Kata “sibuk” dalam bahasa Jepang ditulis sebagai 忙しい, yang merupakan gabungan kanji kokoro 心 berarti hati, dan kanji nakusu 亡くす berarti kehilangan. Jadi “sibuk” adalah “kehilangan hati”. Aku merasa orang yang menciptakan kanji itu kok hebat sekali ya….. Karena memang benar jika orang menjadi sibuk, seringkali kehilangan hati, perasaan misalnya dengan marah-marah dan membentak terus.
Apakah aku sedang kehilangan hati? Tidak juga…. justru di saat sibuk begini, aku memperhatikan hal-hal kecil yang mungkin tidak terlihat jika aku banyak waktu. Misalnya suatu ketika, aku sedang berada di dapur. Riku dan Kai sedang makan, dan kebetulan pada suapan terakhir Riku merasa pedas.
“Mama…pedas…. minta minum”
Aku cepat-cepat mau mengambilkan minum, tapi aku terpana melihat Kai dengan reflexnya mengambil gelas minumannya dan memberikannya pada Riku, dan meminumkan isinya. Tindakan seperti ini membuatku kelu, dan menghangatkan hatiku. Meskipun mereka berdua sering berkelahi dan teriak-teriak, tapi Kai sangat sayang pada kakaknya. Sampai-sampai dia juga tidak mau pergi ke penitipan jika kakaknya tidak sekolah.
Emang sibuk apaan sih? Mungkin kalau pernah membaca tulisan-tulisan saya di masa yang sama tahun lalu bisa mengetahui bahwa ibu rumah tangga di Jepang sibuk sekali di bulan Desember, shiwasu 師走 nama asli bahasa Jepang kunonya. Kedua kanji itu berarti “pendeta Buddha berlari”. Mana pernah kita melihat pendeta Buddha berlari? Setiap gerakan pendeta Buddha anggun dan penuh makna, jadi kalau dia sampai berlari berarti benar-benar sibuk. Osooji (membersihkan kuil/rumah besar-besar), mengirim oseibo (hadiah musim dingin pada orang tertentu), mempersiapkan nengajo (kartu tahun baru) yang harus dikumpulkan di kantor pos paling lambat tanggal 25 Desember, jika kita mau agar kartu itu sampai tepat tanggal 1 Januari. De Miyashita belum pernah tepat waktu (tahun lalu juga terlambat), tapi tahun ini bacchiri…. desain sudah jadi dan sudah diprint, tinggal nama dan alamat tujuan saja.
Karena tahun depan adalah tahun macan atau Toradoshi 寅年 jadi si Tigger temannya Winnie de Pooh bisa menghias kartu tahun baru sebagai perangkonya. Si Pooh tidak akan pernah bisa sendirian jadi perangko soalnya ngga ada Shio Beruang sih hihihi. Banyak juga yang bertanya, kok orang Jepang masih saja menulis kartu tahun baru dan mengirim lewat pos dijaman sms dan internet begini? Well, budaya menulis dan memberikan kabar lewat pos memang sudah menjadi tradisi di sini sejak berabad lalu, dan tidak akan hilang, meskipun tentu saja menyusut. Dulu aku pribadi menulis sekitar 100-150 kartu tahun baru, tapi sekarang paling-paling hanya 50 lembar. Kenapa menyusut? Karena dulu aku mengajar di banyak tempat dengan murid yang banyak, sehingga kalau murid mengirim, pasti kubalas. Sekarang hanya mengajar di universitas, dan mahasiswa tidak ada yang mengirim kartu tahun baru. Kartu tahun baru lebih untuk menjaga silaturahmi dan memang jumlah orang yang pasti setiap tahun mengirim = sahabat atau kolega cuma sedikit. Selain itu jumlah yang dikirim tiap tahun berbeda, apabila kita menerima mochuhagaki 喪中はがき, kartu pos pemberitahuan bahwa ada anggota keluarga yang meninggal, seperti yang pernah saya tulis di sini. Keluarga yang anggota keluarganya ada yang meninggal di tahun ini, diharapkan tidak merayakan tahun baru dengan meriah. Jadi mereka mengirim mochuhagaki kepada kerabat supaya tidak menerima nengajo (kartu tahun baru) tanggal 1 Januari nanti.
