Hari ke 14 – Homecoming – Come to My Home

7 Mar

Hari ke 14, hari terakhir bulan Februari, 28 Februari 2009. Aku di rumah saja. Karena hari ini aku akan kedatangan banyak tamu. Bahkan secara tiba-tiba banyak saudara yang bertandang ke rumah, karena rumahnya ada saudara jauh yang akan menikah.

Tamu pertama aku adalah de Mascayo’s…. Mas Cahyo yang pengelola blog http://mascayo.com, istrinya mbak S dan si manis Zia. Mereka datang pukul 12:30 dan karena banyak anak-anak, aku membeli Mac Donald dengan maksud supaya anak-anak bisa makan bersama dan bermain. Eeee Zianya malu, anakku juga malu, begitu juga saudara-saudara yang lain Dharma, Sophie dan Kei. Jadinya tidak bermain malahan menonton video Ants. Kata Mas Cahyo, Zia itu mirip papanya, karena itu perlu kehadiran “pengencer” Mbak S nya hihihi. Sambil ngobrol ngalor-ngidul terutama soal perusahaan Jepang yang ada di Indonesia, kita mulai khawatir juga dengan hujan yang mengguyur di luar. Memang tidak lebat sih, tapi juga menahan dan membuat de Mascayo’s urung pulang. Jadi begitu hujan berhenti, Keluarga ini pamit pulang.

Setelah tamu pulang, aku sempat istirahat siang sebentar bersama Kai. Kai mulai demam dan rewel. Untung dia mau bermain dengan mbak Riana, yang memang dia sudah pernah bertemu sebelumnya waktu kami pulang Oktober lalu.

Tamu agung aku yang ke dua hari ini adalah ENDAYORI….. yang mengadakan pertemuan part 2 di rumahku. Tadinya aku memang berniat untuk masak masakan Jepang, paling tidak mau coba masak okonomiyaki. Tapi berhubung rumah di jkt ini bukan milikku, dan aku kurang tau penyimpanan barang-barang untuk memasak, dan jarak antara dapur dengan ruang tamu yang cukup jauh sedangkan masakan jepang itu paling enak kalau langsung dimakan setelah matang, jadi aku urungkan niat untuk memasak. Tema hari ini bukan pada makannya tapi justru pada ngobrolnya kok.

Yoga data ng kemudian kita menyusun menu untuk minta delivery. Tidak lama setelah pukul 7 malam, Ibu Enny muncul dengan memakai baju sutra berwarna biru yang manis. Dan tak lama sesudah itu lengkaplah kehadiran ENDAYORI dengan datangnya Daniel Mahendra. Dan ternyata kami juga kedatangan seorang tamu dari jauh, yaitu Mbak Noengki Prameswari yang kebetulan waktu itu sedang berada di Bandung dalam rangka tugas. Jadilah Endayori plus ibu dokter gigi yang manis ini.

Ngobrol punya ngobrol, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Pertemuan jilid dua sudah terlaksana dengan baik. Dan semoga masih ada pertemuan jilid berikutnya yang entah kapan akan terjadi lagi. Semoga saja bisa diadakan di Jepang, sehingga bisa saya masakin makanan Jepang.

Di Jepang Ada Pencuri?

22 Okt

Yah pasti ada deh…. Akhir-akhir ini saya baca banyak teman blogger yang menulis tentang kondisi perumahannya. Ada soal pagar, keamanan, banjir dsb.  Saya akan bercerita sedikit tentang rumah saya di Tokyo.

Waktu pertama datang ke Jepang, saya tinggal bersama keluarga Jepang yang kaya. Rumahnya terletak di Meguro distric, dekat dengan kota anak muda Shibuya (kira-kira 15 menit) dan Harajuku (20 menit). Konsekuensinya tentu saja harga eceran di sekitar perumahan itu agak mahal.

