Ulat Bulu yang Amat Lapar

3 Mei

OMG….Waktu saya cari keterangan tentang sebuah buku bergambar picture book karya Eric Carle yang berjudul “The Very Hungry Caterpillar” saya mendapat informasi bahwa buku ini sudah diterjemahkan dalam lebih dari 45 bahasa dan sudah terjual lebih dari 25 juta jilid. But, waktu saya cari dalam bahasa Indonesia? not found!!! berarti belum ada dalam bahasa Indonesia? How come? Karena orang Indonesia belum ada yang mau terjemahkan? atau tidak mau diterbitkan di Indonesia yang terkenal dengan penerbitan ilegal, dan tidak menghormati hak cipta? Karena kalau diterbitkan juga tidak ada yang MAU dan BISA beli? aduh..aduh…aduh… Ternyata sudah ada!  Ulat yang sangat lapar dengan judul aslinya adalah The hungry caterpillar merupakan karya Eric Carle yang sangat terkenal. Buku versi Bahasa Indonesia ini diterjemahkan oleh Endang Pratiwi. Diterbitkan oleh PT Indira tahun 1997. (baca https://lib.rumahijau.web.id/2018/02/19/ulat-yang-sangat-lapar/)
Photobucket
Kadang saya juga merasa sedih dengan pengetahuan dasar yang seharusnya dimiliki seorang anak. Memang standar pengetahuan dasar itu berbeda di setiap negara, namun terlihat sekali bedanya…. sedih deh. Misalnya seorang anak biasanya tahu cerita-cerita anak-anak terkenal dunia. Waktu saya kecil, saya banyak membaca dan saya tahu siapa itu HC Andersen, saya tahu cerita-cerita ternama dunia dari Album Cerita Ternama (mungkin sekarang tidak terbit lagi). Saya tahu tentang kucing bersepatu lars dari ibu yang mendongengkan kepada kami dari sebuah buku berbahasa Belanda. Memang tidak pernah diperkenalkan di sekolah, kita harus mencari sendiri. Tapi ternyata pengetahuan saya tentang cerita-cerita anak-anak ini masih jauuuuuhhhh dari cukup. Masih banyak yang saya belum tahu…dan waktu menyadari hal itu saya sedih. Bagaimana dengan anak-anak jaman sekarang ya? Mereka lebih suka dengan cerita komik modern dan terjemahan dari Jepang yang katayoru (berat sebelah). oi oi…. biar bagaimanapun klasik cerita-cerita anak-anak yang saya baca 30 an tahun yang lalu, cerita-cerita ini mengandung pengetahuan dan moral yang tak lekang oleh waktu. Saya sekarang enjoy dengan membacakan cerita anak-anak dalam bahasa Jepang kepada anak-anak saya sambil meng-input da refresh pengetahuan yang saya dapat waktu saya kecil.

Kembali ke buku Eric Carle ini, saya mengenal buku ini dalam bahasa Jepang tentu saja. judulnya harapeko aomushi はらぺこあおむし. Bukunya saja ada dua versi, yang biasa untuk dibaca di rumah sendiri dan versi giant untuk dibaca bersama-sama di playgroup atau TK. Buku ini pasti ada dimana-mana. Di rak buku ruang tunggu rumah sakit, kantor pemda dll. Menceritakan tentang ulat bulu yang lapaaaar terus. Hari Senin si ulat bulu ini menemukan satu buah apel dan melahapnya. Kemudian hari Selasa, ia menemukan dua buah pir dan melahapnya…. terus sampai seminggu lewat dan akhirnya dia tidur lamaaaaaa sekali. Waktu bangun dia menjadi seekor kupu-kupu. Selain mengajarkan nama-nama hari, hitungan angka, juga ilmu hayat (haiyah istilah jaman baheula, sekarang Biologi..tapi kadang-kadang kangen kan dengan istilah kuno hehehe). Buku ini disarankan untuk anak berusia 3 tahun sampai 6 tahun.

Hari Sabtu setelah menonton pameran foto, Riku sempat pergi ke pameran buku Eric Carle di Matsuya Ginza. Untuk masuk harus membayar 1000 yen, tapi di pameran itu pertama kali mengetahui cara Eric membuat bukunya. Yaitu dengan mewarnai selembar kertas tipis berkali-kali, lalu disimpan sebagai stok. Waktu mau pakai baru digunting-gunting. Jadi bukan menggambar langsung di atas kertas tapi lebih ke haribari, menggunting dan menempel. Kami sekeluarga kagum dengan maraknya warna yang dipakai. Di pameran itu Riku membeli buku baru karya Eric Carle yang berjudul From Head to Toe, tentu saja dalam bahasa Jepang “Dekiru kana, atama kara tsumasaki made できるかなあたまからつまさきまで”

Photobucket Photobucket

saya berharap picture books bisa lebih berkembang di Indonesia…. (mustahil??? who knows) mungkin llebih berharap lagi harga buku lebih murah sehingga bisa dijangkau masyarakat umum.

Gajah yang Malang

30 Apr

Hari ini tanggal 30 April merupakan hari peringatan perpustakaan. Karena pada tanggal 30 April tahun 1950 ditetapkan Hukum Perpustakaan.

