Sukaipu

1 Jul

Skype dibaca dalam pelafalan Jepang dengan su-ka-i-pu. Sebetulnya sahabat blogger Donny pernah mengatakan agar tanggal 11 November 2011 dijadikan “hari Skype bagimu dan mertuamu?”. Meskipun bagiku ada beberapa kali yang ingin kujadikan hari Skype, terutama waktu mama di Rumah Sakit dan kami “berjumpa” lewat skype. Tapi kebetulan sekali hari Jumat yang lalu adalah hari Skype yang cukup “mendebarkan” untukku.

Ceritanya mantan dosen pembimbingku di Yokohama National University  (cowok cukup keren, dan aku selalu teringat dosenku kalau melihat wajahnya Hugh Grant yang main di Notting Hill)  itu mempunyai SNS (Social Networking Service) seperti layaknya FB yang dibuat sendiri untuk mahasiswa dan mantan mahasiswanya. Terakhir aku bertemu dengan mantan dosenku ini waktu Riku berusia 2-3 tahun, berarti 6 tahun yang lalu. Dia belum pernah bertemu Kai, tapi sesekali lewat kartu tahun baru aku mengirim berita tentang Riku dan Kai. Boleh dikatakan aku sudah lama sekali tidak membuka SNS itu, tapi secara berkala, aku mengetahui perubahan atau pengumuman di SNS lewat notifikasi di email. Dan hari Kamis itu aku membaca bahwa dosenku itu membuat akun Skype, dan sudah menambahkan akun skype mahasiswa-mahasiswa yang dia ketahui, tapi belum ada reaksi. Dia tentu belum tahu akun skype-ku sehingga akulah yang mengundang akun dosenku untuk menjadi teman di skype, lalu aku matikan.

Aku memang jarang online di Skype. Biasanya kalau aku mau bicara dengan keluarga di Jakarta, janjian dulu dengan mengirim email. Nah, waktu hari Jumat, aku pulang cepat dari universitas karena ada Festival di Universitas. Setelah aku mengikuti diskusi perkembangan belajar Riku bersama guru wali kelasnya di sekolah, aku pulang dan membaca email dari adikku. Katanya papa sedang dirawat di  RS karena tidak enak badan. Dan setelah aku mengirim email ke adikku yang di Jakarta, aku secara iseng masuk online di Skype, dan….. kring…kring…. Pas kulihat siapa yang menelepon di Skype, ternyata keluar nama dosenku itu… Aduuuuh bagaimana nih 😀 ….. Mau kujawab dengan video call (pasang webcam), akunya masih kusut keringatan baru pulang…. jadi aku angkat saja callnya tanpa video, dan minta maaf tidak menyalakan webcam. Rasanya aneh saja melihat tayangan webcam dari dosen yang sudah 6 tahun tidak bertemu. Untung aku tidak pakai webcam, kalau tidak mungkin rasanya seperti ketangkap basah habis menyontek … hahaha. (Padahal sih karena akunya sudah lama sekali tidak mengirim berita padanya…..)

Bicara ngalor ngidul, dia menceritakan bahwa dia baru saja mencoba skype, jadi belum tahu cara-caranya, tapi ingin mencoba. Siapa tahu bisa mengadakan meeting dengan skype, atau bahkan reuni dengan skype. Tak terasa 25 menit kami bicara tentang macam-macam, mengejar ketinggalan berita selama 6 tahun itu. Sambil berjanji akan menghubungi lagi jika aku berada bersama adik kelasku di Jakarta nanti, aku menutup pembicaraan lewat internet sore itu karena harus menjemput Kai di TK. Wah sekarang musti hati-hati kalau online di Skype deh 😀 (takut ketangkap basah lagi gitchuuu)

Setelah menjemput Kai, aku menyalakan lagi Skype untuk berbicara dengan papa yang sedang dirawat di Rumah Sakit. Kelihatannya papa kecapekan karena mesti kejar tayang mengajar di Lemhanas dan kantor papa yang dulu. Sedih rasanya melihat dia terbaring lemah dengan selang oksigen di RS. Rasanya dia kelihatan bertambah tua sejak mama meninggal 🙁 Semoga benar kata dokter bahwa papa hanya perlu observasi 3 hari dan bisa segera kembali sehat. Harus sehat dong Pa, supaya kita bisa merayakan ulang tahun papa yang ke 74 nanti tanggal 29 Juli ya. Tidak sabar menunggu hari keberangkatan deh….

