Ada sebuah tempat di Bandung, yang sedapat mungkin kukunjungi setiap ke Bandung. Hanya untuk sekedar minum kopi atau membeli oleh-oleh di sana. Aku tahu tempat ini dari papaku. Dulu kalau papa pulang dari Bandung, dia suka membawa Karya Umbi/ Raos, Sus Merdeka atau oleh-oleh dari sini. Lama-lama Karya Umbi/ Raos, dan Sus Merdeka bisa beli juga di Jakarta, kami menjadi bosan, dan tidak pernah beli lagi. Tapi kalau oleh-oleh dari sini, tidak pernah kami tolak!
Oleh-oleh itu adalah coklat yang kebanyakan adalah bitter sweet dengan berbagai bentuk dan campuran rasa. Ada yang truffle, ada nougat, ada kenari, ada marzipan, ada kacang giling dll. Kalau dulu papa sering membeli semua jenis seratus gram (Di sini memang cara membelinya dengan per 100 gram – harganya sekitar 35.000 rupiah sekarang) lalu dibagilah untuk 5 orang, Mama dan 4 anak, masing-masing satu kantong. Masing-masing menerima satu kantong, boleh makan kapan saja, tapi tidak boleh minta punya orang lain. Kalau ada jenis yang tidak suka bisa barter dengan damai! hoho…senang sekali waktu kami menuliskan nama di kantong dan menyimpannya di lemari es. Dan tentu saja tidak ada yang berani mengambil coklat yang bukan miliknya.
Braga Permai ( Jl. Braga No. 58 Telp 022-4233778) adalah nama Restoran (dulunya Maison Bogerijen) yang menyimpan sejarah, mungkin satu jaman dengan ice cream Ragusa. Kabarnya sudah ada sejak tahun 1930-an, sebagai tempat meneer-meneer dan mevrouw-mevrouw minum kopi. Karena itulah papaku tahu tempat ini, dan setiap ke Bandung pasti membelikan kamu coklat Braga. Lihat saja foto kotak kuenya, masih memakai foto-foto jaman bahelua itu. Ada beberapa meja di teras restoran, dan tentu saja di dalam restoran.Dulu aku jarang mampir duduk dan makan di sini,biasanya langsung ke dalam tempat etalase coklat dan kue-kue, memesan dan langsung bayar. Tapi waktu mudik musim panas kemarin, dua kali ke sini dan duduk untuk sekedar ngopi atau nge-es dan beristirahat. Sang supir pun perlu istirahat kan? Dan waktu datang ke dua kalinya dengan Gen, dia juga menikmati kopi tubruk yang disajikan. Sayang waktu itu kami baru makan di Raja Rasa, dan kecewa karena Kopi Aroma tidak buka. Sayang waktu aku ke sana dua kali itu, mau pesan es krim Tutti Frutti tapi tidak ada.
So, jika ada waktu silakan coba menikmati suasana Bandung jaman dulu sambil ngopi dan makan coklat, meskipun tentu saja ada makanan lain spesialitet restoran ini. Coklat di sini rasanya tetap sama seperti coklat oleh-oleh papa dulu waktu kami kecil!
Dalam posting “Magnolia“, aku menulis bahwa aku sudah mulai stress, dan langsung ditanggapi teman gerejaku, Lisa, katanya, “Mel jgn stress yuk bikin acara ngumpul di park pas anak2 lg liburan nih… Atur waktu biar nesta ama inge bs ikutan sekalian:) aku tunggu ya…”. Dan kupikir memang benar, aku harus keluar dan bertemu teman-teman. Setahan-tahannya aku dengan segala “cobaan” untuk panik, ada batasnya juga. Dan karena aku harus mengajar hari Senin, maka aku set hari Selasa tanggal 29. Tadinya ingin mengunjungi NHK Park di shibuya, tapi waktu aku cari di website bisa tahu bahwa NHK Park itu tutup s/d bulan September. Jadi?
Akhirnya aku menentukan tempat pergi kali ini adalah resto sweet and cake all you can eat yang bernama “Sweet Paradise”. Terakhir aku pergi ke resto ini tgl 26 Juni th 2008, hampir 3 tahun yang lalu!
Karena takut tidak dapat tempat sekaligus tanya apakah mereka buka seperti biasanya sesudah gempa, sebelumnya aku sudah telepon dulu. Ternyata buka, dan aku reserve untuk 7 orang jam 11:30.
Jadi jam 11 kami berkumpul di Hachiko, Shibuya, sebuah tempat orang-orang Jepang janjian untuk bertemu dengan patung anjing Hachiko yang terkenal itu. Riku dan Kai juga sudah senang sekali mendengar aku ajak mereka untuk ke restoran bertemu orang Indonesia (ntah kenapa kedua anakku suka sekali kalau bertemu tante-tante hihihi), apalagi waktu kubilang bahwa ada satu tante (Lisa) membawa 2 anak laki-laki juga. “Mama, dia akan bawa DS ngga ya? aku mau tanding dengan dia”…duuuh kemana-mana mainnya game aja.
Hebat deh teman-temanku ini, Lisa dan Riku, teng jam 11 sudah ada di Hachiko! Good…sudah menjadi orang Jepang hihihi. Tadinya masih tunggu Whita akan join atau tidak, tapi ternyata suaminya sakit cukup parah sehingga perlu diinfus. Jadi Whita batal ikut makan-makan kali ini.
Kami berjalan ke arah Resto Sweet Paradise ini yang terletak di Spainzaka, sebuah daerah bagian tengah yang cukup padat dengan toko dan resto. Untung saja bisa pakai GPS nya sehingga tidak kesasar, dan bisa langsung ketemu. Meskipun kami datang lebih pagi dari jam pesan, kami dipersilahkan masuk. Oh ya di sini sistemnya pakai sistem bayar duluan di vending machine (mesin tiket). Dewasa 1480 yen dan anak-anak dari 4 tahun 840 yen. Yipiiii, Kai tidak usah bayar karena masih 3 tahun (Orang Jepang jarang berbohong dengan umur anak. Dan pegawai toko juga tidak minta surat keterangan yang menunjukkan umur anak tersebut).
Kami diantar ke meja, dan persis deh anak-anak satu meja, ibu-ibu satu meja. Memang awalnya Kai maunya duduk dengan aku, tapi akhirnya dia bisa akrab dengan Ruben, sulunya Lisa. Layaknya di restoran all you can eat di Indonesia, seperti Hanamasa atau American Grill, di sini kita tingga ambil apa yang kita mau. Dan meskipun dikatakan Cake and Sweet, di sini disediakan juga spaghetti berbagai jenis, nasi, kare, udon dan sandwich. Juga ada salad, sup, bermacam agar-agar, es krim, minuman dan… 10 jenis lebih kue.
Kecuali Kai, anak-anak sudah cukup besar untuk ambil makanan sendiri, apa yang mereka mau. Sedangkan Kai yang memang penyuka spaghetti lebih asyik bermain sambil aku suapi. Selain jenis makanan yang aku sebutkan tadi, ada juga fountain coklat cair (aku jadi ingat Narpen… Narp kalau ke Tokyo kita makan di sini yuuk, di Kichijoji dekat rumah juga ada kok). Dan ada pop corn…. lucu sekali melihat Kai bolak balik ambil pop corn terus. Benar-benar terlihat bedanya kedua anakku ini. Riku suka manis, Kai suka asin 😀
Sambil makan 90 menit (memang cuma bisa 90 menit…tapi itu cukup lama), aku, Lisa dan Nesta ngobrol soal gempa dan kepanikan orang-orang yang terlalu “lebay”. Lihat saja di mana-mana sudah penuh orang jalan-jalan mencari hiburan, tanpa ada yang pakai masker (kecuali sakit) dan tanpa was-was. Enjoy aja tuh. Memang sih kalau tinggal di rumah terus, lalu menonton berita terus, apalagi isinya tentang kehidupan pengungsi yang sedih, bawaannya tentu suram terus. Yah sama dengan aku setelah 2 minggu tanpa hiburan bertemu teman, rasanya mulai tertular panik. Padahal semua BIASA-BIASA saja. Di dekat rumahku memang tissue dan air mineral tidak ada, tapi di dekat rumah Lisa dan Nesta masih banyak kok. Wilayahnya lain kebutuhannya memang lain. Wilayahku memang banyak perumahan dengan keluarga-keluarga yang minimum 4 orang (ayah-ibu-2 anak) sehingga kebutuhan pokok cepat habis.
Senang sekali bertukar cerita begini, dan kami semakin yakin bahwa orang Jepang itu memang hebat! Menurutku itu semua karena masyarakat Jepang adalah masyarakat Tate shakai atau vertikal (jadi ingat kuliahnya Ibu Jenny Simulya “Sistem Masyarakat Jepang” ) yang menuruti perintah atasan. Jadi kalau atasan berkata “OK, tenang saja” atau “tidak apa-apa”, ya mereka percaya saja.
Begitu mendekati waktu 90 menit habis, kami bersiap-siap pulang. Karena memang berbenturan dengan makan siang jadi antriannya panjang banget di luar. Restoran juga kebanyakan penuh oleh remaja-remaja putri, jadi…rame deh hihihi
Berjalan ke arah pulang, bingung juga mau ke mana. Kalau ke departemen store sudah pasti anak-anak bosan. Susah deh kalau pergi dengan anak-anak, tapi memang rasanya kami belum mau berpisah saat itu. Wong baru jam 1 siang….. Jadi akhirnya kami mampir deh ke karaoke. Dan sebetulnya aku sudah lama sekali tidak pergi karaoke. Terakhir kapan ya?
Ini kesempatan pertama karaoke untuk Kai, tapi juga pertama kali untuk Riku setelah dia bisa baca hiragana sendiri. Riku cukup banyak tahu lagu-lagu anime dan acara TV, sehingga bisa menyanyi. Senang juga mendengar anakku menyanyi. Musti sering-sering pergi nih. Karena si Kai juga kelihatannya suka menyanyi. Yang pasti dia tidak mau melepaskan mike dari genggamannya 😀
Yang tadinya hanya mau 1 jam karaokean, menjadi 2 jam. Dan akhirnya kami berpisah di depan patung Hachiko kembali, untuk berjanji bertemu lagi jika ada kesempatan. Minggu depan sakura mulai mekar di Tokyo, jadi kalau bisa kami akan pergi ke taman bersama anak-anak.
Terasa sekali secara mental aku bisa recharge dengan pertemuan ini. Sampai-sampai kemarin aku malas posting hehehe. Hari ini pun aku paksakan posting supaya jangan sampai menjadi malas. Bahaya loh begitu “libur” posting, biasanya akan keenakan, keterusan libur, dan menjadi hiatus. Jadi …. jangan sampai libur lama-lama deh (ini pengalaman pribadi loh)
Bener-bener posting orang iseng. Kemarin waktu mau membeli snacks dan minuman di toko kombini, saya melihat ada yang baru di rak minuman . Voila… Coca cola +vitamin C… hmmm ada-ada saja sih? Apakah pikiran bagian developmentnya dengan menambahkan kata vitamin, maka akan banyak yang membeli? Dans etelah saya coba ternyata emang ngga enak… atau belum terbiasa rasanya. Masih enakan cola clasic atau diet coke.
Akhir-akhirnya ini juga Kit-kat berimprovisasi sesuai dengan musim yang ada di Jepang. Mentang-mentang musim panas = suika, maka diproduksi limited edition Kit-kat Suika (Semangka). Besok-besok apel (sudah ada) dan Nashi atau pear (lupa ada ngga ya?)… Memang orang Jepang kreatif sekali. Mungkin di Indonesia harusnya buat Kit-kat pepaya atau pisang ya hehehe.
Weleh, coklat kok asin sih? Tapi emang bener kok. SHIO CHOKORE-TO tuh tulisannya. Coklat Garam. Kok bisa?Nah kalau ditanya kok bisa, saya juga tidak tahu mengapa bisa. Kan kopi juga bisa dimasukkan garam (kabarnya ini obat begadang), jadi mustinya coklat juga bisa.
Coklat jenis ini sedang trend di Jepang. Saya tidak tahu kenapa, tapi hampir semua produsen coklat Jepang membuat coklat versi garam ini pada musim panas ini. Selain rasa caramel tentunya. Tadinya saya rasa aneh, tapi setelah mencoba, ternyata enak juga loh. Manis, tapi ada asin-asinnya. Tapi yang saya ras paling top itu justru buatan pabrik coklat yang kurang dikenal yaitu Tirol. Coklat tirol ini biasanya dijual ketengan sehingga paling disukai anak-anak, karena bisa dibeli dengan uang jajannya. (sttt Riku juga suka sembunyi-sembunyi ambil coklat ini dan masukkan ke keranjang belanjaan saya). Yang saya beli namanya Shio Vanila, karena memang terbuat dari coklat putih, yang dalamnya ada semacam marshmallow yang asin. Harganya 105 yen isi 6-7 buah. Biasanya saya tidak suka coklat putih karena manis, tapi ini sempat membuat saya ketagihan……