Selain kebiasaan menulis nengajo yang sudah membudaya, pihak kantor pos menyediakan hadiah undian yang menarik. Coba lihat angka-angka di bagian bawah kartu pos. Biasanya diperhatikan 6 angka di sebelah kanan saja. Semisal nanti keluar dua angka terakhir 45 berhak mendapat perangko khusus, atau tiga angka terakhir yang terpilih mendapat jam dsb. Untuk hadiah pertama bisa pilih salah satu dari 5 hadiah utama. Untuk tahun ini hadiah utamanya adalah TV Aquos 32V, Wisata ke Hawai-Hongkong-Seoul untuk 2 orang, set komputer+printer+ camera digital, digital video camera dan office goods set (mungkin untuk perusahaan ya). Wah kalau saja aku dapat hadiah pertama…pengennya sih TV Aquos, soalnya sekarang de Miyashita ngga ada TV sudah rusak, dan sekarang darurat pakai TV 14 inch, hadiah waktu aku menang juara karaoke sekitar 10 tahun lalu hihihi.
Yang berubah dari nengajo tahun lalu adalah adanya barcode di kanan bawah untuk mengetahui pengumuman penarikan undia lewat HP. Hmmm aku jarang pakai barcode begini, nanti setelah penarikan undian tgl 24 Januari mau coba ahhh. Dan tadi baru jalan-jalan ke websitenya Japan Post, ternyata ada juga layanan pembuatan kartu tahun baru lewat web. Dari pilih gambar, tulis alamat tujuan sampai print dilakukan pihak Pos, kita hanya pilih-pilih dan isi alamat, dan…. bisa bayar pakai credit card/transfer bank. Hmmm menghemat tinta printer dan waktu juga nih. Cuma de Miyashita selalu buat desain sendiri pakai foto atau ilustrasi sih, jadi untuk layanan website ini sepertinya masih musti nunggu beberapa tahun lagi untuk dicoba. Mungkin kalau anak-anak sudah SMP malas difoto (dan biasanya kalau sudah SMP jarang ada yang mengirim foto anak-anaknya) …. nah saat itu deh. Berhubung Gen paling males di foto, dan aku kan ngga bisa narsis sendirian hihihi.
Satu lagi kehebatan dari Japan Post ini… aku kasih tahu ya. Semisal kita gagal mencetak, entah karena cetakannya jelek, nama/alamat salah, atau tercetak dobel untuk orang yang sama. Selama belum pernah dikirim, berarti “perangko” belum terpakai. Berarti kita rugi 50yen dong (harga perangko dalam negeri Jepang adalah 50 yen) Kita bisa mengembalikan nengajo gagal itu ke kantor pos dan mendapat kembalian berupa kartu pos lain (selain nengajo) atau perangko. Meskipun dipotong biaya 5 yen setiap lembar, 45 yen bisa kita dapatkan kembali. Nah kalau kartu pos gagal ada 10 lembar, 450 yen kan lumayan banget tuh… Tahun kemarin aku melakukan kesalahan yang bodoh sekali. Setiap nama tercetak sebanyak 3 lembar, karena lupa mengganti setting printer menjadi 1 lembar sesudah mencetak gambar desainnya. Yang dikirim tentu saja cuma satu lembar dong, kalau tidak si Anu bisa bingung menerima 3 lembar kartu dari Imelda hahahhaa. Jadi ada kartu pos gagal 2 lembar untuk satu nama. Pantas aku pikir kok 100 lembar cepat sekali habisnya, padahal belum semua nama diprint hihihi. Bodoh bener. BAKA (dongo/bodoh)!
Nah, jadi alasan aku jarang mengupdate blogku sekarang adalah karena aku sibuk buat nengajo, oosoji bebersih yang kemudian diberantakin dan dikotorin oleh krucil-krucil (minjam istilahnya Kris dan Nana…. kangen euy sama Kris dan Nana karena mereka jarang online sudah pulkam) , menyelesaikan urusan bank/kelurahan, masih musti ikut rapat terakhir PTA (Parent Teacher Association) SD nya Riku yang akan saya coba tulis di postingan lain, belanja dan masak untuk persiapan Natal dan Tahun Baru. Aku juga pertama kali mencoba buat kue kering Nastar dan Kaastengels sendiri, improvisasi resep tradisional Coutrier’s ala Imelda. Hasilnya? Kurang banyak jumlahnya!…. rasanya sih OK punya. You know what, di sini sulit untuk mencari mentega kiloan, keju kiloan, daging kiloan, segala yang kiloan deh… juga ayam utuh di supermarket biasa, harus cari toko grosiran dan itu jauh dari rumah …. Untung ada buah Nanas yang relatif murah untuk membuat selai nanas sendiri.
Well countdown to Christmas Eve tinggal besok, masih banyak yang harus dikerjakan . Tapi biarlah, yang pasti de Miyashita mau menikmati hari ini, 23 Desember hari libur untuk memperingati ulang tahun Kaisar. (Miris ya ulang tahun Kaisar dirayakan tapi ulang tahun Yesus bukan hari libur …hiks).
Selamat Hari RABU friends…..