Cuci Mata dengan Hotdog

10 Mar

Waduh masa segitunya Imelda cuci mata dengan hotdog?

Jadi begini, sudah hampir 5 hari belakangan ini aku selalu mencuci mata setiap pagi dan sore hari.  Ini mencuci mata beneran bukan “cuci mata” di mall :D. Pernah dengar boorwater kan? Nah aku memakai obat cuci mata seperti boorwater tapi bukan. Loh kok?

Ya caranya sama seperti memakai boorwater, yaitu dengan memakai wadah plastik seperti takaran kalau mau minum obat, tapi ujungnya melengkung supaya pas bisa ditempelkan ke mata. Kedip-kedipkan mata dan obat cuci itu akan membersihkan seluruh kotoran yang ada di permukaan mata. Kemudian aku ulangi untuk mata yang satunya lagi. Pernah kan cuci mata begitu?

Aku katakan bukan boorwater, karena sebetulnya boorwater yang merupakan bahasa belanda itu, mengandung 3% boorzuur, asam boric. Dan banyak polemik bahwa jika memakai boorwater maka mata akan kering. Well, kalau keseringan mungkin saja. Apa saja kalau terlalu kan memang tidak baik.

Obat cuci mataku yang aku beli di apotik Jepang ini rupanya tidak mengandung asam boric atau Housan ホウ酸. Tapi mengandung Asam Aminocaproic, Ipsilon Amino Kapuron san イプシロンアミノカプロン酸. Waktu aku cari apa fungsinya di internet ternyata untuk menghentikan perdarahan. Well, tepat untukku. Karena aku mencuci mata ini juga disebabkan mataku mengalami perdarahan dalam 😀 . Meraaaah deh pokoknya. Mengerikan! Dan ini disebabkan oleh alergi serbuk bunga/ pollen/ Kafun 花粉.

Pokoknya tahun ini aku menderita sekali mata dan wajahku gatal sekali. Kalau hanya bersin-bersin aku bisa tahan karena memang dari sononya alergi housedust, tapi untuk mata dan wajah…. benar-benar menderita.  Terutama dua hari terakhir ini. Kemarin aku terpaksa berhenti beberapa kali waktu naik sepeda, untuk bersin dan mengelap airmata yang keluar. Masker dan kacamata tidak menyelesaikan masalah. (Mungkin aku perlu pakai gogle ….kacamata renang kemana-mana yah 😀 )

Kalau boorwater dari bahasa Belanda, Hotdog dari bahasa apa awalnya?

Tadi pagi aku membuat hotdog untuk sarapan Riku. Lalu Riku bertanya pada papanya, “Pa, kenapa namanya hotdog ya?”. Papanya bilang ya mungkin karena panas ya? Apanya? dog nya? hihihi (Untung aku ngga bilang seperti anunya dog ….. hahaha…. hayooooo ngaku yang pikir ngeres!)

Karena sebetulnya memang yang panas adalah anunya dog. Tepatnya badannya dog. 😀 yang merefer ke sosisnya. Seperti diketahui sosis sudah dikenal di Eropa sejak abad pertengahan. Pada akhir abad 17, Johann Georghehner membuat sosis yang dikenal dengan nama Frankfruter, sesuai nama kota di Jerman. Dalam waktu yang bersamaan ada juga sosis yang diberi nama Wiener, sesuai dengan sebutan Wina dalam bahasa Jerman. Tapi karena sosis ini bentuknya seperti anjing pemburu beruang maka disebut sebagai dachshund sausage. Kemudian orang Jerman yang berada di New York menjual sosis itu dengan nama dachshund sausage yang diberi mustard dan sauerkraut. Oleh Arnold Feuchtwanger, sosis itu kemudian dimasukkan dalam bun (roti) dan menyebar ke seluruh Amerika.