Skype memang canggih, bisa meredam kerinduan pada keluarga, apalagi kalau dalam keadaan sakit…

Hari Jumat kemarin itu kupikir cocok deh dikatakan hari Skype untukku :D. (Dan hari reuni :D)

Kamu juga pakai skype? Tapi kupikir skype di Indonesia agak sulit karena koneksinya musti kencang tuh 😀

oh ya ini merupakan posting yang ke 1150 di awal bulan Juli!
Jadi mau mengutip mottonya teman blogger Gratcia, “Write like Nobody’s Reading” …..

Senangnya melihat senyum papa dan adikku Andy, waktu skype-an lagi malam ini. Semoga bisa cepat keluar RS ya….

Kembali ke awal lagi

26 Sep

Awal membentuk keluarga, mereka hanya berdua… suami dan istri.

Lahir seorang anak menjadi bertiga…

Lahir lagi adiknya berempat….dan seterusnya.

Anak pertama pergi belajar ke LN, keluar rumah….

Anak kedua pun pergi keluar rumah…

akhirnya sepasang suami istri yang sudah lanjut itu

menikmati menjalani kehidupan seperti awalnya…

samakah rasanya? sekarang dengan waktu awalnya? saya tidak tahu, karena saya belum mengalaminya.

::::::::::::::::::::::::::::::::

Malam ini adik saya sekeluarga yang tinggal bersama orang tua di jakarta, akan naik mobil bersama para asisten untuk “mudik” ke Klaten. Meskipun mereka tidak ber”Hari Raya” tapi merupakan kesempatan bagi keluarga Chris, adik ipar saya untuk berkumpul di sana. Tinggallah Oma dan Opa di Jakarta, di rumah yang besar dan sepi itu. Yang khawatir saya… Bagaimana mereka makannya? Bagaimana mereka melewatkan kesepiannya pada hari-hari yang biasanya ramai dengan cucu-cucu?

Saya : “Yah mama dan papa main gaplek saja….”

Mama: “Huh papa, kalau tidak main komputer …dia bobo. Selalu sibuk… paling nanti juga ada meeting urusan gereja lah, halal bihalal lah….. ”

Saya :” Ya pergi dong halal bihalal sama papa…”

Mama : “Ah malas, musti dandan segala, terus aku kan tidak bisa banyak bicara” (Mama pernah kena stroke ringan sehingga sulit untuk bicara)

Saya: ” Ya sudah nonton sinetron saja……”

Hmmm semoga mama dan papa akur-akur aja deh melewatkan liburan Idul Fitri yang panjang ini. Sampai tanggal 10 Oct katanya…. duh rasanya aku ingin terbang ke sana dan menemani mereka. Homesick!!

Tuhan… lindungi mereka dari segala yang jahat.

aku suka foto ini yang aku ambil 29 Mei 2005 di Fujiya Hotel, Hakone

Happy Birthday my dear Papa…

29 Jul

Selamat Ulang Tahun Pa!!! 70 tahun….. 七十歳お誕生日おめでとうございます. Niatnya papa dalam menghadapi ulang tahun istimewa ini sebetulnya adalah membuat buku tentang lingkungan dan atau pengalamannya selama ini, tapi karena sibuk meeting/rapat sana sini, dan mengurus cucu, belum sempat terealisasikan. Papa bilang; sejak pensiun dia jadi PENGACARA (Penganggur yang banyak acara). Saya tulis sedikit kenangan bersama Papa ya…. Mungkin banyak terms yang salah, but aku tulis saja dulu apa yang terlintas di pikiranku beberapa hari ini. (sudah dapat perbaikan langsung nih dari ybs hehehe)

