Buku Unggulan dan Buku Obat

18 Okt

Pagi tadi pukul 8:50 pagi aku mengajak Kai ke Rumah Sakit dekat rumahku. Rumah Sakit itu adalah rumah sakit koperasi yang dana pembiayaannya didukung oleh “modal pinjaman” warga yang tertarik. Memang sekitar tahun 2002 itu waktu RS ini mau dibangun, banyak warga sekitar yang protes tidak mau di dekatnya didirikan RS. Aku bisa mengerti kekhawatiran mereka seperti ributnya jika ambulans masuk keluar, tapi aku (dan Gen) mendukung pembangunan RS ini. Kamipun menjadi salah satu dari ribuan penyandang dana (padahal cuma sedikit sekali sih… di sini pakai sistem 1 unit 1000 yen, maunya berapa unit). Kami pikir paling sedikit untuk sakit ringan, kami bisa berobat di sini, apalagi waktu itu Riku hampir lahir.

Setelah mendaftar untuk ke klinik Anak, aku mengisi kertas laporan keluhan: batuk dan demam 39 derajat sejak kemarin, lalu kami duduk. Kai yang manja aku peluk, dan tepat saat itu pintu klinik terbuka. Dokter kepala sekaligus dokter anak, Dr S keluar dan menyapaku.
“Wah sudah lama ya tidak ke sini….”
“Iya sensei, hampir setahun mungkin…”
“Bagaimana kabarnya? Genki?”
Sambil tertawa dalam hati berpikir ini dokter kok tanya genki (sehat), kalau sehat kan tidak ke sini 😀 , aku menjawab,
“Ini Kai demam tinggi. 39 derajat”
“Hmmm sekarang banyak masuk angin yang bukan virus juga sih ya. Tapi okasan (ibu) kelihatan kurusan ya…”
Ampuuun deh ini dokter masih perhatikan aku hahaha..
“Tidak kok dok, sama seperti dulu. Mungkin karena terlihat capek saja. Dokter hari ini di klinik Anak?”
“Hari ini saya di klinik umum. Nanti dengan Dr. M, dia lulusan Universitas Hokkaido.”
“Oh ya, saya sepertinya sudah pernah bertemu”…. lalu Dr Kepala itu pamit.

Ternyata waktu nama Kai dipanggil, aku belum pernah bertemu Dr M ini. Lelaki masih muda dan cakep! Lalu dia memeriksa Kai, sambil aku melaporkan bahwa Kai tidak pernah mau minum obat. Cuma daripada aku ambil resiko jika dia sakit berat, aku minta diperiksa. Kemudian Dr M menyarankan Kai diambil foto thorax karena sedang musim pneumonia.

Harafiahnya : buku yang kami ingin anak-anak baca

Sambil menunggu hasil foto, aku melihat poster yang dipasang di ruang tunggu. Daftar buku unggulan. Sebetulnya terjemahannya bukan buku unggulan, tapi “buku yang disarankan“. Osusume no hon お勧めの本. Memang sulit menerjemahkan kata susume 勧め bahasa Jepang ke Indonesia. Bahasa Inggrisnya memang recommendation, tapi kalau pakai rekomendasi kok kesannya oogesa 大げさ (berlebihan). Untuk orang Indonesia pasti lebih kena jika pakai terjemahan Buku Unggulan, padahal unggulan itu pasti kuat, berbobot, pernah menang dsb. Orang Indonesia memang sering lebay sih ya hehehe.

rak buku di ruang tunggu. sebelahnya ada space bermain

Hasil foto rontgen nya, memang ada sedikit bayangan putih di paru-paru sehingga lebih baik minum obat supaya tidak menjadi parah. Kesempatan juga untuk berlatih minum obat. Memang Kai tidak suka minum obat puyer atau sirup karena ada rasanya. Jadi kali ini diberi resep obat tablet, yang sudah pasti tidak ada rasanya. Dan oleh dokter disarankan minum dengan es krim atau yoghurt.

keterangan obat yang diterima

Kami pun menyelesaikan administrasi dengan menyerahkan karte. Untuk anak-anak memang tidak bayar karena ada kartu khusus dari Kelurahan Nerima (sampai 12 tahun gratis), jadi kami hanya menerima resep obat untuk diambil di apotik. RS itu memang tidak mempunyai apotik sendiri, tapi ada apotik di depan RS tersebut. Di sini juga kami tidak membayar (obat untuk anak-anak juga gratis). Tapi kali ini aku minta dibuatkan Buku Obat  okusuri techou お薬手帳  baru, karena buku obatnya Kai sudah tidak tahu taruh di mana 😀 Aku pikir sistem Buku Obat ini bagus sekali, karena bisa ditelusuri obat apa saja yang pernah diminum. Jika bagus bisa diteruskan dan jika tidak ada kemajuan bisa diganti obat lain. Apalagi kalau obatnya banyak jenisnya. Masing-masing obat ditulis kegunaan dan takarannya dengan detil, sehingga kita tahu apa yang kita minum. Alm mama dulu banyak sekali obatnya, dan semua hanya dijelaskan waktu menerima obatnya saja, tanpa keterangan tertulis. Paling-paling ingatnya obat A untuk jantung, obat B untuk darah, obat C vitamin dst. Buku Obat seperti ini amat perlu deh untuk pasien yang sering berurusan dengan RS. Atau mungkin sudah ada seperti Buku Obat begini di Indonesia?

Buku Obat

STOP PRESS 号外:  Yes! Sore ini Kai berhasil minum obat tablet 4 biji! Harus dirayakan nih 😀

10 Replies to “Buku Unggulan dan Buku Obat

  1. sampai umur 4 tahun Uwo juga susah minum obat. Aku akal2in dengan jelly…rasa peach dan stroberi…dijual di apotik…

    • iya, biasanya aku campur di es krim vanilla. Kalau Riku dari bayi ngga masalah aku campur gitu, tapi Kai sama sekali ngga mau biar udah dicampur jelly atau es krim 🙁 Jadi selama 6 th dia hidup belum pernah sekalipun minum obat 😀 Obatnya tidur dan minum banyak aja

  2. Oh kapan ya Indonesia seperti Jepang ini, anak-anak yang sakit gak bayar dokter dan obat. Padahal penyakit anak-anak berkumpul di sini. Semoga suatu saat anak-anak Indonesia juga seberuntung Kai ya, Mbak Imel 🙂

  3. sebenernya ada rumah sakit deket rumah itu penting juga ya just in case emergency. di tempat kita tinggal sekarang sih gak ada rumah sakit sih tapi ada klinik dokter anak. lumayan lah jadi kalo sampe perlu ke dokter anak tinggal nyebrang.

  4. Beruntung sekali pernah merasakan bagusnya pelayanan kesehatan di Jepang. Ke dokter gak bayar, obat juga gak bayar. Paling bayar 20 yen kalau obatnya (sirup) pakai botol.
    Okusuri techou anak-anak sampai ikut saya bawa pulang, buat kenang-kenangan 😛
    Selamat ya Kai, sudah berhasil minum obat, semoga lekas sembuh ^^

  5. Kalau obat tablet udah sukses jadi gak.susah lagi ya mbak ngasih obat atau minum vitamin gitu. ada loh temeb aku yang seumuran aku gak bs minum obat.. jadi pas sakit kesusahan.. kalau parah ya diinfus >_<

Tinggalkan Balasan ke Kika Syafii Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *