Rasa Aman

9 Jul

Aku tak tahu bagaimana teman-teman menanggapi kata “rasa aman” ini. Mungkin ada yang pesimis dan berkata bahwa rasa aman sudah hilang dari tanah air. Aku tidak bisa berkata apa-apa dan juga tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi aku ingin menceritakan mengenai “rasa aman” yang kurasakan 10 hari terakhir ini. Seperti yang kutulis di dalam Mama, Jangan Tidur!, ada kejadian yang menakutkan terjadi pada anak-anak SD (bukan SD Riku tapi masih sekitar wilayah kami), yaitu diserang dengan senjata tajam oleh seorang pria dewasa (yang diduga menderita kelainan jiwa). Saat itu ada 3 murid yang menjadi korban luka-luka.

Setelah kejadian itu ada kejadian lagi yang sempat masuk ke internet di Jepang, yaitu pada kamis minggu lalu. Waktu itu aku baru selesai ngajar dan baru akan naik kereta. Aku melihat ada telepon dari Gen, yang tidak biasanya. Jadi aku langsung telepon kembali dan dia bilang bahwa di internet ada berita bahwa murid perempuan SD nya Riku yang ditusuk dengan payung. “Kelas 5 juga seperti Riku. Apa kamu ditelepon?. Wah terus terang aku panik dong. Jadi ternyata pada jam anak-anak berangkat ke sekolah ada seseorang lelaki muda yang memukul ( bukan menusuk) murid SD (perempuan) dengan payungnya. 

Aku cepat-cepat menelepon ke rumah, tapi Riku tidak ada. Hmmm seharusnya sudah pulang. Untung saja aku saat itu tidak parno, dan pikir macam-macam. Sempat mau menanyakan ibu dari teman sekelas Riku yang cukup akrab, tapi aku urungkan. Pikirku, pasti Riku pergi bermain! Padahal waktu aku periksa homepage SD nya Riku ada pengumuman tentang kejadian itu dan diminta anak-anak untuk tidak keluar rumah jika tidak perlu. Dan ternyata benar setelah aku sampai di rumah, tasnya sudah ada tapi Riku sendiri pergi bermain.

Aku bisa merasa aman dan tenang, karena aku melihat homepage sekolahnya Riku yang menampilkan berita terakhir yang sangat up-to-date. Sebetulnya ada satu service yaitu pengiriman email darurat ke semua pendaftar dari sekolah. Sayangnya aku ternyata belum memperbarui pendaftaran waktu kenaikan kelas, sehingga aku tidak mendapat pemberitahuan. Lalu selain itu dari pihak sekolah juga memberikan keterangan tertulis dan dengan pesan telepon beranting bahwa pelaku sudah diketahui, tapi untuk sementara waktu anak-anak pulang harus berombongan. Lega.

Setelah kejadian itu aku mendaftar kembali untuk penerimaan email dari sekolah, dan juga pemberitahuan dari kelurahan Nerima, tempat tinggalku, berupa email jika terjadi peristiwa darurat atau peringatan lainnya. Sampai hari ini aku sudah menerima 4 pemberitahuan email dari kelurahan. Dua berita mengenai padamnya listrik di beberapa jalan di wilayah kelurahanku waktu terjadi Yudachi (hujan mendadak di sore hari)  akibat petir yang menyambar,  satu berita mengenai suhu yang amat panas dan mohon kewaspadaan terhadap Necchusho (dehidrasi). Dan satu lagi mengenai kejadian adanya seorang lelaki dewasa yang memperlihatkan kelaminnya kepada siswa SMP di tengah perjalanan ke sekolah. Memang di Jepang kadang-kadang ada lelaki eksibis yang suka mempertontonkan kelaminnya kepada wanita muda. Email itu untuk meningkatkan kewaspadaan orang tua dan muridnya sendiri jika melewati jalan-jalan yang sepi.