Papa bekerja selama 35 tahun di Pertamina, dan setelah dipanggil Menteri KLH waktu itu Pak Emil pada tahun 1990, papa bekerja delapan tahun di Lingkungan Hidup (Bapedal) , menjadi Ketua IPLHI ( Ikatan Profesional Lingkungan Hidup Indonesia) dan terakhir menjadi Executive Director IMA ( Indonesian Mining Association). Sementara itu setelah menjadi Alumni KSA III Lemhanas, Papa aktif sebagai Anggota POKJA SKA LEMHANAS(Kelompok Kerja Sumber Kekayaan Alam di Lembaga Ketahanan Nasional) Karir pertama papa di mulai di kilang SHELL Indonesia di Plaju ,bidang Pengolahan (eh bener ngga ya pa?), tapi kemudian juga menangani Lingkungan hidup dalam Pertamina sendiri di  BKLL( Badan koordinasi Lindungan Lingkungan). Jadi papa sering harus pergi ke tempat-tempat yang terjadi kecelakaan untuk memonitor penanganan pertolongan sesuai dengan penanganan ramah Lingkungan. Karena tugasnya ini pulalah, saya mengetahui tentang proses penanganan limbah minyak jika tertumpah di laut/perairan. Atau jika terjadi kebakaran di kilang minyak darat/lepas pantai.

Saya juga masih ingat papa pernah mengisi rutin acara Dunia Minyak di TVRI. Saya yang masih kecil waktu itu duduk dengan manis di depan televisi, seakan-akan mendengarkan kuliah papa, mengisap memori gambar-gambar kilang eksplorasi dsb, padahal saya tidak mengerti apa-apa.

Papa memang guruku. Atau mungkin hanya saya yang mau mendengarkan kuliah ‘gratis’ papa dengan seksama dan alim, seakan-akan saya mengerti. Yang paling senang adalah menyambut papa pulang dari tugas di luar negeri, mendapatkan oleh-oleh (dasar anak-anak selalu minta oleh-oleh), dan kemudian makan bersama di meja makan sambil mendengarkan cerita papa mengenai perjalanannya waktu itu.

Sejak 1970 Papa memang sering ditugaskan ke luar negeri untuk Seminar,Conference ,Workshop dan Rapat Dinas dengan partner Pertamina. Setelah menjadi eselon I di pemerintah, Papa mendampingi Menteri Lengkungan Hidup di UNCSD (United Nations Council for Sustainable Development) di New York dan di Governing Council UNEP (United Nations Environment Program) di Nairobi (Kenya). Pengalaman yang sangat bersejarah baginya adalah ikut safari di malam hari di hutan Kenya. Dia sangat terkesan dengan melihat seekor Leopard yang besar berjalan dekat pohon dimana Papa berlindung. Leopard tersebut kelihatan sangat megah didalam kerajaannya waktu malam hari.

Papa juga sering mewakili instansinya di forum-forum luar negeri, bahkan sering memimpin delegasi Republik Indonesia ke Forum internasional seperti ASEAN Marine Pollution Experts Group , ASEAN sub regional group meeting, atau memimpin delegasi ahli standardisasi ke  ISO TC 207 yang membahas standard ISO 14000 di Oslo (Norwegia) 1995, Rio de Janeiro (Brasil) 1996, Kobe (Japan) 1997. Bagaimana jalannya konferensi, Papa harus memimpin/ menjadi moderator simposium, atau papa bertemu dengan orang-orang terkenal si ini, si itu (Baca juga “ketik cepat=baca cepat”). Papa sudah mengunjungi kota-kota yang penting di pantai Timur,pantai Barat dan Mid west  Amerika Serikat Demikian juga dengan pantai Timur dan pantai Barat Canada serta daerah sekitar Niagara dan Ontario.Kecuali Burma/Myanmar dan Laos,Semua negara ASEAN sudah dikunjungi. Praktis semua kota besar di Australia seperti Brisbane,Sydney,Melbourne,Perth,Fremantle dan Canbera sudah dikunjungi.

