Hari ini, tanggal 22 November dalam penanggalan solar, merupakan hari Shosetsu yang dilambangkan dengan Salju Kecil 小雪 (dan bisa dibaca sebagai Koyuki, nama seorang penyanyi Jepang terkenal) . Menurut tulisan yang kubaca, pada hari ini mulai turun salju (sekitar hari ini sebelum/sesudahnya juga termasuk) di daerah-daerah dingin di utara Jepang, dan pegunungan. Sudah bisa terlihat puncak gunung tertutup salju, dan kabarnya jeruk mulai menguning dan memenuhi pasaran Jepang. Jeruk yang banyak mengandung vitamin C ini dijual murah dan pasti ada dalam setiap keluarga Jepang. Apalagi nanti pada tahun baru, biasanya orang menaruh jeruk di atas kagamimochi (mochi dua tingkat).
Tadi pagi sih aku merasa hari ini lebih hangat dibanding kemarin atau dua hari yang lalu. Dua hari yang lalu aku sampai harus mencari kaus tangan karena dingin waktu naik sepeda. Mungkin hari ini hangat karena telah turun hujan yang biasanya menaikkan kada kelembaban udara. Memang untuk menentukan dingin tidaknya hari itu, selain melihat suhu udara, juga harus melihat persentasi kelembaban udara, juga apakah angin utara bertiup atau tidak (angin utara dingin, angin selatan hangat).
Tapi selain hari Shosetsu atau Salju Kecil, hari ini merupakan hari Pasutri, pasangan suami istri. Karena tanggal 22 November ditulis dalam bahasa Jepang 11-22 sehingga bisa dibaca sebagai Ii Fufu (Suami-Istri yang Baik). Dan tadi pagi acara TV banyak meliput hari suami istri ini, dan diantaranya pada acara ZIP di chanel 4, mereka menanyakan pada pasutri di jalanan mengenai “Aturan yang ditetapkan antara suami istri”. Ada yang mengatakan bahwa si suami akan menggunakan bahasa daerah Kansai (Osaka) setiap hari meskipun dia berasal dari Yokohama, karena istrinya berasal dari Osaka (Ini merupakan pengorbanan yang tidak mudah loh). Lalu ada yang mengatakan bahwa si suami harus membawa pakaian dalamnya sendiri sampai ke kamar mandi (jadi tidak boleh keluar telanjang ke kamar). Atau ada pasutri lansia yang terlihat istrinya lebih “galak”, dan kata si istri, suaminya harus berjalan 2 langkah di belakangnya 😀 (Ini aneh, karena biasanya di Jepang dulu istri-istri yang berjalan di belakang pria :D… ternyata pasutri ini sudah modern sekali :D).
Ada lagi yang mengatakan bahwa si suami tidak boleh masuk dapur, padahal sebetulnya si suami ingin sekali mencuci piring (hobinya cuci piring) tapi tidak diperbolehkan istri)…. Nah kalau ini aku mungkin mirip, karena kalau Gen masuk dapur, semua bahan makanan bisa masuk tempat sampah, karena dia tidak tahu bahwa itu masih bisa dipakai!
Sambil tertawa-tawa melihat tontonan TV, Riku bertanya, kalau papa dan mama apa ya? Hmmm apa ya? Kayaknya tidak ada deh (menurutku), tapi kata Gen, “Papa harus OK kalau mama mau pulang ke Jakarta!” hahahaha, enak aja! Kan itu sudah perjanjian dari dulu bahwa aku harus pulkam minimum setahun sekali 😀 Eh…. iya perjanjian sama peraturan sama ya? 😀
Nah di antara kamu dan pasanganmu, ada perjanjian/peraturan apa yang mungkin tidak tertulis, tapi unik, yang hanya dipunyai keluargamu saja :D? Aku ingat dulu kalau kami sekeluarga keluar rumah, mama jarang sekali bawa dompet, sehingga di mata kami, yang membayar papa melulu. Nah, kebiasaan di Jepang, yang pegang dompet keluarga adalah istri, sehingga istri yang selalu bayar kalau keluarga makan di luar. Ini yang tidak biasa untukku, sehingga perlu penyesuaian waktu aku baru menikah dengan Gen. Pikirku, jika Gen yang membayar, akan terlihat lebih ‘jantan’, meskipun sumber keuangannya sih sama saja. Maklum pandanganku sejak dulu, yang membayar selalu yang laki-laki sih 😀 (sekarang tentunya sudah berubah ya 😉 ) Sekarang sih, biasanya aku yang selalu bayar kalau pergi-pergi begitu.