Tapi nama Hotdog ini dipopulerkan oleh penulis komik sport bernama Thomas (Tad) A. Dorgan sekitar tahun 1901. Waktu dia menonton pertandingan di suatu hari yang dingin mendengar penjual sosis itu berteriak : “dachshund sausage makanlah selagi panas(hot)!” Karena dia tidak tahu lafal dachshund maka dia menulis di komiknya HOT DOG!. Tapi yang pasti aku tidak mau makan hot dog yang ini :D. Lucu sih, tapi….

picture taken from wienerology.com

Boorwater dan Hotdog yang kita kenal ternyata berawal dari Eropa ya.

Rumput Babi

26 Okt

Terus terang tidak ada rumput yang bernama Rumput Babi (sudah obrak-abrik rumah Om Gugle). Yang ada rumput yang dimakan Babi. Tapi aku namakan dia si Rumput Babi, karena bahasa Jepangnya adalah KUSABUTA (kusa =rumput dan buta=babi) 草豚. Dan semestinya ini tidak haram kok, seperti juga Kacang Babi ソラマメ (soramame)  yang pernah aku tulis di sini. (Ya iya lah mel, emang semua yang pake kata “babi” jadi haram?)

Yang pasti sekarang aku (dan mungkin anak-anak juga) sedang menderita akibat si Rumput Babi ( Ambrosia artemisiifolia) ini. Rumput yang dalam bahasa Inggrisnya disebut ragweed atau hogweed ini memang menyebarkan serbuk bunganya di musim gugur. Serbuk rumput ini mengandung alergen, yang konon jumlah penderitanya nomor 3 setelah alergi pohon pinus Sugi, dan pohon Hinoki. Padahal aku ini alergi debu, dan termasuk juga serbuk-serbuk pollen begini. Jadi siapa saja yang tinggal di Jepang dan mengalami bersin-bersin, sakit kepala pada musim ini (apalagi kalau musim semi juga mengalami kejadian yang sama) bisa dipastikan Anda termasuk penderita alergi Kusabuta.

Si Rumput Babi yang membuat aku sengsara.... Padahal tampangnya spt tidak bersalah kan? hihihi. Gambar diambil dari wikipedia Jepang ttg Butakusa

Mana cuaca semakin dingin, daya tahan tubuh melemah. Di Tokyo sekarang mendung terus bawaannya,  semakin menunjang mereka yang memang kesehatannya sedang menurun. De Miyashita menderita bersin/pilek, batuk dan juga sedikit demam sejak masuk bulan Oktober. Bergantian!  Sehingga profesiku bertambah selain jadi Tukang Masak, Tukang Cuci, Tukang beberes, menjadi Juru Rawat deh. Apalagi akhir-akhir ini setiap Senin aku menjadi Juru Mudi a.k.a supir juga. Akibatnya hari ini tumbang juga. Tanpa tidur 3 jam di siang hari (setelah minum obat) sudah pasti aku tidak bisa menjalankan seluruh tugasku ini. Bisa-bisa aku dipecat deh hihihi.

Selain alergi karena Rumput Babi, aku juga memang alergi debu, padahal sekarang karena sudah semakin dingin sudah harus menyiapkan baju-baju tebal, yang kebanyakan terbuat dari wool, dan menyimpan debu. Hatchiiii hatchiii terus deh. Persiapan baju tebal termasuk membongkar lemari ini di Jepang disebut Koromogae 衣替え, yang dilakukan setiap pergantian musim.

Meskipun banyak susahnya, aku tetap optimis menjalani musim gugur dan menyambut datangnya musim dingin. Di Nikko kabarnya daun-daun di pepohonan Momiji (Maple) sudah berubah warna dan indah sekali warnanya waktu aku lihat di TV. Sayang hari Minggu kemarin kami tidak sempat mencari “autumn” karena mendung dan waktunya pendek. Semoga masih bisa menikmati perubahan warna daun menjadi kuning/merah yang dalam bahasa Jepangnya disebut Kouyou 紅葉.

Musim Bunga

8 Mar

Seharusnya aku senang menyambut musim bunga yang mulai datang ke Jepang. Hari hangat bertambah banyak, yang kadang disertai hujan, walaupun memang belum bisa menyimpan coat tebal karena tiba-tiba cuaca bisa berubah dan kita masih perlu memakai coat.

Tapi ada satu yang benar-benar membuatku  menderita di awal musim semi ini yaitu Kafun atau serbuk bunga. Hari Rabu minggu lalu, aku bersepeda ke sana ke mari memakai masker untuk mengurangi serbuk bunga terhirup, meskipun masih juga bersin-bersin. Tapi yang paling menyeramkan waktu aku melihat mata aku di cermin lift. MERAH! dan gatal. Waaaahhh. Mungkin karena ketahanan tubuh kurang akibat kurang tidur menyelesaikan terjemahan, alergi aku terhadap serbuk bunga/pollen tahun ini amat sangat mengganggu.

Memang dari kecil aku punya alergi terhadap house dust, yang menyebabkan kamar kami selalu harus pakai AC dan tidak boleh memakai karpet atau tirai dari wool. Pilek dan bersin-bersin sudah biasa, sehingga kami sering berkata. “Pabrik tissue harus berterima kasih pada kami”.

Tapi waktu aku datang ke Jepang, sangat jarang aku bersin-bersin. Mungkin Tokyo udaranya lebih bersih dari Jakarta ya? Entahlah. Sampai pada suatu hari, kira-kira 5 tahun setelah tinggal di Jepang, waktu aku mengajar di rumah murid nun jauh di dekat bandara Narita sana. Tiba-tiba aku bersin-bersin pilek, sampai aku minta maaf pada tuan rumah. Baru pas pulang, dia berkata,
“Sensei kafunshou?”
“Tidak”
“Soalnya di belakang rumah ini adalah hutan pinus (pohon sugi) yang mengeluarkan serbuk bunga”
“Waaahhhh mungkin mulai hari ini saya kafun”
Sambil aku melihat deretan pohon pinus itu mengeluarkan serbuk bunganya yang ditiup angin. Gambarnya kira-kira seperti ini.

Serbuk bunga pinus yang beterbangan di awal musim semi

Ya memang selain pohon sugi atau pinus, ada beberapa jenis pohon yang menyebabkan kafunsho. Tapi pohon sugi ini yang paling banyak penderitanya. Menurut data dari Weather News tanggal 4 Maret lalu, lebih dari 30% orang Jepang menderita kafunshou. Daerah Kanto-Tokai (Tokyo dan sekitarnya) paling banyak , dan paling sedikit di daerah Kyushu (selatan Jepang). Daerah Shizuoka dianggap yang paling banyak menderita alergi serbuk bunga ini.

Jadi meskipun dikatakan alergi serbuk bunga, bukanlah akibat bunga-bunga cantik yang saya pasang di sini. Bunga Plum ini mekar di halaman belakang parkiran di apartemen kami. Satu lahan terbagi dua, sebelah kiri berwarna putih dan sebelah kanan berwarna pink. Cantik ya?

Nah, kebetulan ada teman yang bertanya mengenai apa bedanya bunga Momo (peach), bunga Ume (plum) dan bunga Sakura (cherry). Setelah cari-cari ke sana kemari ketemu deh perbedaan bunga tiga jenis, yang memang kalau sekilas mirip semua (dan waktu mekarnya sebenarnya berlainan)

Bunga Plum (Ume):

– tidak mempunyai tangkai bunga, sehingga seakan menempel pada batang
– satu kuntum satu bunga
– ujung kelopak bunga berbentuk bundar

Bunga Peach (Momo):

– tangkai bunganya amat pendek, sehingga terlihat keluar dari batang
– satu kuntum  dua bunga yang diapit bakal daun
– ujung kelopak bunga tajam

Bunga Cherry  (Sakura):

– tangkai bunganya panjang sehingga seakan menjuntai dari batang
– bunganya berumpun seperti anggur
– ujung kelopak bunga terpecah dua

Penjelasan dan gambar didapat dari sini.

Sekarang masih musim bunga Plum, sekitar akhir Maret/awal April baru bunga Sakura bermekaran.