Dalam banyak kunjungan tersebut Mama diajak ikut,tentunya ticket Mama  bayar sendiri tapi hotel dan transport boleh ikut Papa. Jadi Mama juga banyak melihat dunia (dan sering berjalan sendiri loh). Banyak negara telah papa kunjungi , dan setiap pulang dari negara itu, saya menemukan waktu berharga yang hilang karena sibuknya papa berkeliling dunia dan menjalankan tugas sehari-hari.

The important thing is the quality not the quantity of being together. Saat itu saya banyak bisa mendapatkan pengalaman-pengalamannya berinteraksi dengan orang-orang asing. Tidak jarang juga diselipkan humor-humor yang di dapat saat itu. Saking serunya papa bercerita kadang dia tidak menyadari bahwa yang mendengar omongannya waktu itu tinggal saya (do you remember those old day pa?).

Yang pasti sebelum saya berangkat ke Jepang papa selalu mengingatkan saya untuk berpikir berjenjang. “Imelda, kamu sering menganggap orang lain sudah tahu sehingga melompati urutan pemikiran. Dengan orang Jepang kamu tidak bisa begitu. Jangan dari A, B, lalu kamu lompat ke M, P dst. Orang Jepang tetap harus melampaui jenjang A, B, C, D….. dst. Sistematis. Jangan dilompati!! Ingat itu”. Dan berkat peringatan itu, saya berhasil mengubah kebiasaan saya yang melompati sesuatu, sehingga bisa bekerja/menjelaskan secara berurut… sistematis. Memang benar harus seperti itu karena orang Jepang kadang terlalu berpatokan pada Buku Manual. (Dan saya tidak pernah membuka buku manual jika harus set up komputer or elektroniks lainnya….sangat kontradiksi)

Cerita yang kadang membuat saya sedih, atau saya tahu papa juga sedih, adalah cerita jika orang-orang asing itu menanyakan papa lulusan universitas mana. UCLA? Barclay? Oxford?… then papa harus menjawab…. no I did’nt go to universities, I have no graduate tittle. Sampai lama-lama papa hanya menjawab ” Yes, I like fox”, then semua pikir papa lulusan dari Universitas yang berlambang fox (saya lupa universitas apa yang disebutkan). Papa berkata, yang penting saya tidak berbohong. Saya hanya mengatakan I like fox, not I went there.  Menjadi sarjana adalah obsesi papa yang tidak bisa terpenuhi sampai saat ini. Karena itu papa selalu mengatakan kepada kami anak-anaknya untuk mengejar ilmu setinggi mungkin. Papa otodidak sehingga mendapat post-post tugas yang penting-penting itu tanpa gelar sarjana dengan kekuatan bisa berbahasa Inggris. Mana ada sih Eselon satu yang tidak bergelar sekarang? Sering dia memuat pidato atasan dalam bahasa Inggris, papers dalam bahasa Inggris dan mengisi majalah Science dan majalah lingkungan lain yang berbasis di luar negeri.

Saya dengar dari Tina, bahwa papa melarangnya untuk belajar bahasa Perancis jika belum menguasai bahasa Inggris… Tapi itu jaman nya, jaman dulu, karena jaman sekarang tidak bisa tanpa gelar kesarjanaan seberapapun  pintarnya engkau dan seberapa kuatnyapun  engkau berusaha. Karena dorongan dan dukungan papa itu maka kami ke tiga anak perempuannya bisa mendapatkan gelar minimal Master. Saya master pendidikan ( dari Yokohama National University, Jepang), Novita Doktor (PhD) in Microbiology (Melbourne University, Australia) dan Tina Master Arsitek (Yokohama National University, Jepang). Kecuali Tina, semua dengan beasiswa dari negara ybs. Sedangkan papa tetap harus puas dengan sebutan “Sdr” di depan namanya dan menghibur diri dengan mengatakan my title is “Senior Doctor abv Sdr“. I still remember how proud he was when he attended my graduation day from University of Indonesia.

But you have to know papa…. You are our Proffessor in many aspects especially for me. I am proud of you. I want to write more about you someday. But for today… Happy Birthday, my dearest Papa from your eldest daughter.