Pahlawan adalah sebuah sebutan yang ditujukan pada orang-orang yang berjasa dalam merebut kemerdekaan. Benarkah itu? Tentu saja benar, tapi mungkin artinya bisa lebih luas lagi. Kita lihat KKBI,
pah·la·wan n orang yg menonjol krn keberanian dan pengorbanannya dl membela kebenaran; pejuang yg gagah berani; ke·pah·la·wan·an n perihal sifat pahlawan (spt keberanian, keperkasaan, kerelaan berkorban, dan kekesatriaan)
Waktu saya ingin menulis sesuatu untuk menyambut hari Pahlawan, terus terang saya merasa sulit. Apa yang akan saya tulis? Meskipun saya suka sejarah, ternyata sejarah yang saya kuasai lebih banyak sejarah Jepang daripada sejarah Indonesia. Atau saya merasa “kurang informasi” mengenai sejarah pahlawan Indonesia sendiri. Putar otak dan memanfaatkan internet saya malah membaca bermacam-macam fakta yang membuat kening saya berkerut. Sampai Gen, suami saya berkata,”Mel, dengan muka kamu yang berlipat begitu, pasti tulisan kamu tidak akan menarik!”. Betul sekali… muka saya memang tidak pantas dilihat saat itu.
Berapa sih sebetulnya jumlah pahlawan Indonesia? seratus sekian? Dan lebih terkesiap jika Anda membaca komentar Daniel Mahendra di posting saya yang ini: Ajakan Merayakan Hari Pahlawan
Dan tahukah, Bung Tomo baru akan diberi gelar Pahlawan Nasional itu besok, pada 10 November 2008.
See?
Aduh…. benar-benar aduh! Saya cari di wikipedia tentang Pahlawan dan mencari dengan kata kunci Pahlawan. Terdapat daftar nama Pahlawan Indonesia, yang 138 orang, per 2006. Memang tidak ada nama Bung Tomo. Padahal? Ditetapkan tanggal 10 November itu apa coba dong alasannya? kok… loh… dong … dechhh ….. sih ……
cuma itu yang saya bisa katakan, sambil menahan emosi.
Sutomo (lahir di Surabaya 3 Oktober 1920, meninggal di Makkah, 7 Oktober 1981) lebih dikenal dengan sapaan akrab oleh rakyat sebagai Bung Tomo, adalah pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA, yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Banyak yang ingin saya tulis…tapi daripada jadi ngalor ngidul saya hanya mau tanya tentang kata pahlawan itu sendiri. Siapa sih yang menentukan seseorang berhak dipanggil pahlawan? Apakah memang butuh waktu sekian lama untuk menentukan seseorang seperti Bung Tomo menyandang “gelar” Pahlawan (Yang tentunya bagi Bung Tomo sendiri gelar itu sendiri sekarang TIDAK penting!!!!). Dan mengapa kita sendiri bisa mengumbar sebutan pahlawan untuk siapa saja di sekitar kita, tetapi untuk mengakui orang yang benar-benar berjasa saja butuh waktu sekian lama? Saya tidak mempertanyakan keabsahan sebutan itu tapi kalau kita bisa menyebutkan orang tua kita sendiri sebagai pahlawan kita, (lihat posting mascayo ) atau kita bisa menyebut guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, atau yang paling aneh menurut saya Tenaga Kerja (Wanita) yang bekerja di luar negeri sebagai pahlawan devisa, masak sih masih banyak orang yang benar-benar berjuang di medan perang, tidak bisa kita panggil sebagai pahlawan? OK, saya mengerti bahwa kalau semua orang dinyatakan sebagai pahlawan akan penuh TMP kita…. tapi selayaknya kita, bangsa Indonesia, memikirkan tentang PAHLAWAN lebih dalam, jangan asal sebut saja, sehingga makna kata Pahlawan itu menjadi kabur. (meskipun dalam KBBI sendiri artinya amat sangat luas sekali).
Ilustrasi percakapan saya dan Gen di pagi hari tanggal 10 November ini:
“Gen …. Yasukuni Jinja itu tempat pahlawan Jepang?”
“Bukan…”
“Tapi kan selalu jadi polemik jika petinggi negara pergi ke sana”
“Kita diajarkan untuk tidak menganggap orang-orang yang di”kubur” di situ sebagai pahlawan”
“Loh… Jadi Pahlawan Jepang itu siapa?!
sambil tertawa, “Ichiro… (pemain base ball)”
“hmmm lalu orang-orang yang tergambar di uang kertas Jepang apakah bukan pahlawan?”
“Ya mereka Pahlawan….. Tapi bagi Jepang sekarang orang-orang yang aktif di dunia internasional sekarang adalah pahlawan”
Natsume Soseki (Satrawan), Fukuzawa Yukichi (Bapak Pendidikan), Shotoku Taishi (Pangeran yang membuat peraturan Jepang pertama kali di abad ke 7) dll.
“OK. Bisa dimengerti…. BTW Indonesia hari ini memperingati hari pahlawan. You know what? TKI aja dibilang pahlawan devisa”
“Understandable!. Indonesia perlu legenda. Sebanyak mungkin memberikan gelar pahlawan atau menyebut seseorang pahlawan untuk menyatukan negeri. Dan memang begitu kondisinya kan. Jepang dari awal tidak perlu pahlawan karena kita menganggap Jepang adalah negara kesatuan dari dulu (yang menurut saya tidaklah 100% benar). Tidak perlu ada istilah pahlawan. Tapi Indonesia perlu. Pahlawan sekarang justru yang sedang berkecimpung di dunia internasional dan mendapat pengakuan luar negeri.”
Hmmmm emang lain ya cara berpikirnya. Tapi soal pahlawan “sekarang” adalah orang-orang yang aktif mengharumkan nama negara di dunia internasional, itu saya amat sangat setuju. Jadi mari…kita berusaha menjadi pahlawan dengan mengharumkan nama bangsa kita. Maju!!!!! jangan melulu tinggal pada romantisme masa lalu. Baca posting pak Oemar tentang Yogi. Selayaknyalah kita berusaha memajukan Indonesia lewat bidang masing-masing. Atau paling sedikit menulis lewat blog Indonesia, seperti komentar DM.