Family Day: Shichi Go San

14 Nov

Bukan nama orang yang bernama Shichigo loh, tapi ini adalah peringatan yang jatuh pada tanggal 15 November setiap tahunnya terutama untuk keluarga yang punya anak-anak, baik anak lelaki maupun anak perempuan.

Sesuai dengan namanya, shichi = 7, go=5, dan san =3. Pada hari ini mereka yang mempunyai anak perempuan berusia 3 dan 7 tahun, serta anak lelaki berusia 5 tahun (di beberapa tempat ada juga yang merayakan untuk anak lelaki berusia 3 tahun, tapi kami tidak), merayakan “kesehatan” dan perkembangan anak-anak mereka dengan berdoa di Jinja atau Kuil (dan sekarang juga banyak yang merayakannya di gereja Jepang). Dan pada usia-usia inilah anak-anak ini pertama kali memakai baju tradisional Jepang, kimono untuk anak perempuan dan hakama 袴 untuk anak laki-laki.

Kebiasaan ini ternyata baru dimulai pada jaman Tokugawa Tsunayoshi tahun 1681, untuk mendoakan kesehatan anaknya. Secara mudahnya, kebiasaan shichigosan ini karena dulu anak-anak berusia dibawah 7 tahun itu banyak yang sakit dan tidak bisa hidup terus. Jadi kita melewati tahun ke 3, ke 5 dan ke 7, orang tua mengucapkan syukur kepada dewa-dewa atas pertolongan melindungi anak-anaknya. Diharapkan setelah usia 7 tahun, anaknya akan tumbuh sehat terus sampai nanti upacara berikutnya pada usia 20 tahun, yaitu hari dewasa Seijin no hi, waktu anak-anak itu dinyatakan sebagai dewasa.

Hasil foto studio 4 tahun yang lalu

Nah, Kai sudah berulang tahun ke 5, tahun ini. Jadi aku tahu bahwa kami harus mengikuti tradisi shichigosan ini. Waktu Riku aku ingat kami hanya mengambil foto di studio bersama Kai, dan itu aku laksanakan di bulan Mei. Perkiraannya waktu itu karena jika sudah masuk bulan November, maka akan banyak orang yang memakai jasa foto studio. Pada hari H, sekitar tanggal 15 November, kami makan bersama di rumah mertua, dan Riku berkunjung ke kuil dekat rumah Yokohama. Itu tahun 2008.

Tahun ini aku lebih “sigap” jadi aku mengatur supaya papa Gen bisa cuti, Riku dan Kai bolos sekolah dan aku juga tidak ada kerja, lalu menelepon foto studio untuk membuat jadwal. Sampai dengan tanggal 15 November, foto studio yang biasa kami pakai itu menggratiskan penyewaan kimono dan hakama bagi anak yang merayakan 753, serta orangtuanya. Wah, kesempatan bagiku untuk juga ikut memakai kimono, meskipun aku harus membayar untuk makeup dan hair stylistnya. Waktu upacara pernikahan aku memang tidak memakai kimono, dan dalam waktu dekat juga tidak ada keluarga jauh kami yang akan menikah, sehingga kali ini merupakan kesempatan bagiku kecuali aku mau menunggu kedua anakku menikah nanti 😀 Aku juga mengajak orang tua Gen untuk ikut berfoto bersama, apalagi tahun ini mereka merayakan ulang tahun pernikahan ke 45 tahun! Sekalian saja.

Jadi pukul 9:30 pagi kami keluar rumah dan naik bus menuju Kichijouji, tempat foto studio Laquan NY, karena aku akan mulai didandani pukul 10:30. Anak-anak dan Gen sebetulnya bisa datang pukul 11 karena pemotretan sendiri mulai pukul 12. Tapi…. aku tidak yakin membiarkan 3boys jalan sendiri, terutama aku takut kalau Kai berulah. Tapi ternyata kekhawatiranku tidak perlu. Meskipun mereka harus menunggu 30 menit sebelum jadwal mereka ganti baju, mereka dapat mengikuti petunjuk staff studio dengan baik. Bahkan Kai gembira sekali melihat 3 jenis hakama yang aku pilihkan buat dia. Memang sebelumnya aku sudah pilihkan 3 set hakama untuk Kai, dan ternyata dia pilih yang paling unik sendiri. Yaitu pakaian untuk samurai yang bernama Kamishimo (かみしも).

Pakai kimono bagaimana rasanya? Hmmm sama saja seperti pakai kebaya deh. Cuma kalau kebaya yang “menyesakkan” biasanya bagian perut dan pinggang karena pakai korset, sedangkan untuk kimono yang menyiksa adalah bagian dada. Percuma punya dada membusung karena pasti ditekan sedemikian rupa supaya rata. Prinsipnya pada kimono, wanita tidak perlu mempunyai body bentuk biola 😀 karena akan memakai obi (ikat pinggang) lebar yang membuat dada, perut dan pinggang menjadi satu garis :D. Jadi siap-siaplah buka bh, dan untung tidak perlu buka cd seperti wanita Jepang jaman dulu. Semua “lembah” disumpal dengan kapas dan kain sehingga menjadi rata, baru dipakaikan kimono. Yang menjadi patokan adalah motif bunga bagian bawah, jadi yang penting bagian bawah dulu, baru kemudian diatur bagian perut dan dada. Yang pasti akan sulit sekali memakai kimono sendiri, perlu belajar dan latihan yang banyak supaya bisa memakai sendiri. Kecuali badannya lurus seperti papan setrikaan kali ya hahaha.