Setelah 4 tahun saya tinggal di situ, dan nenek yang selalu menghalangi saya untuk pindah itu meninggal, saya pindah ke apartemen atau tepatnya mansion. OK saya jelaskan apa bedanya apartemen dan Mansion di Jepang. Apartemen itu mungkin lebih seperti rumah kos-kosan di Indonesia. Paling tinggi berlantai 3, bentuknya sederhana dan biasanya terbuat dari kayu. Sedangkan mansion bentuknya lebih berupa gedung tinggi di atas 4 tingkat dan terbuat dari beton. Mansion yang lama biasanya tidak ber-lift. Nah kalau yang disebut apartemen di Jakarta itu lebih dekat ke mansion atau yang mewah ke condominium (biasanya di Tokyo bertingkat 20-an dan terletak di daerah pusat kota sehingga mahal sekali). Nah sesudah 4 tahun itu saya pindah ke mansion lama yang letaknya sekitar 2 menit berjalan kaki dari rumah awal. Menempati sebuah pojok di lantai 4, dengan 2 kamar tidur, dapur, living (2LDK) . Saya memilih mansion ini karena Tina adik saya akan datang ke Tokyo dan menemani saya tinggal bersama. Karena mansion itu manison tua jadi tidak ada lift, olahraga terus setiap hari naik turun tangga 4 lantai. Belum lagi kalau ada yang ketinggalan.

Kemudian 9 tahun yang lalu, karena saya akan menikah, saya pindah ke mansion yang sekarang yang masih di dalam Tokyo tapi lebih ke utara. Maksudnya supaya perjalanan Gen dan saya, tidak terlalu jauh. Gen menjauhi pusat kota, sedangkan saya kerjanya lebih banyak di dalam kota. (Yang enak Gen bisa duduk di kereta karena arus balik, sedangkan saya …harus berjuang dalam rush hour).

Pojok yang saya tempati ini terletak di lantai 4 dari 5 tingkat, dan persis terletak di samping lift. Saya suka mansion ini karena serba putih dengan teras yang lebar dan memanjang untuk 3 kamar (3LDK). Saya kurang suka interior berwarna coklat karena gelap kesannya. Dindingnya juga banyak dan luas, sehingga seluruh dinding saya pasang rak buku sampai langit-langit (susyah kalau dua-duanya suka buku + CD kerjaan saya) Jadi hiasan dinding saya adalah buku, jangan harap ada hiasan lain…. palingan frame foto.

Nah kejadiannya tanggal 10 Januari 2002. Mulai sekitar tgl 20 Desember 2001 sampai 6 januari 2002, saya berwisata (sendiri tanpa Gen) ke Munchen. Ceritanya saya dan Tina akan bergabung dnegan papa dan mama melewatkan natal di Munchen, tempat Novi (adik saya no 2) +suami dan 1 anak tinggal di Munchen untuk bekerja waktu itu. Dari Munchen, kami ke Amsterdam untuk reuni dengan keluarga di sana (menikmati pemakaian EURO yang pertama) lalu tanggal 6 Januari saya kembali ke Tokyo. Nah tanggal 10 januari itu saya harus mengajar seharian sampai malam. Tiba-tiba sebelum saya pulang, petugas administrasi di sekolah bahasa menyapa saya dan berkata, “Suami Anda menelepon”. Hmmm ada apa? Begitu saya telepon Gen, yang dia tanya hanya satu,

“Kamu bawa laptop kamu hari ini?”

“TIdak…”

” Hmmm ok… yah… laptop itu tidak ada….”

“What do you mean with tidak ada?”

“Ya dicuri… sudah kamu pulang saja cepat-cepat”.

Langsung terbang pulang, dan waktu saya sampai di rumah, saya menjumpai rumah saya berantakan… bener-bener berantakan. Polisi sudah tidak ada, karena Gen sudah menyelesaikan laporan dsb. Well, kalau sering nonton film action pasti tahu deh kondisi rumah yang dibongkar oleh penjahat untuk mencari sesuatu. Tapak kaki bersepatu (huh seballlll, padahal di Jepang kalau masuk rumah HARUS copot sepatu), kertas-kertas buku semua di jungkirbalikkan, semua laci tertarik dan dia buang isinya, semua amplop dirobekin dipikir mungkin ada uangnya…. padahal tidak ada…. edannya lagi kasur di kamar tidur diacak-acak… tas yang berisi satu set sendok garpu yang saya beli di Jerman dibongkar… dia pikir tas itu isi uang mungkin. …. pokoknya heboh…dan saya hanya bisa bengong… speechless kalau mau niru katanya om nh18.