Selamat hari Pasutri, dan kami di Tokyo akan libur esok, memperingati hari Penghargaan terhadap Pekerja. Mungkin seperti thanksgiving di Amerika dan Eropa deh, tapi tanpa PESTA apalagi ayam Kalkun 😀
Wadoh perjanjian mah lbh parah dr peraturan loh. Perjanjian tdk boleh dilanggar kl peraturan dibuat utk dilanggar hahahaha
Kayaknya peraturan suami istri itu ngga kayak peraturan di sekolah yang harus ditulis dan dilaksanakan kalau tidak mendapat hukuman, sepanjang perjalanan waktu peraturan suami istri bisa di komunikasikan dan agak fleksibel kecuali masalah yang sangat prinsif ya, yg pasti karena udah lama hidup bersama, ada kebiasaan suami yang aku ikutin dan menurutku bagus ada juga kebiasaan aku yg diikuti suami yang menurut dia bagus, tapi satu peraturan yg sangat kami jaga, ngga boleh bertengkar dihadapan anak-anak.
Kami punya “rule” tidak tertulis yang kami sepakati bersama, Mbak…
1. kalau mau membelanjakan/mengeluarkan uang di atas 1 juta, harus saling memberitahukan lebih dulu. Kalau misalnya ada yang mau pinjam/utang pada kami ya nggak serta merta kami pinjamin tanpa persetujuan salah satu dari kami…
2. tempat tidur harus selalu bersih, nggak boleh ada handuk (apalagi kalau basah!) atau baju/jeans yang nangkring di bed…
oh ternyata di jepang ada berbagai macam bahasa jepang ya mbak
maksudnya mbak Lidya?
hihihi… 😛
kalau masalaj bayaran mbak… biasanya papaku yg bayar, tapi kembaliannya diambil mama… hahahaa….
Wah, aku berarti sama kayak istri Jepang ya 😀 selalu aku yang bayar kalau makan di luar, walau nanti pas di rumah minta dibalikkin lagi duitku :))
Bukan perjanjian atau aturan sih, kebiasaan aja, urusan makan-makan, aku yang bayar.
Untuk urusan seperti ini … entah makan-makan atau belanja bulanan / mingguan …
Di keluarga saya, bagian keuangan, bendahara merangkap kasir merangkap bayar-bayar juga Bunda, EM …
Saya hanya bagian ngangkat-ngangkat, nyopir-nyopir dan makan-makan saja …
hahahaha …
Salam saya EM
Selamat hari pasutri mbak EM juga menyambut musim dingin. Pembagian peran berdasarkan kesepakatan ya mbak, tidak lagi berbasis gender. Salam
besok selamat libur, ya mbak. pestanya dalam hati masing-masing 😀
kalau aku sama oni, apa ya aturan tidak tertulisnya? kayaknya aku yang suka bikin aturan deh buat dia. hihihi.
sama seperti saya,… kalau harus mengantarkan istri pulang kampung setahun sekali.. 🙂 ya menjadi suami istri harus berdiri sama tinggi lah..
selamat hari pasutri ya…
dan selamat libur… kita juga libur disini… 🙂
Kalau dikeluarga aku. sejak dulu ibu yg membayar kalau makan di luar mbak. soalnya kan suami udah ‘setor’ gajinya ke istri jadi semua keuangan tanggung jawab ibu. jadi dulu waktu kecil aku gak pernah minta uang ke bapak. pasti langsung ke ibu. kalau lewat bapak ujung2nya minta izin ke ibu dulu. kalau lewat ibu gak perlu minta izin ke bapak.. hihihihi..
Btw GA aku tinggal 6 hari lagi loh mbak. ditunggu loh pastisipasi mbak em, kai dan riku 😀
Wah..ternyata ada hari PASUTRI ya Mbak.. he he menarik juga. Kalau aku perjanjiannya aa ya..
Kalau suamiku dullu suka ngurusin anak-anak hanya kalu sudah rapi dan bersih..begitu urusan nyuapin amkanan atau pup dsb yang ribet..selalu teriak.. “Ma! Ma! Ini anaknya..”.Lah, kalau aku protes harusnya sesekali dia juga kan bisa bantuin..eh jawabannya “Lho, itu kan sesuai dengan memorandum of Understandingnya…. kalau bagian pipis dan pup, sama mama,kalau sudah wangi dan bersih ..sama papa”..
Paahal aku merasa nggak pernah menandan-angani perjanjian seperti itu deh..he he
selamaaat mami n om gen… 😀 hahahhahaa baca peraturan nya lucu juga ya :d hahahaha…
karena aku belom menikah jadi ga punya peraturan suami istri… jadi ga bisa share 😀 hahahhaa….
ayoo di share lagi mom… sapa tw bisa jadi inspirasi :))
*tapi aku setuju kalo cowok yang bayar serasa lebih kueren gt tapi aku ya ga mau kalo semua uang bakal di pegang ama suami wkwkwkw… bisa sengsara kalo gt :)) *
xixixxi peraturn nya … 😀
waaa ternyata bahasa jepang ada bberapa juga yaa xixixxi ga ngerti bhasa jepang haha 😀
Hahahaha. Niatan Gen san bantu-bantu di dapur malah jadi pemborosan buang-buang makanan ya Mba Em.
Saya sama Bul apa ya kalo ditanya begitu? Ga kepikiran euy