Setelah aku siap kimononya, Gen dan anak-anak siap memakai hakamanya, kami menuju studio foto yang terletak di lantai 3. Fotografernya perempuan cantik dan lincah. Berkat dia, kedua anak lelakiku bisa bergaya dengan baik 😀 Kai sendiri, lalu Kai berdua Riku, lalu kami sekeluarga ber-4 dan ber-6 dengan bapak ibu mertua. Kai juga bergaya sendiri dengan memakai tuxedo (baju eropa). Yang pasti hasil pemotretan keseluruhannya ada 360 lembar!

Setelah selesai ganti baju, kami masih harus memilih dari 360 lembar, berapa yang kami mau cetak. Kami sudah pengalaman dan sudah tahu bahwa di situ cetaknya mahal (ongkos cetak ukuran terkecil seharga 2100 yen (Rp210.000), sehingga benar-benar memilih yang terbagus saja. Dan kami memilih 20 foto dengan 2 berukuran 5R (sisanya berukuran L). Memang mahal tapi kapan lagi bisa begini. Tapi pelayanan studio Laquan memang top. Mereka memberikan service 2 foto berukuran kecil dalam bentuk data untuk HP. Juga memberikan kalender dengan salah satu foto yang kami pilih. Bahkan karena aku cek in di FB, kami mendapatkan satu set kotak coklat dengan bungkus fotonya Kai :D.

Hasil foto baru jadi 2 minggu yang akan datang, tapi aku bisa menampilkan foto yang kami terima sebagai gambar background HP.

Kiri: Kai memakai Kamishimo dengan memegang Chitose Ame (Permen 1000 tahun), permen yang mengungkapkan harapan orang tua agar anak-anaknya panjang umur. Kanan: Kai dengan tuxedo yang kupilih. Senang sekali melihat dia langsung menyukai tuxedo ini.

Setelah selesai pemesanan dan pembayaran di studio, kami masih punya waktu 2 jam lebih sebelum bisa makan malam bersama di sebuah restoran Perancis masih di dekat-dekat stasiun Kichijouji itu. Aku memesan tempat untuk ber 6 pada pukul 17:30, begitu restoran itu buka untuk dinner. Sebetulnya restoran itu TIDAK menerima tamu di bawah 6 tahun, karena sudah bisa dipastikan anak berusia di bawah 6 tahun itu ribut dan bisa mengganggu tamu lainnya. Tapi waktu aku tanyakan apakah kami bisa merayakan Shichigosan di sana,kami diterima. Katanya ada kekecualian untuk event-event khusus. Untunglah.

Aku memilih restoran ini karena pernah diusulkan oleh teman ibu mertua. Katanya masakannya lebih enak daripada restoran Perancis yang sering kami datangi yang bernama Kaisen Shokudo. Dan restoran ini bernama Mariage, sehingga kurasa cocok untuk merayakan ulang tahun pernikahan bapak ibu mertua. Mariage tentu saja berarti pernikahan.

Restoran ini tidak besar, tapi berada dalam sebuah rumah yang cantik, jadi seperti memasuki rumah bergaya Eropa. Karena malam dan dingin, kami tidak mau duduk di teras yang juga terlihat menyenangkan. Untuk makan siang pasti menyenangkan deh.

Sebelum memasuki restoran ini, aku sudah wanti-wanti Kai untuk behave! Tidak boleh ini itu, dan harus dengar-dengaran. Tapi tentu saja sulit bagi anak seusia 5 tahun untuk bersikap dewasa apalagi menguasai table manner. Sekaligus kesempatan ini kami pakai untuk mengajarkan table manner pada Kai. Kalau Riku sudah 9 tahun, sehingga sudah bisa mengikuti tata cara makan ala eropa. Kalau dipikir debut Riku di restoran Perancis memang jauh lebih muda daripada Kai. Usia 6 bulan saja dia sudah makan foie gras :D

Kami memesan makanan course menu, tapi masing-masing memilih main course beda-beda. Ibu mertua dan Riku memilih masakan udang besar, Gen dan papanya memilih steak daging sapi, Kai memilih roast chicken, sedangkan aku memilih steak menjangan. Rasanya? tentu semua enak (dan mahal). Tapi kami bisa memperingati sekaligus shichigosan dan ulang tahun pernikahan, dan mungkin untuk tahun ini adalah perayaan yang terakhir karena kami tidak merayakan pergantian tahun (tahun baru) karena dalam suasana duka mochu 喪中 (mama meninggal bulan Februari)

24 Replies to “Family Day: Shichi Go San

  1. wah seru juga ya acaranya.. jadi setiap umur 3,5,7 ada perayaannya ya.. ah mumpung anakku belum tiga tahun.. jadi nanti pas 3 tahun mau dirayain juga ah.. ikut ikutan..

