Tarian Macho: Yosakoi

4 Des

Hari Sabtu yang lalu, TK nya Kai mengadakan pentas seni, yang dinamakan Otanoshimikai. Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan yang diadakan pada bulan Desember. Dan tahun ini merupakan pentas seni terakhir untuk Kai karena April nanti dia akan masuk SD. Jadi waktu hari Kamis lalu dia demam, aku panik! Panik pertama karena Jumatnya aku harus mengajar dan tidak bisa minta bolos lagi (sudah pernah satu kali bolos karena Kai sakit juga) dan yang kedua, karena Sabtunya Kai harus sedapat mungkin ikut acara. Dan untunglah Gen2..bisa ambil cuti dan membawa Kai ke RS hari Jumat lalu.

Meskipun masih batuk, Kai tidak demam waktu aku bawa dia ke TK pukul 9:15. Aku harus berada di TK jam 9:45 karena aku menjadi pembantu panggung kelasnya Kai. Kerjanya ya mengganti baju anak-anak dengan kostum sebelum dan menggantinya kembali dengan baju seragam setelah pentas. Aku bertanggung jawab untuk kelompok tari “Yosakoi” yang beranggotakan 7 anak lelaki termasuk Kai. Dan mereka ini tampil pertama dari kelas Yuri (Bunga Bakung) . Tari Yosakoi ini menggambarkan suasana festival dengan gerakan-gerakan yang cukup aktif.

kelas Kai

Padahal sebetulnya hari Sabtu itu ada kegiatan Open School nya SD nya Riku yang hanya berbeda 1 blok saja. Dan kegiatan SD ini seharian (sampai jam 3 sore) jadi aku bagi tugas dan waktu dengan Gen. Kami bertiga berangkat bersama (Riku sudah duluan) dan Gen pergi ke SD sampai kira-kira pukul 11 baru datang ke TK untuk menonton pertunjukannya Kai.

Jadi mulai 9:45 aku mengurus ganti kostum anak-anak ini. Haduh, namanya juga anak laki, ngga bisa diam deh! Lari ke sana kemari. Tapi waktu memakaikan kostum itu masih ada orang tua mereka sehingga mereka masih “takut”. Dan sebetulnya kostum mereka juga tidak sulit-sulit amat. Hanya pakai blus hitam yang digulung lengannya, lalu pakai obi/ikat pinggang yang mesti dipakaikan peniti dan ikat kepala, gelang serta mereka membawa naruko yaitu semacam krecekan yang terbuat dari kayu.

Kai sesudah manggung :D/ Lihat Naruko yang dipegangnya

Aku cuma bisa lihat pertunjukannya Kai saja, jadi sesudah mengantar kelompoknya Kai ke belakang panggung, cepat-cepat nyelinap ke dalam aula. Gen sudah di sana dan memang dia yang pegang kamera. Aku hanya berbekal iPhone deh. Tapi kulihat dia ambil video saja. Jadi aku usahakan untuk mengambil foto. Padahal sebetulnya kami tidak usah memotret juga sih. Karena pada hari ini (tadi pagi) diadakan sesion pemotretan khusus dengan kostum panggungnya. Tapi memang lain ya, memotret waktu anak-anak sedang menari itu merupakan “tugas” orang tua 😀

belakang panggung 😀

Untung saja aku lihat Kai tidak melakukan kesalahan fatal dan terus bergoyang. Bangga deh kalau melihat kedua anakku menari. Soalnya aku tidak bisa (dan tidak pernah mau) selama sekolah dari SD sampai SMA. Cuma waktu TK saja pernah menari hula-hula 😀

Setelah menari sekian menit, begitu lagu selesai, aku berlari ke belakang panggung untuk menjemput anak-anak ini dan menggiring ke kelas. Setelah itu mengganti baju mereka dengan penuh perjuangan! Haduuuuh deh pantesan aku sering mendapat laporan dari Kai bahwa si X, Y, Z sering pecicilan :D. Untung acara kelas Yuri juga yang terakhir dalam sesi pagi (ada sesi siang mulai jam 1) sehingga setelah berganti baju, mereka mendapat hadiah dari gurunya kemudian bisa pulang bersama sekitar pukul 11:50. Masih ada waktu untuk mengintip kelas sciencenya Riku.

Kai di panggung

Tiga tahun untuk Kai, dan kalau termasuk Riku menjadi 5 tahun aku telah menonton acara Otanoshimikai ini. Selalu kagum dengan energi guru-guru TK yang masih muda ini untuk melatih dan mempersiapkan kostum. Kami sama sekali tidak perlu membawa atau membeli baju baru. Selalu memakai kostum yang ada di TK dengan paduan yang berbeda-beda. Paling-paling kami hanya menyediakan blus hitam atau kaus kaki. Tanpa biaya yang memberatkan orang tua. belum lagi seluruh guru dikerahkan untuk membantu dan sibuk di belakang panggung. Ada yang bertugas di latar belakang panggung dengan background buatan yang cocok untuk tarian dan semua dikerjakan dengan tangan! Tidak ada motor atau engkol untuk membuka dan menutup tirai panggung. Tradisional deh. Tidak ada mewah-mewah tapi selalu berkesan. Dan tentu saja NO MAKE UP! (kecuali gel rambut untuk membuat rambut Beckham hehehe) Aku senang melihat wajah polos anak-anak yang manggung tanpa make up, yang kalau di Indonesia seperti celepuk 😀 Itu manusia apa ondel-ondel sih? 😀

Tahun depan sudah tidak ada acara manggung begini, tapi di SD ada eksibisi untuk acara sport, sehingga bukan tarian tapi lebih mendekati senam. Nah aku sendiri waku-waku menantikan Kai sebagai anak SD, meskipun rasanya sedih melihat dia semakin dewasa.

10 Replies to “Tarian Macho: Yosakoi

  1. Waaa kelasnya lucu bgt, mbak, banyak hiasannyaaa 😀 Orang jepang emang kreatif2 yah..
    Trus itu kostumnya keren deh, simpel dan gak berlebihan

  2. Senang ya Nechan, melihat penampilan anak di panggung. Ada bangga sekaligus haru..
    Kostumnya Kai keren. Bertambah keren karena yang makai juga keren, hehe.. 🙂

    • ya siapa lagi yang harus bangga kalau bukan orang tuanya ya hehehehe
      Tapi setiap perkembangan kita diingatkan bahwa bayi kita bertambah besar setiap hari

Tinggalkan Balasan ke arman Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *