimaks dari sudut ceritanya. Warna tetap bagus, demikian juga dengan gerak dari ikan-ikan, laut benar-benar seperti kita berada di dalam air. Ponyo sendiri merupakan karya Miyazaki Hayao yang ke delapan, dan muncul setelah 4 tahun vakum setelah menghasilkan karya spektakuler, “Howl the Moving Castle”, yang mendapat pengakuan dunia. (Saya belum pernah tulis tentang Howl ya? padahal ini film yang paling saya suka… nanti deh kapan-kapan). Film ini dirilis musim panas tahun 2008 (Aku senang di Jepang setiap musim panas pasti ada film anak-anak yang dirilis), dan mendapat julukan Animation of the Year of 2008 selain penghargaan lain. Untuk lengkapnya dapat dibaca di Wikipedia berbahasa Inggris.

Yang pasti tema song dari film ini sudah merasuk ke anak-anak seluruh negeri, dan merupakan lagu yang pasti dinyanyikan dalam acara-acara anak-anak. Rikupun sudah hafal lagu ini yang katanya juga akan dinyanyikan dalam acara “Pertemuan Musik” awal Desember yang akan datang. Jika mau mendengar lagunya silakan putar Youtube di bawah ini.

Ada beberapa catch phrase/catch copy (ini adalah bahasa Japlish untuk “advertising slogan”) yang dipakai bersumber dari film Ponyo ini, antara lain:

“生まれてきてよかったUmaretekite yokatta” Lucky I was born” .… amat senang dilahirkan ke dunia.

”子供のころの約束は永遠に忘れない Kodomonokoro no yakusoku wa eien ni wasurenai” “Janji waktu kecil tidak akan pernah dilupakan seumur hidup”… “A promise is a promise”…well something like that deh. (Aku ada janji waktu kecil ngga ya? Kayaknya ngga ada deh….)

gambar diambil dari website resmi Ponyo