  2. Wow. Mahal sekali ya biaya cetak fotonya. tapi hasilnya juga memang bagus sih ya Mbak.
    Selamat ya, Mbak. Semoga Kai diberkahi kesehatan yang baik dan umur panjang. Sudah berhasilmencapi milestone yang ke 5 ya.

    Selamat ulang tahun pernikahan juga ya Mbak.Senang melihat kekompakan keluarga Mbak imelda, papa Gen, Kai & Rika serta Opa dan Omanya.

  3. Klo kalian di Jakarta mbak, sepertinya Kai akan laris manis deh jadi bintang iklan … ganteng pisan euy … imut abislah … bikin gregetan 😀

    dan baca postingan ini, mengingatkanku lagi kalau aku blom kesampaian juga berfoto dengan pakaian adat huaaaa … kapaan yaaaa 😀

  4. Khai keren banget pake kamishimonya.. suma deh 😀

    asyik ya mbak di jepang banyak acara yg bisa dilakuin bersama keluarga gitu. jadi gak melulu menunggu hari besar agama atau ulangtahun aja..

  5. Kebayang deh gimana sulitnya kalau memakai kimono sendiri (tanpa dibantu orang lain)…..he3 mungkin karena saya ga biasa mb jadi kayaknya susah sekali…apalagi dengan segala aturan-aturanya harus begini harus begitu…. 🙂

  6. tulisan ini banyak sekali informasi yang aku baru tau ,Mbak EM
    terimakasih utk tulisan yg lengkap ini … 🙂
    dari mulai ttg perayaan anak2 umur 3,5 dan 7 tahun hingga ke makan malam perkawinan mertua Mbak EM
    wah, luar biasa …. suka banget membacanya … 🙂

    semoga Mbak EM dan keluarga juga Bapak dan Ibu mertua selalu sehat2 ,aamiin

    salam

  7. woooow kereeen!!!! selamat buat obasan n jichan… happy anniv…

    makanan nya keliatan ces ces ces… hahahhaa…. resto nya kuereeen….

    yang paling ga nahaaaan kaii!!!! pangeran berkuda abu2 ya… soalnya kalo kuda putih itu lembut gt kai kek na ga de :))

    hahhahahaha

  8. restau nya keren.. harga2nya juga >.< bikin waaaw
    asyik sekali kebersamaannya.. terlihat semua ceria dan hangat..
    happy anniversary..
    happy Miyashita day..

    ~LiOnA~

  9. EM
    Jika kamu tidak cerita disini … mungkin sampai sekarang saya tidak tau … Tata Cara memakai kimono … terutama untuk wanita …
    pasti ada sebab mengapa memakai kimono tersebut dibuat sedemikian rupa …
    semua dibuat … “rata” …

    Mungkin supaya tidak mengundang pikiran nakal para lelaki ya EM …
    🙂 🙂 🙂

    salam saya EM

  10. Imel…fotonya bagus sekali…..
    Mahal tak apa-apa tapi hasilnya benar-benar bagus.

    Ternyata susah ya pakai kimono, pakai disumpal-sumpal segala?
    Saya kalau pakai kebaya nggak pakai korset, nanti susah makan dan terengah-engah….memang beda sih, bentuk tubuh kurang bagus, yang penting nyaman. Kalau ibuku alm dulu pakai setagen (ikat pinggang dari kain yang dililitkan) jadi bisa disesuakan dengan keinginan masing-masing orang.

    (Maaf…lama nggak bw….kok jadi nggak punya waktu ya)

  11. Wah ada kesamaan kalau melihat blognya Mas Batavusqu yang cerita tentang ritual untuk anak tertentu di beberapa daerah di Indonesia…mirip2 dengan di Jepang juga ada ritual ketika menjajaki usia tertentu.
    Btw selalu tertarik melihat hasil jepretan yang sudah pro he he … Kai ganteng. Gaya terakhir yang saya suka 🙂
    Trims.

  12. wah mahal banget ya fotonya…
    terakhir ke Jepang kurs masih 75..sekarang dah mahal ya..

    hehehe harga yang saya tulis masih dengan perkiraan rate 1 yen = 100 rupiah. Skr mungkin sudah 1 yen =113 rupiah. semakin mahal lagi
    Di sini apa sih yang ngga mahal? Tapi kami tidak usah bayar untuk kencing sih 😀
    EM

  13. Wah, siapa yang foto?

    Mba EM bener2 thoughtfull yaaa..
    Semua di-arrange dengan baik sampe bisa kumpul semua kaya gini. Aku mesti belajar banyak nih jadi menantu seperti Mba EM..

  14. Kai ganteng Mba Em. Keren banget hakamanya.
    Lucu ya perayaan sichigosan nya. Mensyukuri pencapaian-pencapaian dan karunia Tuhan dari kecil.
    Penasaran ama potonya Mba Em pake kimono setelah proses pemakaiannya yang heboh itu..hehehe

Tinggalkan Balasan ke Opickaza Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *