Menulis Sejarah

19 Jan

Mungkin karena aku dan Gen penyuka sejarah, kelihatannya Riku juga senang pada sejarah meskipun masih terbatas pada cerita samurai. Di SD, sejarah Jepang baru diajarkan di kelas 6, sehingga Riku sangat menanti-nantikan dan ingin cepat-cepat naik ke kelas 6.

Tapi di Jepang, tidak sulit kok untuk belajar sejarah. Begitu banyak sarana yang mendukung. Museum tak terhitung jumlahnya. Konon di seluruh Jepang ada sekitar 4000 museum besar kecil. Buku sejarah? Tentu sangat banyak, memang ada yang murni sejarah, ada yang novel berdasarkan cerita sejarah. Tapi bagiku tak apa membaca novel dulu, karena dari situlah minat terhadap sejarah akan berkembang. Riku pun berminat pada sejarah sejak dia menonton Rurouni Kenshin dan membaca novelnya. Sejak itu dia mengumpulkan cerita-cerita samurai dan shogun dalam sejarah Jepang.

Selain museum dan buku, sumber belajar sejarah Jepang lainnya adalah melalui televisi, baik acara kuis, drama sejarah dan ulasan sejarah. Kadang aku mencari referensi dari pertanyaan-jawaban di program kuis TV dan menambah pengetahuan sejarahku sendiri. Drama sejarah dokumenter yang dibuat oleh NHK selalu berganti setiap tahun dan mengenalkan tokoh-tokoh sejarah yang ratingnya cukup tinggi. Tahun ini disiarkan tentang : Gunshi Kanbei (Kuroda Kanbei 1546-1604)  yang merupakan samurai katolik dengan nama permandian Don Simeon.

Selain Taiga dorama (Drama Saga) , kami sekarang juga rajin mengikuti acara berjudul Rekishi-historia 歴史ヒストリア, masih dari NHK. Dan kemarin kami menonton tentang runtuhnya Kastil Osaka, dari sebuah dokumen yang berjudul “Okiku Monogatari” (tayang 15 Januari 2014). Okiku adalah seorang perempuan yang bekerja di kastil Osaka, dan menceritakan detik-detik keruntuhan Kastil Osaka (1615). Tadinya kupikir hebat sekali wanita jaman itu bisa menulis sebuah dokumen yang begitu lengkap dan akhirnya menjadi dokumen sejarah. Tapi ternyata dokumen itu ditulis oleh cucunya yang seorang dokter. Meskipun demikian aku melihat pentingnya penulisan sesuatu, apa saja, yang mungkin kelak, beratus tahun kemudian akan menjadi referensi sejarah yang cukup penting. Dari tulisan itu antara lain diketahui bahwa jaman dulu sudah ada semacam crepe yang terbuat dari tepung soba diberi air, dan dilapis dengan pasta miso. Makanan seperti dadar gulung -nya Indonesia ini tahan lama dan menjadi makanan bagi para prajurit saat itu. See! apa saja bisa menjadi catatan, apakah itu resep makanan  atau pemikiran.

Jadi, tunggu apa lagi? Amelia Az-Zahra cepat tuliskan pemikiranmu, apa saja. Selama pemikiran dan perasaanmu belum berupa tulisan, tidak akan ada orang lain yang mengetahuinya. Betul kan?
Yuuuk ngeblog yuk 😉

Dokumen “Okiku Monogatari” asli … banyak tulisan yang tidak bisa aku baca tuh hehehe.

 

12 Replies to “Menulis Sejarah

  1. pentingnya penulisan sesuatu, apa saja, yang mungkin kelak, beratus tahun kemudian akan menjadi referensi sejarah yang cukup penting …

    Ini betul sekali …
    Dan … bisa jadi … sedikit banyak … hal itu juga bisa berguna untuk orang lain …di masa yang sekarang

    Salam saya

  2. Saya juga menyukai sejarah mbak, bahkan waktu sekolah menjadi pelajaran favorit saya…
    Membaca buku sejarah memperkaya wawasan dan belajar dari orang jaman dulu dengan segala kehidupannya.
    Menulis??? hmmm, iya saya merasakannya sejauh ini hampir 4 th ngeblog tulisan saya dari berbagai pikiran sederhana atau sekedar cerita perjalanan kemana gitu itu sudah berarti minimal bagi saya sendiri. salam mbak em

  3. Beda kultur barangkali ya, Bu. Di sini pan sejarah negeri sendiri aja ada banyak versinya.

    Kurang-lebih satu napas dengan tulisanku yang berjudul “Penanda”. Hwehe. Saya banyak menulis tangan segala pemikiran di banyak buku catatan. Tetapi sayangnya entah pada kemana buku-bukunya. Dan gak ada yang baca selain diri sendiri. Apa bagusnya saya kirimkan saja via surat, ya, ke orang lain? 😀

  4. Cerita nenek kepada seorang cucunya ternyata bisa menjadi sebuah catatan penting ya..

    Siapa tahu ntar tulisan kita diblog yang walaupun isinya banyak curhatan sehari-hari ada gunanya beratus ratus kemudian ya Mbak? he he

  5. Berandai-andai saja Mel.. andai 200taon lagi anak cucu kita membuka arsip blog kita, kira-kira apa yang akan mereka tuliskan dalam ‘blog’ mereka tentang kita ya? 🙂

Tinggalkan Balasan ke daun teratai Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *