Ampuuun deh!

29 Nov

Biasanya kita memakai kata “Ampuuun deh”, untuk menyatakan keheranan, kegemasan atau bahkan kekesalan/kejengkelan kan? Nah beberapa hari ini, sering sekali rasanya aku mengatakan “Ampuun deh!”. Kapan dan kepada siapa?

1. Cuaca.
Cuacanya sih tidak salah, karena memang sudah memasuk musim dingin, jadi sudah pantas dong kalau dingin. Bahkan katanya di beberapa gunung, banyak yang “terlambat” tertutupi salju. Tapi kalau melihat TV tadi pagi, di kota Muroran di Hokkaido (utara Jepang) yang warganya banyak yang kedinginan karena listrik padam padahal dalam kondisi badai salju… brrr rasanya memang harus kuat sekali untuk bisa tinggal di negara/daerah dingin. Tadi pagi saja, di Tokyo suhunya 7 derajat, tapi terasa seperti 3 derajat karena humiditas rendah, dan angin bertiup ditambah mendung. Bahkan waktu aku pergi ke tempat kumpul warga yang disediakan pemda kelurahanku, mulai hujan rintik yang ternyata salju yang langsung meleleh.

2. Orang Jepang.
Jadi ceritanya tadi pagi aku pergi ke tempat kumpul warga yang bisa dipakai warga kelurahanku, asal mendaftar terlebih dahulu. Aku dan ibu-ibu temannya Kai di TK mau mempersiapkan acara Natalan anak-anak yang akan diadakan tanggal 12 Desember nanti. Jadi kami mengepak mainan yang akan dibagikan, lalu membuat hiasan berupa rantai-rantai kertas origami. Pada hari H nya nanti kami juga harus membawa hadiah seharga 100 yen untuk acara tukar kado dan hiasan pohon natal tempelan. Nah aku sering heran sekali pada ibu-ibu yang anaknya bersekolah di TK…. dari dalu. Mereka itu sibuk karena kebanyakan dari mereka masih mempunyai bayi atau batita, TAPI masih mau ngoyo untuk membuat acara untuk anak-anaknya dan HAND MADE! Mbok yo beli aja kenapa sih? Mereka ada yang membuat kantong sepatu merah/putih untuk goodie bag anak-anak. Atau sebagai contoh hiasan pohon natal mereka membuat origami, atau hiasan dari plastik dsb tapi buatan sendiri. Padahal kan banyak yang dijual dan murah! Atau ambil saja dari hiasan pohon natal yang ada di rumah :D. Memang sih rasanya akan lain sekali kalau handmade, lebih… akrab, lebih menarik… dan lebih enak kalau soal makanan…. Hehehe ini sebenarnya curhat aku saja karena aku paling tidak bisa prakarya-prakarya begitu sih (tapi kalau disuruh buat kue hayuuuk :D)

Selain soal orang Jepang yang telaten sekali dalam mempersiapkan acara, aku juga sempat memotret sebuah pintu yang kelihatannya biasa saja. Pintu dari ruangan “Niko-niko kurabu” (grup niko-niko yang artinya senyum) ini adalah pintu geser, tapi ternyata tidak menutup sama sekali. Masih ada celahnya, karena di bagian atas diganjal dengan semacam busa sehingga tidak bisa menutup semua. Rupanya ini dibuat khusus supaya anak yang kebetulan bermain dekat pintu tidak terjepit tangannya. Hmmm memang cukup banyak “usaha-usaha” yang dilakukan orang Jepang untuk mengurangi kecelakaan anak-anak. Yang aku perhatikan juga adalah tidak adanya “undakan” atau cekungan di lantai. Semua lantai sama datarnya, sehingga kemungkinan anak-anak jatuh (atau mereka yang memakai kursi roda) sangat kecil. Ini kami namanya barrier free (bebas rintangan)

3. Kai
Kalau aku mau tuliskan semua tentang Kai, mungkin tidak ada habisnya. Tapi dua minggu terakhir ini Kai memang sedang pada puncaknya untuk berkreasi, untuk eksis! Di kelas tambahan usagi setiap Kamis dan Jumat, dia pasti membawa pulang hasil karyanya berupa origami yang tentu saja dibantu gurunya. Nah di rumah dia juga mau membuat sendiri, bermacam-macam bentuk.  Ada “vending machine” dari kotak bekas tissue, ada kamera dari kotak tissue, atau dari lipatan kertas dia membuat masker wajah! Dan tentu saja kalau dia lihat hasilnya ada di tempat sampah, dia marah dan memungutnya kembali 😀 Jadi… bisa bayangkan rumahku seperti kapal pecah kan?