Hari ini saya juga mau memperkenalkan sebuah buku bergambar (Picture Book) yang ditunjuk sebagai buku harus dibaca oleh Perserikatan Perpustakaan Sekolah Seluruh Jepang. Buku ini saya ketahui waktu sabtu 24 April lalu menonton televisi, dan dalam berita diperkenalkan seorang pemuda yang setiap waktu tertentu membacakan Picture Book di lapangan stasiun-stasiun. Dia ingin supaya semakin banyak orang dewasa yang mau menikmati membaca picture book, karena biasanya picture book itu identik dengan buku bacaan anak-anak. Dari hasil wawancara diketahui bahwa orang tua biasa memang membacakan untuk anak-anaknya tapi tidak pernah enjoy. Waktu dibacakan oleh pemuda itu, baru mereka merasakan kenikmatan mendengarkan pembacaan buku. Dan di salah satu kegiatannya pemuda itu membacakan sebuah buku yang berjudul “Kawaisouna Zo”(Gajah yang Malang) dan semua pendengar menangis sambil mendengarnya. Langsung saya dan Gen bilang, kita harus beli buku itu. Saya buka amazon, dan mereka hanya ada stok 3 buku saja. Langsung pesan dan buku itu sampai malam harinya.

Sudah lama saya tidak menangis waktu membaca buku…dan buku ini memang mengharuskan kita menangis. Buku ini menceritakan tentang tiga ekor gajah di kebun binatang Ueno, Tokyo pada waktu perang. Waktu itu Tokyo dibombardir Amerika…hampir setiap hari hujan bom jatuh di Tokyo. Dan jika bom itu jatuh di kebun binatang, berarti bisa membuat binatang-binatang itu berlarian ke dalam kota. Dan tentu saja hal ini membahayakan penduduk. Satu per satu binatang buas seperti singa, macan, beruang dibunuh. Binatang-binatang itu dibunuh dengan mencampurkan racun di makanannya. Tiba giliran gajah….

Gajah itu pintar dan mengetahui bahwa ada racun yang dicampur dalam kentang, sehingga yang dimakan hanya kentang yang tidak beracun. Petugas kebun binatang memikirkan jalan lain, yaitu dnegan menyuntikkan racun dengan jarum suntik… Tapi kulit gajah tebal sekali, sehingga semua jarum suntik yang terbesarpun patah. Akhirnya satu-satunya jalan dnegan membiarkan mereka mati kelaparan…. Sedikitnya perlu 13 hari sampai gajah itu mati…. dalam masa penderitaan seperti itu petugas yang merawat gajah tidak bisa menahan perasaannya. Tentu saja…bagaimana perasaan kita jika kita harus melihat binatang atau orang yang kita sukai menderita kelaparan sambil menunggu hari kematian. 4 halaman terakhir benar-benar menguras air mata, dan diakhiri dengan teriakan orang-orang yang berkumpul di sekeliling mayat gajah sambil menghadap ke langit “Hentikan perang…………. tolooooong hentikan perang”….

Satu kata, Kawaisou…kasihan.. Yang sebetulnya bukan hanya ditujukan untuk gajah-gajah itu, tapi untuk semua orang yang menderita karena perang. Betapa perang membuat hidup semua makhluk sia-sia. Buku ini dikarang oleh alm.Tsuchiya Yukio (cerita) dan alm.Takebe Motoichirou (gambar) ditulis tahun 1950 tetapi baru diterbitkan tahun 1970, dan sampai sekarang sudah dicetak 158 kali.
Photobucket

Keropeng (かさぶた)

6 Mar

Photobucket

Duhhh tahu tidak artinya Keropeng itu apa? Saya baru temukan kata itu setelah cari arti kata かさぶた kasabuta di kamus Inggris, ketemu “scab” dan cari di kamus Inggris-Indonesia ketemu kata keropeng. Biasanya sehari-hari saya pakai kata borok…. “Jangan dikopek-kopek, nanti borokan” begitu ibu saya katakan setiap saya mau kopek bekas luka yang telah mengering itu.

Memang aneh ya orang Jepang, kok keropeng saja dijadikan tema untuk Picture Book. Tapi pasti setiap anak (bahkan sampai kita besarpun) pernah jatuh, lalu luka itu mengering, lalu punya perasaan untuk mengopeknya….
Kasabuta….toritainaaaa, toritainaaa かさぶた・・・とりたいなぁ。 Keropeng itu apa? Darah? Kotoran? atau daging? にく?かさぶた・・・にく・・・じゃぁ「ぶたにく」hahaha Kasabuta =daging babi (buta). Saya tertawa keras bersama anak saya.

Buku ini menjelaskan tentang terjadinya luka yang disampaikan secara gamblang sehingga mudah dimengerti anak-anak. Pemikiran seperti ini juga mengajarkan anak-anak untuk berpikir kritis. Kenapa begini, kenapa begitu? Dan kadang-kadang pertanyaan itu membuat kita bingung untuk menjawab. Tapi saya senang sekali kalau Riku bertanya sesuatu kepada saya, sehingga kalau saya tidak bisa menjawab, saya akan cari terus jawabannya dan membuat saya “belajar” lagi. Seperti kemarin di taksi, dia bertanya, “Mama, zero (0) itu apa?…

Buku ini dikeluarkan penerbit Picture Books terkenal di Jepang, Fukuinkan Shoten seharga 880 yen (Rp. 63000). Mahal juga untuk kantong saya, tapi apalah artinya uang jika kita bisa terhibur dan menjadi pintar sekaligus.