Batak Batak Batak !!!

12 Agu

Semua orang tahu (aku ragu apakah Malaikat Tahu, karena malaikat tidak bersuku) bahwa

orang Batak itu ceplas-ceplos, rame,  suara keras, tukang nyanyi, kalau tertawa tidak ditahan-tahan dan seribu cirikhas lain, yang begitu “terlihat” dalam pergaulan orang Indonesia. Tapi aku memang cocok dengan sifat mereka yang to the point itu.

Di antara blogger yang sering mengunjungi Twilight Express, adalah seorang batak. Meskipun katanya dia bukan 100% batak, tapi sifatnya… mmmm… mbatak banget lah. Aku mulai dekat dengannya sejak Juni akhir, sering berbincang-bincang di chat Yahoo Messenger.

Nah, hari minggu lalu tgl 9 Agustus, Eka Situmorang Sir itu yang mengundangku untuk kopdar. Karena tadinya ada beberapa orang yang “jauh” akan datang ke Jakarta, seperti Muzda yang tinggal di Jogja dan Afdhal yang biasanya tinggal di hutan Kalimantan. Kami juga sebetulnya mengharapkan Ria bisa datang dari Duri, tapi akhirnya peserta acara Kopdar Minggu itu hanya dihadiri oleh Frozzy, Mangkum, Pito, aku dan tentu saja pasangan Eka dan Adrian.

Sebelum acara mulai jam 1 itu, opa oma dan cucu-cucu (6 orang cucu!) ikutan makan di Omah Sendok. Ada sebuah scene menarik, yaitu aku melihat Riku berdansa dengan Sophie. Dia tidak malu-malu waktu aku lihat, sehingga aku langsung ambil beberapa foto.

Sesudah Mangkum, dan Eka+ Adrian hadir, rombongan keluargaku pulang, dan meninggalkan si KOALA Kai saja yang jelas-jelas tidak bisa berpisah dengan aku.

Host kopdar Minggu itu Eka, ingin berbagi kegembiraannya dalam peringatan 1 tahun pernikahan mereka. Sekaligus dia ingin mengadakan launching blognya yang sudah mempunyai domain sendiri, http://ceritaeka.com. Silakan main main ke CE, sodaranya TE… hihihi…. Jadilah kami makan cheese cake lezat yang dibawa Eka hari itu sebagai dessert.Yummy.

Sambil ngobrol ngalor ngidul, ntah kenapa Eka mulai memanggil Afdhal dengan “Panjaitan”. Alasannya? “iya mbak dia cocok dipanggil Panjaitan, lihat aja tuh jarinya terjahit pada handphone Blackberrynya. Jari terjahit, tidak bisa lepas gitu”. Nah Afdhal resmi menjadi Afdhal Panjaitan deh.

Lalu mulai kami memikirkan nama marga Batak yang cocok (lebih cenderung kecocokan bunyi daripada arti sih) untuk kami masing-masing. Pito menjadi Pito Naibaho (mantap memang pengucapannya), lalu si Frozzy menjadi Frozzy Purba. Sedangkan aku memilih Siagian saja, menjadi Imelda Siagian. Alasannya sederhana… semua Siagian yang kukenal orang baik! Jadi kalau disuruh memilih tentu saja aku pilih yang baik dong. (Kami tidak boleh memilih nama “pasaran” yang sudah banyak dan umum). Baru tahu  bahwa Lia, teman blogger juga berasal dari marga Siagian.

Yang sulit adalah Mangkum, sulit menemukan nama yang cocok. Sehingga akhirnya Eka menetapkan Mangkum Manulang. (cocok deh soalnya Mangkum kurus hihihi). Resmilah kami ditahbiskan menjadi warga BATAK. Well, ini kan cuma main-main saja.

Tapi, hari gini, predikat blogger tampaknya harus diembel-embeli dengan kata “narsis”, sehingga pergilah kami “de niue batakers” meninggalkan Kai yang sedang tidur dijaga Adrian, pergi ke halaman belakang Omah Sendok, tempat kopdar kali ini. Di bagian belakang ada sebuah kolam renang yang dikelilingi tempat makan juga. Tapi hari ini ada beruntun acara reuni sejak pagi, sehingga tempat itu dipenuhi tamu dan petugas. Kami memakai waktu pergantian tamu dengan berfoto di lorong jalan masuk, dan tidak berfoto di dekat kolam renang (sudah ada segala macam spanduk soalnya).

Bergayalah kami dengan segala pose, sehingga terpaksa aku pun yang tidak biasa berpose ikut dengan “arus”. Memang batak-batak “jadian” ini rame dan tidak tahu malu! Puncak kegilaan kami adalah, dengan keisengan Pito menegur seorang tamu yang sedang lewat. Pertama yang menjadi korban adalah pak “Rizal”. Karena menghalangi jalan, Pito berkata, “Maaf ya pak Rizal”. Pak rizal hanya tersenyum melengos dan berlalu. Loh … kok kamu tahu namanya Rizal? ….Rupanya karena acara reuni, semua peserta memakai kertas bertuliskan nama di dadanya. Tertawalah kami, sambil pak Rizal menjauhi kami seraya menanggalkan stiker di dadanya.

Tapi, itu masih tidak seberapa. Karena seorang ibu “Ika” menjadi korban ke dua Pito.
“Selamat sore bu Ika….”
Ika itu memandangi Pito dengan senyum lebar dan heran, dan berkata….
“eh kamu siapa…kok aku lupa ya?”
Dia pikir Pito adalah teman seangkatannya yang ikut reuni. Dengan santai Pito menjawab,
“Ngga kok mbak, saya cuma tamu biasa” …..
“Kok tahu nama saya?”
“Lah itu ada tertulis di stiker itu”….. #$(&)'()(=~)~= ….
Aku tidak berani memandang wajah Mbak Ika itu…pasti “mpet” mau marah, caci maki, malu bercampur jadi satu. Dan kami “cuma” bisa tertawa tergeli-geli melihat tingkahnya Pito, si pelawak satu itu.

Kembali ke ruangan dalam, tak berapa lama Kai terbangun dan mulai rewel. It’s time to go home then. Setiap perjumpaan ada perpisahan… memang…

Tapi selama kita hidup, perjumpaan itu akan selalu dikenang dan terpateri dalam ingatan. Sebuah tanda bahwa kita hidup tak bisa sendiri. Dan aku bahagia menemukan kawan-kawan baru di dunia maya yang menjadi nyata. Terlepas apa sukunya, apa kebiasaannya, apa latar belakang pendidikannya, apa agamanya…. tapi kami saling menghargai dan punya niat untuk bersahabat. Sampai teman akrab kami di jaringan blog yang tidak bisa hadir, menyatakan dirinya juga sebagai anggota “de nieu batakers” dan memilih sendiri nama marganya menjadi VIZON HUTABARAT. Uda Vizon … dengan ini dinyatakan resmi sebagai anggota “de nieu batakers” loh.

Terimakasih untuk hari minggu yang berkesan, brothers and sisters.

(Kai memandang senja dari dalam taxi)

Cerita hari minggu ini juga bisa dibaca di sini (lebih lengkap foto narsisnya)