Ada satu lagi “layanan keamanan” yang aku rasa hebat yaitu penggunaan kartu PIT dari bimbelnya Riku. Jadi setiap dia sampai di kelas dia harus menempelkan kartu PIT itu ke sebuah alat. Saat itu aku akan menerima pemberitahuan lewat email bahwa Riku sudah sampai dan sudah masuk kelas. Demikian pula waktu pulang, dia tempel dan aku bisa tahu dia keluar jam berapa. Dengan demikian aku bisa memperkirakan dia akan sampai di rumah jam berapa. Jika lewat waktunya dari yang diperkirakan aku bisa menelepon staff dan mereka akan menelusuri jalan menuju rumah, kalau-kalau Riku mendapat halangan di jalan. Ah, rasa aman ini memang yang diperlukan oleh orang tua, dan beberapa pihak sudah mengoptimalkan penggunaan IT untuk keperluan itu. Untuk sekolah SD dan pengumuman kelurahan tentu aku tidak perlu bayar alias aku bayar melalui pajak daerah. Untuk bimbel aku memang harus bayar uang kursus, tapi selain dari pengetahuan yang didapat, bonusnya adalah rasa aman itu.

Sistem pelayanan pemberitahuan via email ini tidak hanya pada bimbel tempat Riku. Yang kutahu ada service juga dari perusahaan kereta swasta (Odakyu) yang memberitahukan orang tua waktu sang anak masuk peron secara otomatis ke email.

Sebetulnya dalam kehidupan sehari-hari di sini, ada banyak “rasa aman” yang secara tidak langsung diberikan sebagai salah satu layanan kepada pengguna. Misalnya jika kereta terhenti, pasti ada pengumuman mengapa kereta terhenti atau terlambat. Atau pernah sekitar rumahku kedatangan pemadam kebakaran, dan setelah beberapa saat diberi pengumuman lewat speaker bahwa mereka datang karena katanya ada pipa gas bocor, tapi ternyata sudah bisa diselesaikan masalahnya. Apapun itu, jika terjadi sesuatu, hal yang pertama kita cari adalah “Penjelasan akan apa yang terjadi”, dan memang Jepang hebat dalam pelayanan ini. Bahkan kalau perlu “membayar” pun, aku yakin banyak yang akan “membeli” rasa aman ini. Setuju?

26 Replies to “Rasa Aman

  1. wah, bagus ya di bimbelnya Riku ada kartu semacam itu. memang sekarang komputer dan internet bisa dipakai untuk berbagai hal. sayangnya kebanyakan orang di sini komputer hanya dipakai buat main-main. kurang diberdayakan menurutku.

    kalau soal keamanan di Indonesia, yah … kalau aku bilang aman, kok rasanya nggak aman-aman banget ya. yang membuatku sedih adalah masalah kerusuhan berbau agama. sepertinya memang harus banyak berdoa, ya Mbak. nggak bisa berbuat banyak juga.

    semoga Mbak Imelda sekeluarga aman-aman terus ya! 🙂

    • di Jepang juga banyak kok penipuan dengan email dan HP… itu kan pinter-pinternya kita atau perusahaan telepon untuk menangkal yg seperti itu. Dan pemerintah juga menerapkan perlindungan privasi, shg no HP TIDAK AKAN DISEBARLUASKAN dalam bentuk apapun!

  2. Entah rasa aman ato ignorance karena ga ada sistem pemberitahuan yang meeadai kayak di Jepang ya Mba Em, sampai sekarang merasa aman-aman aja. Etapi emang kita harus hati-hati sih karena begitu banyak orang yang cara pikirnya mungkin beda ama kita.

    • kurasa itu ignorance, atau krn belum merasakan “aman” yang sesungguhnya. Atau karena anakmu belum sekolah. Begitu mulai sekolah, rasa was was itu akan selalu timbul. setiap detik 😀

  3. Saya salut dengan masyarakat Jepang atas adanya penjelasan-penjelasan semacam itu, Bu. Di sini mah boro-boro, kurang peduli kali yak penyedia jasa layanannya.

    Seolah-olah berlebihan, gitu ya, ada anak sekolah satu diapain orang dewasa dikit, langsung heboh ke mana-mana. Kalau di sini pan juga banyak kejadian semacam itu sebenarnya. Misal ada juga lah orang gila (beneran gilanya) yang suka mengejar-ngejar anak-anak sekolah, ada preman-preman yang suka malakin, dsb. Di sini dianggap semacam “wajar”, begitu. Makanya, saya pikir bagus sekali masyarakat semacam di Jepang, yang peduli sekali terhadap keamanan dan kenyamanan bersama.

    • ya meskipun ada juga yang menganggap parno atau overprotective karena “sedikit-sedikit heboh”. Tapi aku sih berpegang pada pedoman “yang sedikit itu bisa menjadi besar”, dan aku sebagai orang tua tentu jauuuh merasa lebih aman dan nyaman jika semua pihak masyarakat, (sekolah, kelurahan, polisi, orang tua – PTA) ikut berperan serta menjaga keamanan lingkungan.

