GW-2- DYEING

30 Apr

(Posting ke dua hari ini)

Nah, yang menarik  dari acara  berkunjung ke rumah-rumah tradisional kemarin adalah kesempatan membuat “jumputan”, dyeing, membuat pewarnaan kain indigo dengan cara tradisional. Warnanya memang khas yaitu biru indigo, dan aku punya satu baju berwarna dan bermotif seperti itu. “Batik”nya Jepang tapi motifnya “jumputan” … Nah bingung kan hehehe. Terus terang aku baru tadi malam teringat kata “Jumputan”…selama ini lupa euy.

Bisa praktek di sini membuat bermacam motif kain indigo

 

Riku paling suka bereksperimen begitu, jadi dia ikut acara mencelup warna yang dimulai pukul 1 siang. Kabarnya sih mereka makan soba di sekitar daerah itu sambil menunggu waktu praktek itu. Biaya membuat satu helai kain untuk “bandana” (ikat kepala) sebesar 60×60 cm ini seharga 800 yen.

Pertama dia disuruh memilih bahan-bahan yang dipakai untuk membuat bentuk dalam kain. Riku memilih kelereng, tube plastik bekas film dan jepitan jemuran sebagai benda bantuan pembentuk hiasan. Tentu saja masih ada barang-barang lain yang bisa dipakai untuk menghasilkan motif tertentu tapi bagi anak-anak kelereng dan tabung bekas film itu yang paling mudah.

Bahan pewarna terbuat dari tumbuhan. Setelah memasang benda-benda pada kain, masukkan ke dalam warna pertama.

Kain  diberi kelereng dan diikat dengan karet gelang, atau diberi tabung plastik bekas film dan ditutup dengan penutupnya. Kemudian bersama gurunya memasukkan kain yang sudah “dijumput-jumput” ini ke dalam warna pertama. Proses pewarnaan diulang 3 kali.

Setelah kain kering dibukalah ikatan-ikatan pada kelereng dan tabung bekas film, dan jadilah bandana biru bermotif seperti ini:

Menurut gurunya, biasanya anak-anak yang baru pertama kali mencoba, tidak akan bisa membuat warna dengan begitu rapih seperti Riku. Seandainya saja rumahnya dekat bisa ikut kegiatan pada musim panas untuk membuat t-shirt dan lain-lain. Sayang rumah kami memang jauh sekali, lagi pula liburan musim panas kami biasanya tidak ada di Jepang, jadi tidak mungkin.

Ini Bandanaku

Tapi yang pasti Riku senang dan bangga sekali bisa membuat bandana “made in Riku” sendiri. Aku yang memang suka warna biru, juga mau kalau Riku memang suka dan bisa membuat taplak meja makan untukku ….. pasti bisa bangga membanggakan juga ya…

Dengan bangganya Riku memamerkan hasil bandananya di depan rumah tradisional

 

Dulu aku suka kain Jumputan Palembang yang beraneka warna. Sayang karena warnanya meriah dengan motif kecil-kecil, agak sulit untuk membuat model baju untukku. Kalau satu warna seperti kain indigo ini akan lebih mudah tentunya untuk membuat baju untuk “size” ku :D. Lain halnya jika dibuat rok.

Sekarang Kain Jumputan masih populer tidak ya di Indonesia (Jakarta)?