So, apa saja yang diambil? laptop, 2 celengan (yang cukup banyak isinya…. abis khusus koin 500 yen), perhiasan (anehnya dia tahu yang mana yang emas , mana yang bukan… dia pilih booooo), walkman dan rupanya barang itu dia masukkan ke dalam satu tas handbag milik Gen.  Ya sudah apa boleh buat, kita laporkan dan minta ganti asuransi saja. Tiba-tiba Gen bilang, “Sh*t”… kenapa? Rupanya rokok Malboro 2 sloss yang saya beli di Duty Free sebagai oleh-oleh untuk dia, diambil juga oleh si pencuri… Saya bilang, alahhhh gitu aja… kan cuman tabacco…

But saya kena juga ketika keesokan harinya saya mau mencari dus-dus coklat yang saya beli dari Belanda untuk hadiah pada murid-murid… loh kok tidak ada? Ternyata sodara-sodara, ROKOK dan Coklat  itu diambil oleh si pencuri… SEBAAAAAAAAAAAL sekali… rasanya waktu itu mau nangis aja. Masak sih kamu ambil juga yang harganya cuman segitu itu… hiks kesaaaal. Dan Gen dengan kalemnya bilang,”So, you know my feeling kan? waktu tau rokok saya diambil? ” Huh… Mengerti sekali. Gomennasai.

Dan ternyata tanggal 10 Januari itu di mansion saya yang terdiri dari 25 pojok, ada 2 pojok lagi yang kemasukan pencuri dan ada 20-an rumah di sekitar mansion kami juga yang menjadi korban. Jadi, pencurinya memang berkelompok, masing-masing punya targetnya. Dan diperkirakan bukan orang Jepang (Kalau orang Jepang tidak bisa menilai value emas, permata katanya… dan caranya either lebih vulgar atau lebih rapi) Dan saya menganggap gang penjahat ini seakan mengejek polisi. Karena tanggal 10-1 kalau dibaca secara Jepang akan terbalik 1-10 , yang mana 110 adalah dial khusus untuk polisi. APES deh emang.

Tapi dari musibah ini, saya bisa mengambil hikmah yaitu belajar mengenai asuransi Jepang. Ya, ternyata computer laptop, walkman…semua alat listrik portable tidak dicover oleh asuransi. Nangis deh. Mana Gen orangnya jujur sekali, jadi semua harganya dilaporkan dengan benar, tanpa ditambah-tambah… hiks. Yang diganti hanya uang tunai maksimum 200.000 yen (meskipun yang diambil lebih dari itu), lalu 80% dari harga perhiasan. Setelah kejadian itu saya banyak mendapat nasehat dari teman-teman untuk melebihi laporan kerugian perhiasan daripada melaporkan kehilangan uang tunai… (semoga petugas asuransi ngga baca ya hihihi… dan saya tidak tahu apakah taktik ini bisa dipakai di Indonesia atau tidak). But bagi saya sudah terlaporkan, sehingga saya harus bisa menerima bahwa komputer saya hilang, dan lumayan merugi. (Komputer hilang ya sudah…. tapi data-datanya??? untung saya secara rutin selalu backup data komputer saya).

So, siapa bilang Tokyo aman? ada juga kejadian kok pencurian di sini. Terutama untuk rumah yang sering ditinggal pemiliknya. Biasanya penjahat akan mengintai kebiasaan pemilik rumah, sehingga dia tahu kapan waktu paling aman untuk masuk dan beroperasi. Kejahatan ini disebut AKISU (pengintip rumah kosong) Hmmm untung waktu itu saya kerja, kalau tidak? mungkin sudah dibunuh ya? Karena itu saya menanggapi kejadian itu sebagai “buang sial” di tahun 2002. (kalau mau  lebih berpikir mistis lagi, waktu itu saya berusia 33 tahun. 33 tahun adalah tahun sial untuk wanita di Jepang. ) Dan Riku lahir Feb 2003….