 

Mungkin pengaruh dari televisi, Kai mengatakan padaku, “Mama aku mau ke Luar Negeri”
“Loh Kai, kai kan setiap tahun ke luar negeri. Jakarta itu luar negeri loh”
“Eh? Jakarta luar negeri. Tapi aku mau ke Italia”
“Italia, Belanda, Inggris, Paris semua itu luar negeri dan mahal kalau mau pergi ke sana. Makanya Kai harus tabung. Mama harus tabung. Jadi jangan minta beli coklat, atau mainan ke mama” (Telak deh heheheh)
Tapi entah kenapa lalu dia minta pensil warna padaku, “Ma minta merah, hijau dan biru (meletus balon hijau dooor hihihi)”. Lalu kuberikan dan hasilnya, dia menggambar ini. Rupanya dia menggambar bendera Italia dan Perancis, padahal belum pernah dijarkan sebelumya. Takjublah aku kok bisa tahu bendera Italia seperti itu. Wah benar-benar ingin ke luar negeri nih dia.

Kai juga sedang getol belajar menulis. Aku sama sekali tidak mengajarkan, tapi dia sendiri yang mau meniru dari tulisan yang dia lhat. Bahkan kadang dia mencontoh kanji-kanji mudah yang dia lihat. Dia sudah bisa menulis namanya sendiri, dan nama kakaknya. Dan dengan huruf-huruf hiragana yang dia tahu, dia menyambung menjadi kata baru. Aku hanya memperbaiki atau mengajarkan cara penulisan. Nah, ada kejadian yang membuat aku tidak bisa tidak geli. Dia tidak bisa menulis ‘ba’ ば、jadi dia minta kakaknya menulis ‘ba’ saja. Dan tahu apa yang dia lakukan? Dia menambahkan kata riku di depan huruf ‘ba’, serta sesudah ‘ba’, dia menuliskan huruf hiragana ‘ka’, sehingga menjadi “Riku baka りく ばか”….. yang artinya “Riku bodoh!”….

AMPUUUN deh! liciknya dia menyuruh kakaknya menulis, padahal dia menjelek-jelekkan kakaknya. Bangga loh melihat dia mulai bisa menulis, tapi kalau melihat penggunaan kata-katanya itu… aku cuma bisa kesal saja. Terus terang bahasanya Kai kasar, karena meniru kakaknya, atau meniru film anime di TV. Aku berusaha menghilangkan ucapannya yang kasar, tapi tetap butuh waktu (dan energi).

Kanji “Miya” 宮 yang ditulis Riku (kiri) dan Kai (kanan)

Ada satu lagi “Ampuun deh” nya Kai sebagai penutup, yang maish ada hubungannya dengan tulisan Nique yang ini. Ya, Kai itu selalu, hampir tidak pernah tidak, b.a.b waktu kami pergi makan. Jadi kalau kami sedang pergi makan di restoran (di rumah juga sih, tapi kan karena rumah sendiri, tidak aneh dan WC nya dekat) , kami biasanya pesan makanan, lalu makan kan. Nah baru mulai makan nih, Kai akan berkata “Ma, pup” (Aku ajarkan untuk bilang pakai bahasa Indonesia supaya tidak ketahuan orang Jepang… kalau pakai unchi kan semua dengar dan tahu). Terpaksa deh aku yang sedang makan menghentikan makan dan mengantar dia ke WC dulu. Tidak, aku tidak gerutu, karena aku tahu dia itu pasti sudah tidak bisa tahan. Jarang sekali harus berlama-lama dalam WC. Tapi kenapa selalu kalau lagi makan di restoran ya? Dan biasanya kalau Kai sudah berkata, “Ma……….” Riku dan aku berpandangan, “Again!”. Ampuuuuuuun deh 😀

Masih banyak ampun-ampunku yang lain, tapi aku cukupkan di sini saja. Bagaimana?

Teman-teman pernah pakai “Ampuuun deh”? Dalam situasi apa? heheheh

 

(Fotonya besok ya, soalnya trouble terus waktu mau pasang foto :D)