  4. see …?
    sudah bolak balik aku ngomong mpe mo sobek niy mulut ke pihak2 yg menyelenggarakan kepentingan PUBLIK, apa susahnya sih menggunakan teknologi, seperti yg dipraktekkan di Jepang ini. Padahal jelas2 ya, data pelanggan selalu di update, entah no tel/hp ataupun email diminta juga, tapi semua cuma sebatas jadi catatan doang, tidak dimaksimalkan penggunaannya.

    Iya mbak, aku pengen beli rasa aman nih, tapi yg jual ada di mana ya 😀

  5. Bagus ya Mbak Imel di Jepang ada hal-hal seperti ini apalagi kita tidak bisa mengawasi anak kita saat mereka sekolah. Aku pernah kejadian, ojek yg biasa jemput anakku nelpon kalau anakku tidak ada disekolah, neneknya jemput bilang juga tidak ada betapa paniknya aku, dulu kan pernah heboh penculikan anak-anak SD, tapi setelah Pak Ojek dan Neneknya pulang menemukan Rizky sudah di rumah ternyata hari itu ada rapat disekolahnya jadi pulang lebih cepat, karena tidak bawa hp…menunggu Pak Ojek datang di waktu biasa kelamaan, Rizky pulang jalan kaki ke rumah :)…Sigh! Untung saja….he…he..

  6. wiiiiiiiiiiiih sugoiii!!!! even yaaa kejahatan ada dimana2 tp penangannya pluuus antisipasi berikutnya yaa… bener2 daaaaah!!!! TOP!!!

    teknologinyaaaa ampuun deeeech kuereeeennya * angkat topi terus nunduk hormat*

    *cari pintu kemana saja cari pintu kemana saja*

  7. Upaya memelihara rasa aman dari sekolah dan lingkungan tempat tinggal yang sungguh patut dipujikan ya mbak.
    Selaku emak, memang kebutuhan memantau ‘keamanan’ anak luar biasa, sharing sikap tenang dan memantau informasi spt yang mbak EM lakukan sangat membantu kami pembaca TE.
    salam

  8. keren banget ya disana, mba Imel
    pemberitahuan semacam itu disebarkan melalui email
    dan sangat up-to-date

    dan bener aman dan tenang nya orang tua adalah mengetahui anggota keluarganya dalam keadaan baik-baik saja…

  9. Imel, apakah sudah ada gambaran kemungkinan pelakunya? Maksudnya orang dewasa?
    Mungkin kondisi akhir-akhir ini membuat orang stres ya….

    Bisa dibayangkan keadaan tersebut membuat orangtua agak kawatir, sehingga diperlukan pergi berombongan. Tapi kalau yang berbuat jahat orang dewasa, agak sulit juga. Saya melihat saat di Toyohashi, jalanan sepi, anak-anak SD jalan berombongan…jika ada apa-apa, memerlukan waktu untuk mendapatkan pertolongan…karena letak rumah yang agak berjauhan.

    Sebagai orangtua, saya dulu mendapat nasehat dari orangtua sahabatku….”Kita hanya bisa berdoa jika anak keluar rumah…agar Tuhan melindungi anak kita, selamat di jalan.” Maksudnya, walau ada teknologi, tetap doa sangat perlu.

    Semoga kondisi nya makin aman ya Imel….

  10. Teknologi Informasi bila dimanfaatkan secara benar dan maksimal, tentulah akan memudahkan dan memberikan rasa aman bagi kita ya Nechan. Salut benar dengan apa yang dilakukan oleh tempat bimbel-nya Riku. Ini akan aku catat baik-baik. Semoga suatu saat bisa dimanfaatkan..

  11. Wow..bagusnya layanan keamanan yang ada di sana ya Mbak. Di sini jauh banget ya… Aku cuma punya kontak ibu gurunya Andri & Aldo saja..buat jaga-jaga kalau perlu. Dan itupun jarang banget ada informasi..

  12. Bagaimana caranya supaya indonesia juga bisa memanfaatkan teknologi untuk memberikan rasa aman kepada warganya. Yakinlah kalau kita mau pasti bisa.
    Untuk menjadi PR bagi kita bersama ?

Tinggalkan Balasan ke niqué Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *